Kustamnuringtyas, AjengAnjani (2017) Pengaruh Penambahan Probiotik Dalam Pakan Lengkap Terhadap Penampilan Produksi Kelinci Peranakan New Zealand White Periode Lepas Sapih. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan selain bibit dan manajemen. Dilihat dari segi ekonomi, lebih kurang 60-70% biaya produksi dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Pemberian pakan tambahan atau feed additive merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Probiotik merupakan pakan imbuhan berupa mikroorganisme yang dapat hidup di saluran pencernaan, bersimbiosis dengan mikroorganisme yang ada, bersifat menguntungkan, serta menyeimbangkan populasi mikroba pada saluran pencernaan. Penggunaan probiotik dalam pakan dapat menambah jumlah populasi mikroba yang menguntungkan bagi ternak, mencegah berkembangnya mikroba yang merugikan dalam saluran pencernaan sehingga dapat bersimbiosis dengan mikroorganisme yang ada. Penambahan probotik dalam pakan diharapkan mampu meningkatkan penampilan produksi kelinci peranakan New Zealand White periode lepas sapih. viii Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu November 2016 – Januari 2017 di peternakan Azhar Farm milik Bapak Mashuri Azhar yang beralamatkan di Jalan Slamet No. 3B gang V RT 03 RW 02 Dusun Banaran, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu 65331. Analisis proksimat pakan lengkap dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian probiotik dengan level pemberian yang tepat dalam pakan lengkap pada kelinci peranakan New Zealand White periode lepas sapih ditinjau dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan income over feed cost. Penelitian ini menggunakan kelinci peranakan New Zealand White periode lepas sapih sebanyak 40 ekor. Rata-rata bobot badan kelinci 523,15±97,5 gram dengan koefisien keragaman 18,6%. Kelinci peranakan New Zealand White dipelihara dalam kandang perlakuan menggunakan sistem battery. Pakan yang digunakan adalah pakan lengkap yang diproduksi oleh kelompok tani setempat, serta dilakukan penambahan probiotik berbentuk tepung dengan level pemberian berbeda tiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan lapang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan dilakukan sebanyak lima perlakuan dan masing-masing perlakuan pada empat kelompok, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari dua ekor kelinci peranakan New Zealand White. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut: P0 (Pakan basal), P1 (Pakan basal + 0,25% probiotik/kg), P2 (Pakan basal + 0,5% probiotik/kg), P3 (Pakan basal + 0,75% probiotik/kg) dan P4 (Pakan basal + 1% probiotik/kg). Variabel yang diamati dalam penelitian adalah penampilan produksi kelinci peranakan New Zealand White periode lepas sapih yang meliputi: konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan income over feed cost. Data hasil ix penelitian dicatat dan ditabulasi menggunakan program Excel. Data dianalisis menggunakan ANOVA dari Rancangan Acak Kelompok (RAK). Apabila terdapat perbedaan pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s. Hasil penelitian mengenai penampilan produksi kelinci menunjukan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel yang menunjukan bahwa kelompok yang didasarkan atas bobot badan memberikan hasil yang tidak nyata (P>0,05). Hal ini disimpulkan bahwa probiotik yang diberikan tidak mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan income over feed cost kelinci peranakan New Zealand White periode lepas sapih berdasarkan kelompok. Sedangkan untuk hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh penambahan probiotik dalam pakan lengkap sebanyak 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1% memberikan pengaruh yang tidak nyata pula (P<0,05) terhadap penampilan produksi kelinci peranakan New Zealand White. Rataan nilai konsumsi pakan hasil penelitian berdasarkan pengaruh perlakuan dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu perlakuan P4 (113,88 ± 2,31 gram/ekor/hari), P3 (111,97 ± 5,51 gram/ekor/hari), P2 (111,94 ± 5,76 gram/ekor/hari), P0 (110,58 ± 4,88 gram/ekor/hari), P1 (110,25 ± 6,78 gram/ekor/hari). Rataan nilai konsumsi pakan menunjukkan kecenderungan nilai tertinggi yaitu P4 sebesar (113,88 ± 2,31 gram/ekor/hari). Konsumsi pakan ini diduga berasal dari aroma pakan yang pekat, semakin tinggi nilai persentase pemberian probiotik pada pakan basal membuat pakan perlakuan beraroma semakin pekat. Aroma probiotik pada pakan diduga dapat meningkatkan konsumsi pakan. Meningkatnya konsumsi pakan mengakibatkan meningkatnya pertambahan bobot badan. Rataan nilai pertambahan bobot badan hasil penelitian berdasarkan pengaruh perlakuan dari yang tertinggi hingga x terendah berturut-turut yaitu perlakuan P4 (1881,88±176,97 g/ekor), P2 (1748,75±127,19 g/ekor), P3 (1638,63±80,27 g/ekor), P0 (1622,88±205,87 g/ekor), P1 (1529,88 ± 262,5 g/ekor). Apabila dilihat dari segi nilai pertambahan bobot badan hariannya terdapat kecenderungan bahwa P4 (38,41 ± 3,61 gram/ekor/hari) yaitu pakan perlakuan dengan penambahan probiotik sebesar 1% memberikan nilai yang lebih tinggi dibanding nilai pertambahan bobot badan harian pada perlakuan lain yaitu P0, P1, P2 dan P3. Tingginya pertambahan bobot badan harian kelinci peranakan New Zealan White pada perlakuan P4 (1%) ini diduga karena probiotik dapat meningkatkan aktivitas enzim pencernaan sehingga penguraian dan penyerapan makanan menjadi lebih sempurna, aktivitas enzim tersebut dimiliki oleh mikroba untuk memecah ikatan panjang karbohidrat, protein dan lemak sehingga probiotik dapat memberikan efek menguntungkan seperti menstimulasi produksi enzim pencernaan dan dapat meningkatkan status kesehatan inangnya. Namun karena dosis penambahan probiotiknya terbilang sedikit dan aktivitas mikroba yang terdapat dalam probiotik belum secara maksimal menstimulasi enzim-enzim dalam usus halus untuk meningkatkan proses penyerapan pakan yang diikuti dengan peningkatan pertambahan bobot badan pada kelinci Konversi pakan merupakan salah satu standar dalam berproduksi yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. Konversi pakan dalam penelitian diukur berdasarkan perbandingan antara konsumsi pakan dengan bobot badan yang dicapai selama penelitian (Santoso dan Sutarno, 2009). Rataan nilai konversi pakan hasil penelitian berdasarkan pengaruh perlakuan dari yang tertinggi hingga yang terendah berturut-turut yaitu perlakuan P1 (3,32 ± 0,41), P3 (3,31 ± 0,17), P2 (3,21 ± 0,10), P0 (3,16 ± 0,20), P4 (2,97 ± 0,50). Rataan nilai konversi pakan menunjukkan kecenderungan nilai tertinggi yaitu P4 sebesar (2,97 ± 0,50). Nilai konversi pakan yang rendah menunjukan xi efisiensi penggunaan pakan lebih baik dan semakin efisien pula kelinci mengkonsumsi pakan untuk pertambahan bobot badannya. Rataan nilai Income Over Feed Cost hasil penelitian berdasarkan pengaruh perlakuan dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu perlakuan P4 (Rp 58.193,10 ± 8.303,11), P2 (Rp 50.014,96 ± 2.913,03), P0 (Rp 48.378,06 ± 6.114,78), P3 (Rp 46.478,50 ± 3.631,64), P1 (Rp 45.007,28 ± 8.952,12). Rataan nilai income over feed cost menunjukkan kecenderungan nilai tertinggi yaitu P4 sebesar (Rp 58.193,10 ± 8.303,11), sedangkan nilai IOFC terendah adalah pada perlakuan P1 (Rp 45.007,28 ± 8.952,12). Perlakuan P4 (1%) menghasilkan nilai IOFC yang baik, karena selisih antara pendapatan dengan biaya pakan nilainya tinggi. Sebaliknya pada perlakuan P1 (0,25%) menghasilkan nilai IOFC yang rendah, karena selisih antara pendapatan dengan biaya pakan nilainya rendah. Secara ekonomis, hal ini menunjukan bahwa semakin turun nilai IOFC maka akan semakin menurun nilai pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan probiotik dalam pakan lengkap dengan level pemberian yang telah ditentukan tidak dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan income over feed cost serta tidak menurunkan konversi pakan kelinci peranakan New Zealand White
English Abstract
The main objective of this research was to determine effect addition of probiotic in complete feed on production performance of weaning New Zealand White hybrid. The materials used of this research were 40 weaning New Zealand White hybrid at 4 weeks old with coefficient of variance of initial body weight of 18,6%. The research was conducted in Bumiaji subdistrict, Batu district. The method used in this research in vivo test consisted of five treatments including P0 (0%), P1 (0,25%), P2 (0,5%), P3 (0,75%), P4 (1%) and four categories. The variables in this research consisted of feed consumption, body weight gain, feed conversion, Income Over Feed Cost (IOFC). The datas were analysis by Anova from Randomized Block Design (RBD) and if significant was continued with Duncan’s Multiple Range Test. The results showed that the effect addition of probiotic in complete feed have not significantly influence (P>0,05) on feed consumption, body weight gain, feed conversion and IOFC of weaning New Zealand White hybrid. The conclusion of this research are addition of probiotic in complete feed to level 1% vi have not significantly influence on production performance of weaning New Zealand White hybrid. The 1% treatment gives the best production performance and that treatment can increase the Income Over Feed Cost.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPT/2017/84/051703404 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Kustati |
Date Deposited: | 21 Apr 2017 14:48 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 05:08 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/138255 |
Text
Skripsi_Ajeng_A.K_135050107111022.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
|
Text
Jurnal_Ajeng_Anjani_K_135050107111022.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |