Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Pasuruan

IkaPuspitasari (2008) Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Pasuruan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Saat ini banyak bangunan di kawasan Pecinan Kota Pasuruan mengalami perubahan, terutama di sepanjang Jalan Niaga. Hampir seluruh bangunan di sepanjang koridor Jalan Niaga telah mengalami perubahan menjadi pertokoan sehingga tidak terdapat lagi ciri arsitektur Cina. Perkembangan kawasan baik dari segi perubahan guna lahan maupun bangunan kurang memperhatikan aspek historis yang dimiliki oleh kawasan Pecinan Kota Pasuruan, seperti adanya bangunan baru yang bentuk bangunannya tidak mencerminkan situasi di sekelilingnya, dan perubahan bentuk muka bangunan dari bentuk aslinya, sehingga kesan historis dalam bentuk arsitektur campuran Cina-Eropa pada kawasan tersebut memudar. Kebijakan cagar budaya yang ada belum mewakili konteks pelestarian, sehingga perubahan-perubahan bangunan kuno sering terjadi. Penelitian Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Pasuruan bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik kawasan Pecinan Kota Pasuruan, (2) mengevaluasi penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan di kawasan Pecinan Kota Pasuruan, dan (3) menganalisis dan merumuskan arahan pelestarian Kawasan Pecinan Kota Pasuruan. Studi ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan purposive sampling dalam menentukan sampel. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, evaluatif, dan development . Metode deskriptif menguraikan analisis terhadap kawasan, persepsi masyarakat, sosial budaya, analisis elemen citra kawasan, analisis kebijakan pelestarian, dan analisis sinkronik-diakronik. Metode evaluatif digunakan dalam analisis faktor dan penilaian makna kultural bangunan kuno, dan metode development digunakan untuk merumuskan arahan pelestarian Kawasan Pecinan. Kawasan Pecinan terbentuk karena adanya UU Wijkenstelsel yang dikeluarkan oleh pihak Belanda dan Passenstelsel yang membentuk kawasan-kawasan yang menjadi permukiman etnis-etnis tertentu. Posisi permukiman Cina berada di daerah yang menguntungkan, karena berada di dekat pasar kota, terletak di tepi jalan yang merupakan jalan poros Kota Pasuruan (Jalan Niaga), dan terletak di tepi jalan utama. Wilayah studi merupakan BWK Pusat Kota dengan dominasi kegiatan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan jasa dan pusat kegiatan sosial. Karakter ruang luar wilayah studi dibentuk oleh deretan bangunan berlantai satu hingga dua dengan bergaya arsitektur Cina dan Kolonial dan campurannya. Peruntukan guna lahan antara lain untuk perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, tempat ibadah, dan permukiman. Path mayor adalah Jalan Hasanuddin, Jalan Soekarno-Hatta, dan Jalan Niaga. Node berupa Perempatan Niaga dan Pasar Senggol. District berupa kawasan perdagangan Jalan Niaga. Landmark berupa Klenteng Tjoe Tik Kiong. Zona I wilayah studi memiliki gaya arsitektur modern berupa ruko, zona II memiliki gaya arsitektur Cina dan Cina-Kolonial. Kegiatan budaya antara lain peringatan Imlek dan pertunjukan seni Barongsai dan Wayang Cina di sekitar klenteng. Secara sinkronik-diakronik, pada masa kolonial Kawasan Pecinan dipengaruhi oleh variabel politik dan sosial budaya. Pada masa setelah kemerdekaan Kawasan Pecinan dipengaruhi oleh variabel politik dan ekonomi, pada masa orde baru Kawasan Pecinan dipengaruhi oleh politik, ekonomi, dan sosial budaya, sedangkan pada masa setelah reformasi, Kawasan Pecinan dipengaruhi oleh variabel ekonomi dan sosial budaya. Bangunan kuno di wilayah studi yang mengalami perubahan berupa perbaikan/penggantian elemen yang rusak adalah sebesar 39%, bangunan yang mengalami perubahan berupa penambahan sebesar 26%, dan bangunan yang mengalami perubahan berupa perombakan adalah sebesar 35%. Faktor utama penyebab perubahan bangunan kuno dan lingkungan di wilayah studi adalah faktor lokasi, fungsi, dan ekonomi, yang terdiri atas variabel lokasi, fungsi, dan ekonomi. Kendala pelestarian di wilayah studi adalah status kepemilikan yang berupa hak milik pribadi (61%). Analisis penilaian makna kultural bangunan menghasilkan potensial tinggi sebanyak 8 bangunan, potensial sedang sebanyak 21 bangunan, dan potensial rendah sebanyak 17 bangunan. Faktor penghambat pemeliharaan bangunan kuno adalah dana pemeliharaan yang tinggi (54%). Kendala dari aspek kebijakan adalah tidak adanya perda mengenai pelestarian bangunan kuno, sehingga perubahan terhadap bangunan kuno sering terjadi. Sebanyak 82% masyarakat mendukung adanya pelestarian kawasan, dan 100% masyarakat menyatakan bersedia menaati peraturan pelestarian apabila telah dibuat. Arahan pelestarian fisik, yaitu arahan pelestarian bangunan kuno, arahan pelestarian elemen pembentuk kawasan, dan penetapan elemen jalan bersejarah di wilayah studi. Pelestarian bangunan kuno meliputi preservasi, konservasi,rekonstruksi/renovasi. Arahan pelestarian non fisik dilakukan melalui aspek kebijakan, ekonomi, dan sosial.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2008/706/050803563
Subjects: 300 Social sciences > 307 Communities > 307.1 Planning and development > 307.121 6 City planning
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 25 Nov 2008 09:44
Last Modified: 25 Nov 2008 09:44
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/139540
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item