SariMawaddanni (2009) Konsep Healing Environment Interior Fasilitas Terapi Rehabilitasi Medik Anak Cacat Dengan Kelainan Fungsi Gerak. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pasang surutnya kondisi ekonomi Indonesia mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial dalam kesempatan mencapai pendidikan, taraf hidup, gizi dan kesehatan masyarakat. Seperti halnya mata rantai, kondisi ini berakibat pada tingkat gizi maupun pola makan dan tingkat stress yang seringkali menimbulkan masalah lain dalam kesehatan. Gangguan ini berpengaruh pada kelahiran anak dengan resiko tinggi sehingga tidak jarang mengalami kecacatan fisik dan hambatan perkembangan pertumbuhan dan mental. Dengan semakin berkembangnya pengetahuan manusia tentang kesehatan serta didukung oleh perkembangan teknologi, maka beragam kelainan dapat diketahui sejak bayi masih ada dalam kandungan. Kecacatan yang terjadi pada anak dapat terjadi sebelum anak lahir, ketika lahir dan sesudah lahir. Akibat dari kecacatan ini antara lain adalah terjadinya gangguan fungsi gerak sehingga anak tidak dapat bergerak dengan cara-cara dan batas-batas yang normal sesuai dengan umurnya. Kelainan ini terjadi akibat kerusakan jaringan pada sebagian otak, sehingga sebagai satu-satunya pusat pengendali aktivitas dalam struktur anatomi tubuh manusia, dampak gangguan ini dapat mempengaruhi fungsi organ yang lain. Informasi yang semakin baik tentang layanan kesehatan kepada masyarakat ikut mendorong makin banyaknya masyarakat yang mengetahui penanganan bagi anak diffabel seperti tersebut di atas. Oleh sebab itu makin banyak kondisi penderita gangguan kelainan fungsi gerak yang terungkap dan membutuhkan penanganan. Di kota Malang, kelainan fungsi gerak ini termasuk dalam 10 penyakit/gangguan kesehatan terbanyak dalam kunjungan pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, dan hampir seluruh penyandang cacat dengan kelainan fungsi gerak adalah anak-anak. Kemandirian bagi anak diffabel dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan terapi dan rehabilitasi. Rehabilitasi medik merupakan serangkaian upaya terkoordinasi untuk melatih penyandang cacat dengan kelainan fungsi gerak ke arah tercapainya kemampuan fungsional semaksimal mungkin agar dapat mandiri dan dapat bersosialisasi di lingkungan masyarakat luas di kemudian hari. Menghadirkan sebuah fasilitas rehabilitasi medik anak penyandang cacat dengan kelainan fungsi gerak merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat di kota Malang. Dengan mengkhususkan fasilitas ini bagi anak penyandang cacat dengan kelainan fungsi gerak, diharapkan agar proses terapi dapat berjalan dengan lancar karena tindakan terapi dapat lebih terfokus. Dalam proses perancangan, dilakukan studi pustaka dan studi komparasi terhadap obyek sejenis sebagai referensi ruang-ruang terapi yang dibutuhkan beserta persyaratan ruang-ruangnya. Langkah selanjutnya adalah menghasilkan sebuah program untuk menunjang munculnya proses desain melalui proses analisa. Metode yang diterapkan dalam proses perancangan adalah metode pragmatik dan intuitik. Banyak pihak yang beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan medis saja. Pada kenyataannya, pemulihan kesehatan didukung juga oleh faktor non-medis, terutama kondisi psikologisnya. Konsep healing environment merupakan sebuah konsep bentuk lingkungan binaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek psikologis maupun fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. Konsep ini diterapkan dalam ruang-ruang terapi karena desain interior merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen desain seperti warna, dapat diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang dapat memberikan stimulasi tertentu yang dapat mendukung proses penyembuhan. Interior yang telah dirancang memberikan sebuah bentuk respon tertentu dari anak sebagai penggunanya. Proses respon ini merupakan proses stimulus – organism – response. Manusia menyesuaikan responnya terhadap rangsang yang datang dari luar, sedangkan stimulus dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Unsur-unsur perancangan ruang dalam, dalam hal ini adalah warna, garis, bentuk, motif dan tekstur merupakan stimulus visual yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan respon tertentu bagi anak. Selain sebagai stimulus visual, perancangan interior dapat mereduksi faktor stress dan rasa takut pasien saat menjalani terapi. Dengan demikian maka proses penyembuhan melalui rangkaian terapi dalam rehabilitasi medik dapat dilakukan secara efektif dan menghasilkan perkembangan yang signifikan bagi anak dalam mencapai kenormalan dan kemandirian.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FT/2009/130/050901047 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 690 Construction of buildings |
Divisions: | Fakultas Teknik > Arsitektur |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 15 Apr 2009 10:29 |
Last Modified: | 15 Apr 2009 10:29 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/139704 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |