Pengembangan Industri Kecil Batik di Kota Surakarta

WikanNurtiaEstika (2007) Pengembangan Industri Kecil Batik di Kota Surakarta. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Batik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kain bermotif yang dibuat dengan proses cetak menggunakan material lilin. (www.id.wikipedia.org, diakses tahun 2006). Batik di Indonesia merupakan salah satu kebudayaan nasional yang bernilai tinggi yang perlu dipelihara, dikembangkan dan ditingkatkan (Murtihadi dan Mukminatun dalam Setyaningsih, 2002). Kota Surakarta merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang berpotensi sebagai penghasil batik dengan karakteristik khas lokal. Hasil temuan menunjukkan bahwa masalah pokok dalam perindustrian batik di Kota Surakarta adalah terjadinya penurunan jumlah pengusaha dan nilai produksi batik, jangkauan daerah pemasaran terbatas dan keterbatasan modal untuk pembelian bahan baku produksi dan peningkatan pemasaran Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik industri batik di Kota Surakarta, mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan industri batik di Kota Surakarta untuk kemudian dapat disusun arahan pengembangan industri batik berdasarkan strategi dan konsep pengembangan yang sesuai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan kegiatan industri batik untuk kemudian diidentifikasi linkage system dengan mengkaji backward dan forward linkage serta diidentifikasi potensi dan masalah industri batik dengan fotomaping. Penentuan faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan industri batik di Kota Surakarta dilakukan dengan analisis faktor dalam software SPSS 12 for windows. Selanjutnya disusun strategi dan konsep pengembangan dengan metode EFASIFAS untuk menentukan kuadran pengembangan. Menindaklanjuti strategi dan konsep pengembangan tersebut, selanjutnya dilakukan analisis penentuan lokasi outlet pemasaran dengan metode skoring terhadap ketersediaan lahan, demand dan fungsi bangunan. Langkah terakhir adalah dengan merumuskan arahan pengembangan yang tepat bagi industri batik pada umumnya dan bagi outlet pemasaran batik di Kota Surakarta berdasarkan strategi dan konsep pengembangan yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1). Berdasarkan analisis kegiatan industri batik diketahui bahwa karakteristik pengusaha yaitu status kepemilikan adalah kerjasama dengan pihak lain (72,31%), cara memulai usaha berawal dari pengalaman yang diperoleh setelah membantu industri batik lain (63,08%), motivasi usaha adalah hanya mempunyai bakat dan ketrampilan membatik (43,08%); Modal awal berasal dari pinjaman (81,54%), asal modal pinjaman diperoleh dari kerjasama dengan pihak lain (37,74%), besar modal >Rp.1jt s/ d Rp.5jt (65,38%); Bahan baku berupa lilin dan zat pewarna diperoleh dari Kota Surakarta sedangkan kain putih juga berasal dari dalam Kota Surakarta (72,31%), cara mendapat bahan baku dilakukan dengan swadaya oleh pengusaha masingmasing (53,85%); pemasaran hasil produksi dilakukan melalui tengkulak (61,54%), jangkauan pemasaran produk sampai tingkat nasional yaitu Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Ponorogo dan Kota Blitar bahkan ekspor yaitu Malaysia dan Singapore; ratarata penyerapan tenaga kerja sebanyak 10 orang per unit usaha, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah TK terlatih dengan pendidikan tamatan SD (61,54%), tenaga kerja yang digunakan berasal dari anggota keluarga (46,15%); kelembagaan sudah terdapat paguyuban batik namun sampai saat ini tidak berjalan dengan maksimal. Industri batik memiliki keterkaitan ke belakang ( backward linkage ) dan keterkaitan ke depan ( forward linkage ). Keterkaitan ke belakang ( backward linkage ) meliputi keterkaitan penyediaan bahan baku, penyediaan peralatan dan penyediaan tenaga kerja sedangkan keterkaitan ke depan ( forward linkage ) meliputi pemasaran produk dan keterkaitan dengan wisata. (2) Faktor yang paling berpengaruh pada perkembangan industri batik adalah faktor pemasaran yang meliputi saluran distribusi dan strategi pemasaran. (3) Potensi dan masalah kegiatan industri meliputi potensi dan masalah kegiatan produksi yaitu aspek pemasaran, bahan baku, sumber daya manusia dan modal serta stakeholders serta potensi sarana dan prasarana transportasi. Analisis EFASIFAS menunjukkan bahwa posisi industri batik terletak di kuadran II berarti mendukung strategi diversifikasi baik produk maupun pasar. Lokasi outlet pemasaran berada didalam objekobjek wisata di Kota Surakarta yaitu Taman Budaya Sriwedari, Taman Jurug dan Taman Balekambang. (4). Arahan pengembangan meliputi perluasan pemasaran dan penyediaan prasarana limbah.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2007/677/05080071
Subjects: 300 Social sciences > 307 Communities > 307.1 Planning and development > 307.121 6 City planning
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 01 Feb 2008 14:47
Last Modified: 01 Feb 2008 14:47
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/138878
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item