Susanto, Edi (2016) Pengaruh Penambahan Aktivator Nabati Terhadap Ph, Suhu Dan Kelembaban Lumpur Organik Cair Unit Gas Bio. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitian dilaksanakan di Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang pada bulan April sampai dengan Mei 2015. Pembuatan aktivator nabati dilakukan di Jl. Joyo Grand Blok C1 No 08, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Analisis kandungan unsur hara dilaksanakan di Lab.Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan aktivator nabati (Buah-buahan dan Sayur-sayuran) terhadap pH, suhu dan kelembaban udara pada lumpur organik cair unit gas bio. Kegunaan dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pupuk cair unit gas bio dengan penambahan aktivator nabati serta menetapkan kualitas pupuk cair di bidang pertanian dan peternakan dalam meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman serta perairan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lumpur Organik Cair Unit Gas Bio dan Aktivator Nabati (Buah-buahan dan sayuran), peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terpal, Thermometer, Hygrometer, Timbangan, pH meter, Mixer, Ember, Sprayer, Cangkul, Jerigen, Tong dan Karung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian percobaan. Limbah buah-buahan dan sayuran difermentasi untuk menghasilkan aktivator nabati kemudian dicampur dengan limbah bio gas sebanyak 0% untuk P0, 5% untuk P1, 10% untuk P2, 15% untuk P3, 20% untuk P4, dan 25% untuk P5. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengakp (RAL). Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka diuji dengan Uji DMRT (Uji Jarak Berganda Duncan). vi Variabel yang diukur adalah pH, Suhu dan Kelembaban Udara setiap (1 minggu 1 kali). Adapun perlakuan tersebut adalah perbandingan antara 500 ml LOCUGB dengan penambahan aktivator nabati pada masing-masing perlakuan sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%, data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap dilanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada nilai pH pada Minggu-I Rata-rata pH Lumpur Organik Cair tertinggi pada P0 sebesar 7,8 ± 0.22, dan terendah terdapat pada P5 sebesar 6,7 ± 0.90, Minggu-II Rata-rata pH Lumpur Organik Cair tertinggi pada P2 sebesar 8 ± 0,18, dan terendah adalah P4 sebesar 6,8 ± 0,34, Minggu-III Rata-rata pH Lumpur Organik Cair tertinggi pada P1 sebesar 7,5 ± 0,36, dan paling rendah adalah P3 sebesar 6 ± 0,69, sedangkan pada nilai Suhu Minggu-I Rata-rata Lumpur Organik Cair tertinggi pada P3 sebesar 31,50 ± 0,710C , dan terendah adalah P1 sebesar 30,63 ± 0,750C, Minggu-II Rata-rata Suhu Lumpur Organik Cair yang tertinggi adalah P4 sebesar 32,25 ± 0,960C, dan terendah adalah P3 sebesar 30,50 ± 0,580C, Minggu-III Rata-rata Suhu Lumpur Organik Cair yang tertinggi adalah P4 sebesar 32,00 ± 0,820C, dan terendah adalah P0 sebesar 30,50 ± 0,580C, sedangkan pada nilai Kelembaban udara Lumpur Organik cair Minggu-I Rata-rata kelembaban udara Lumpur Organik Cair tertingii pada P0 sebesar 53,00 ± 0,82%, dan terendah adalah P2 sebesar 51,00 ± 0,82%, Minggu-II Rata-rata kelembaban udara Lumpur Organik Cair tertinggi adalah P0 sebesar 52,00 ± 0,82%, dan terendah adalah P3 sebesar 51,00 ± 0,58%, Minggu-III Rata-rata kelembaban udara Lumpur Organik Cair tertinggi pada P0 sebesar 53,00 ± 0,82%, dan terendah adalah P4 sebesar 51,00 ± 0,82%, dari uraian diatas menunjukkan bahwa pada pH terjadi penurunan karena sejumlah mikroorganisme asetogenik yang terlibat dalam proses pembuatan pupuk cair mengubah bahan organik menjadi asam organik, sedangkan pada suhu disebutkan bahwa pupuk cair yang baik dapat dilihat dari suhu yang mendekati atau sama dengan suhu air tanah yaitu 28-30 oC. Jika suhu sudah vii mencapai puncak suhu, mikroorganisme mulai mati atau dorman sehingga aktivitasnya menurun dan memicu dimulainya pematangan dan kestabilan suhu pupuk cair, pada kelembaban udara diukur menggunakan higrometer. Kandungan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses pembuatan pupuk cair. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40-60 % dengan nilai yang paling baik adalah 50%. Jika kelembaban dibawah 40% aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerob yang menimbulkan bau tidak sedap. Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah Pemberian aktivator nabati meningkatkan kualitas pupuk cair unit gas bio (LOCUGB). Saran pada penelitian ini adalah Perlu dilakukan penelitian tentang penambahan aktivator nabati dengan perlakuan yang berbeda yang berfungsi untuk menentukan apakah hasilnya berbeda nyata dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan diterapkan pada tanaman.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPT/2016/27/051603281 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 29 Apr 2016 10:59 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 07:38 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/137887 |
Preview |
Text
BAB_I.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_III.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_II.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR_ISI-Daftar_Lampiran.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR_PUSTAKA.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
LAMPIRAN.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_IV.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
RIWAYAT_HIDUP.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_V.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
Cover.pdf Download (1MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |