Putri, RafikaFebriani (2016) Bobot Sapih Dan Pbbh Pedet Sapi Persilangan Wagyu Pada Sistem Pemeliharaan Intensif Dan Semi Intensif. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Austasia Stockfeed yang terletak di Dusun Bawang Kijang, Desa Negara Batin, Jabung, Lampung Timur. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 3 September sampai 17 November 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) pedet sapi Persilangan Wagyu pada sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif, serta untuk mengetahui persentase jumlah pedet Persilangan Wagyu yang memiliki bobot sapih diatas rataan bobot sapih kelompok pada setiap sistem pemeliharaan. Hasil penelitian diharapkan menjadi sumber informasi dalam menentukan kebijakan sapi potong di Indonesia. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedet Persilangan Wagyu sebelum sapih sebanyak 235 ekor yang terbagi dua kelompok. Kelompok pemeliharaan intensif sejumlah 62 ekor (36 ekor pedet jantan dan 26 ekor pedet betina) serta kelompok pemeliharaan semi intensif sejumlah 173 ekor (91 ekor pedet jantan dan 83 ekor pedet betina). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Variabel yang diamati yaitu bobot lahir bobot sapih, PBBH viii dan umur induk. Data dianalisis menggunakan uji t (tidak berpasangan) untuk mengetahui perbedaan bobot lahir, bobot sapih dan PBBH pada pemeliharaan intensif dan semi intensif. Hasil penelitian menunjukkan bobot lahir pedet Persilangan Wagyu jantan dan betina pada pemeliharaan intensif dan semi intensif tidak berbeda nyata. Bobot sapih terkoreksi pada pemeliharaan intensif dan semi intensif berbeda sangat nyata (P<0,01) pada setiap jenis kelamin. Bobot sapih terkoreksi pedet Persilangan Wagyu jantan dan betina pada pemeliharaan intensif secara berturut-turut adalah 155,59 ± 35,94 kg dan 146,72 ± 28,37 kg, serta bobot sapih terkoreksi pada pemeliharaan semi intensif adalah 184,42 ± 32,15 kg dan 175,57 ± 32,56 kg. PBBH pedet Persilangan Wagyu yang dipelihara secara intensif dan semi intensif menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada setiap jenis kelamin. PBBH pedet Persilangan Wagyu jantan dan betina pada pemeliharaan intensif secara berturut-turut adalah 0,57 ± 0,16 kg dan 0,53 ± 0,12 kg, sedangakan pada pemeliharaan semi intensif adalah 0,70 ± 0,14 kg dan 0,67 ± 0,14 kg. Hasil analisis data menunjukkan bahwa persentase jumlah pedet Persilangan Wagyu pada pemeliharaan intensif yang memiliki bobot sapih diatas rataan bobot sapih kelompok adalah 32,26%, lebih rendah dibandingkan pada pemeliharaan semi intensif yaitu 70,00%. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah CMR dan pakan grower yang diberikan pada pedet pemeliharaan intensif tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi pedet seperti susu induk, sehingga bobot sapih dan PBBH Pedet Persilangan Wagyu pada pemeliharaan intensif lebih rendah dibandingkan pada pemeliharaan semi intensif. Bobot lahir pada pemeliharaan intensif dan semi intensif relative sama. Saran dalam penelitian ini adalah penyapihan pada pedet dapat dilakukan lebih dini agar mampu mengurangi tingkat stress pada induk dan pedet serta mempercepat munculnya estrus pada induk. Mengganti pakan grower ix dengan pakan yang kandungan nutrisinya dapat mengimbangi nutrisi susu dari induk. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh penyapihan terhadap munculnya berahi pada induk.
English Abstract
The purpose of this study to determine the weaning weight and Average Daily Gain (ADG) of Wagyu Cross calves on different rearing management and percentage of calves that had weaning weight above average weaning weight in a group. The experiment was conducted in 3rd September to 17th November 2015 at PT. Austasia Stockfeed, Negara Batin Village, Jabung, west Lampung. This study used 235 heads pre weaning Wagyu Cross calves. 62 heads of intensive rearing, consisted 36 male calves and 26 female calves. 173 heads of semi intensive rearing, consisted 91 male calves and 82 female calves. The methods in this study were case study and collect the data with purposive sampling method. The variables measured were birth weight, weaning weight, ADG of Wagyu Cross calves and the parity of Dam. Data was analyzed by t test (unpaired). The results showed that the birth weight of Wagyu Cross calves was not affected by different rearing. Adjusted Weaning Weight 205 days vi (AWW205) of male calves and female calves in intensive rearing were 155.59±35.94 kg and 146.72±28.37 kg, which was significantly lower (P<0.01) than male calves (184.42±32.15 kg) and female calves (175.57±32.56 kg) in semi intensive rearing. ADG of male calves (0.57±0.16 kg) and female calves (0.53±0.12 kg) in intensive rearing were known significantly lower (P<0.01) than ADG of male calves (0.70±0.14 kg) and female calves (0.67±0.14 kg) in semi intensive rearing. AWW205 that above average of Wagyu Cross calves in semi intensive rearing higher than intensive rearing. The conclusion of this study is Wagyu Cross calves in semi intensive rearing had a better weaning weight and ADG than Wagyu Cross calves in intensive rearing because CMR had given in intensive rearing not as better as Dam’s milk in semi intensive rearing, meanwhile birth weight was not affected by different rearing.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPT/2016/340/ 051610267 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Kustati |
Date Deposited: | 14 Oct 2016 14:06 |
Last Modified: | 14 Oct 2016 14:06 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/137968 |
Actions (login required)
View Item |