Pengendalian dan Penataan Bangunan Base Transceiver Station Di Kota Malang.

RatnaAyuKomalawati (2009) Pengendalian dan Penataan Bangunan Base Transceiver Station Di Kota Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perkembangan dunia teknologi dan informasi mendorong pertumbuhan pendirian salah satu bangunan penunjangnya, yakni Base Transceiver Station . Hingga Mei tahun 2008 terdapat 110 BTS Di Kota Malang. Pendirian bangunan BTS mulai membawa perubahan fisik bagi Kota Malang, dan mengkhawatirkan untuk menjadikan Kota Malang sebagai “hutan tower”. Pengendalian BTS dalam rangka menata kota terus berkembang menjadi salah satu perhatian pemerintah Kota Malang. Salah satu instrumen pengendalian adalah peraturan zonasi, yang didasarkan pada aspek-aspek yang menjadi perhatian dalam permasalahan, sehingga bersifat komprehensif. Dan dapat menjadi rujukan perijinan, sehingga pengendalian dan penataan dapat dilakukan secara bersama. Tujuan studi ini adalah untuk mengindentifikasi karakteristik bangunan Base Transceiver Station dan eksisting bentuk penataannya serta mengevaluasinya, menyusun rekomendasi pengendalian dan penataan bangunan Base Transceiver Station Di Kota Malang. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode analisis deskriptif, analisis evaluatif dan analisis AHP. Analisis deskriptif meliputi analisis karakteristik bangunan yang terdiri dari lokasi dan persebaran, karakteristik fisik dan non fisik, proses pendirian, dampak dan manfaat serta penerapan kebijakan eksisting. Analisis evaluatif meliputi analisis kesesuaian antara eksisting dengan ketentuan Perwali Kota Malang No 50 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi, Peraturan Menkominfo No. 2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan serta literatur; analisis pengaruh ketinggian bangunan dan penerapan menara bersama dan kamuflase. Analisis AHP meliputi analisis penentuan aspect of concern dan scope of issues yang menjadi prioritas dalam penyusunan aturan teknis zonasi. Berdasarkan tahapan analisis, diketahui bahwa permasalahan utama terkait dengan keberadaan BTS adalah jumlah BTS yang terus bertambah. Pertambahan jumlah BTS kemudian menyebabkan terjadinya permintaan lahan yang meningkat dan penurunan kualitas visual. Permasalahan lainnya yang terjadi adalah sulitnya penerapan menara bersama, terbatasnya penerapan menara kamuflase, belum efektifnya perijinan sebagai alat pengendalian pendirian BTS; adanya kemungkinan terjadinya halangan pancaran; keberatan masyarakat di sekitar BTS, terutama pada warga yang berada pada daerah kepadatan tinggi, belum terlaksananya kewajiban pemerintah kota untuk mengatur lokasi menara. Permasalahan kemungkinan terjadinya halangan pancaran terjadi akibat adanya arahan Tinggi Lantai Bangunan hingga 8 lantai pada Sub BWK B Kecamatan Klojen, sehingga dikhawatirkan terdapat 14 BTS yang akan mengalami black out di kemudian hari. Penerapan menara bersama dari segi teknis dapat dilakukan pada 58 BTS eksisting. Namun jika dari segi terjalinnya kerjasama antar operator, hanya dapat dilaksanakan antara 14 BTS, mengingat kerjasama yang terjalin hanya antara PT. Telkomsel dengan PT. Telkom, dan PT. Excelcomindo dengan PT. Hutchinson, PT Natrindo Telepon Selular, dan PT. Bakrie Telecom. Penerapan menara kamuflase hanya dapat dilakukan pada 3 BTS eksisting yang berbentuk tiang, dan berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa penerapan menara kamuflase dapat memanfaatkan kekontrasan bangunan BTS dengan bangunan disekitarnya sehingga dapat diciptakan dengan bentuk lain yang menarik Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa kriteria paling penting dalam menyusun klasifikasi zonasi adalah keberadaan kawasan tertentu dengan nilai Vp 0,257, kemudian kepadatan bangunan (0,175); guna lahan (0,174); kedekatan dengan jaringan jalan primer (0,163); kelerengan tanah (0,116); dan ketersediaan lahan kosong (0,115). Hasil perhitungan prioritas aspect of concern menempatkan pemanfaatan menjadi prioritas dengan nilai Vp 0,394, kemudian estetika (0,369) dan keselamatan (0,237). Sedangkan untuk scope of issues setelah hasil perhitungan AHP di analisis kembali dengan metode Sturgess, diperoleh materi jumlah operator dalam 1 site BTS

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2009/282/050902072
Subjects: 300 Social sciences > 307 Communities > 307.1 Planning and development > 307.121 6 City planning
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 14 Aug 2009 19:21
Last Modified: 14 Aug 2009 19:21
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/139869
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item