Manajemen Pemeliharaan Rusa Timorensis (Cervus Timorensis) di Penangkaran Rusa Milik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Blitar RPH Sumber Ringin BKPH Rejo Tangan Kabupaten Blitar

TohaPutraZaenalAnwar (2009) Manajemen Pemeliharaan Rusa Timorensis (Cervus Timorensis) di Penangkaran Rusa Milik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Blitar RPH Sumber Ringin BKPH Rejo Tangan Kabupaten Blitar. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama 30 hari mulai tanggal 15 Juli sampai 15 Agustus 2006 di Proyek Pengembangan Satwa Wana Wisata Penangkaran Rusa Sumber Ringin milik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Blitar RPH Sumber Ringin BKPH Rejo Tangan Kabupaten Blitar Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan rusa Timorensis (Cervus timorensis) di Penangkaran Rusa Milik Perum perhutani Unit II Jawa timur KPH Blitar RPH Sumber Ringin BKPH Rejo Tangan Kabupaten Blitar. Kegunaan dari Praktek Kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan rusa timorensis terutama : Sistem pemeliharaan, pakan dan minum, reproduksi, perkandangan dan pencegahan penyakit Materi yang digunakan adalah seluruh rusa timorensis yang terdapat di lokasi penangkaran rusa Sumber Ringin. Jumlah keseluruhan rusa Timorensis yang ada di penangkaran rusa sumber ringin adalah 80 ekor dengan rincian 30 ekor rusa jantan, 33 ekor rusa betina dan 17 ekor anak rusa. Metode yang digunakan adalah Observatif Partisipatif yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara terlibat langsung atau magang kerja. Variabel yang diamati adalah pemeliharaan, pemberian pakan dan minum, perkandangan, perkawinan, pemanfaatan rusa, pencegahan penyakit dan restocking. Hasil Praktek Kerja Lapang di ketahui bahwa pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pada pukul 09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB, pemberian pakan dengan cara ditebar secara langsung di atas permukaan tanah dan tanpa dilakukan penimbangan jumlah pakan yang diberikan, kemudian dimakan secara bersama-sama oleh seluruh rusa yang terdapat di dalam areal penangkaran. Pakan yang diberikan berupa hijauan antara lain : rumput gajah, daun dan ranting pohon akasia, daun pepaya dan ubi jalar. Pemberian air minum secara ad-libitum. Luas total area penangkaran ± 6 Ha, dengan luas kandang penangkaran ± 2 Ha. Pagar kandang terbuat dari kawat harmonika yang mengelilingi area kandang dengan tinggi 200 cm , dan setiap 200 cm terdapat pemancang besi yang berfungsi sebagai penguat pagar. Sistem pemeliharaan dilakukan secara semi intensif karena sistem pemeliharaan rusa di atur oleh manusia seperti pemberian pakan dan minum, kecuali sistem perkawinan yang dilakukan secara alami. Pencegahan penyakit tidak dilakukan dan sebagian besar penyakit yang sering menyerang rusa berupa luka – luka akibat pertarungan antar pejantan. Kesimpulan dari Praktek Kerja Lapang ini antara lain : lokasi penangkaran sudah baik yaitu memiliki area yang luas, serta dekat dengan sumber pakan. Ciriciri rusa timorensis berdasarkan hasil pengamatan antara lain : Warna kulit coklat terang hingga coklat tua, rambut kasar dan mudah patah, rusa jantan memiliki ranggah, ranggah penuh bercabang tiga, rusa betina tidak beranggah dan ukuran tubuhnya lebih kecil. Sistem pemeliharaan semi intensif, sistem perkawinan secara alami. Fasilitas kandang baik, terdapat kandang perangkap, fasilitas kolam air sebagai tempat pemberian air minum secara ad-libitum, dan tersedia fasilitas berupa naungan sebagai media berteduh rusa dari cekaman panas dan hujan. pencegahan penyakit kurang baik karena tidak dilakukan Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil Praktek Kerja lapang antara lain perlunya pengontrolan pemberian pakan mulai dari kebutuhan nutrisi dan jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah rusa yang ada di lokasi penangkaran. Peningkatan sistem pencegahan penyakit berdasarkan hasil pengamatan banyak rusa yang mengalami luka akibat pertarungan antar pejantan dan apabila tidak dilakukan manajemen pencegahan penyakit yang baik dapat menimbulkan penyakit baru akibat infeksi. perlunya monitoring dan pengontrolan pola perkawinan untuk mencegah terjadinya inbreeding di tingkat penangkaran karena sex rasio rusa jantan dan betina tidak seimbang yaitu terlalu banyak jumlah rusa jantan dewasa dalam populasi di penangkaran sehingga program reproduksi juga kurang terkontrol.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2009/47/050900930
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 31 Mar 2009 14:01
Last Modified: 31 Mar 2009 14:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/136469
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item