Jati, Fransiscus Asisi Kresna (2018) Pembentukan Polong Kedelai [Glycine Max(L.) Merrs] Dengan Peningkatan Fotoperiode Dan Pemberian Bahan Organik. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak maupun bahan baku industri. Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Produktivitas rata-rata kedelai Indonesia di daerah Jawa Timur 2014 dengan jumlah 16,54 kuintal/ha dan 2015 mencapai 16,61 kuintal/ha. Produktivitas kedelai tahun 2014-2015 naik hingga 0,07 kuintal/ha di daerah Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2015). Upaya peningkatan hasil produksi polong dengan pengaplikasian fotoperiode pada fase generatif dapat meningkatkan produksi polong pada kedelai. Fotoperiode 15,3 jam akan meningkatkan bobot individual benih kedelai 181 mg dibandingkan kontrol 164,8 mg dengan kisaran fotoperiode 12 jam (Kantolic dan Slafer, 2007). Zhang (2006) menyatakan makin lama periode cahaya, asal faktorfaktor lain mencukupi maka akan terbentuk fotosintat yang banyak. Kumudini et al. (2007) menyatakan terjadi peningkatan lama pembungaan yang berpotensi meningkatkan hasil bila kedelai mendapat penyinaran tambahan selama 3 jam penambahan waktu fotoperiode mempengaruhi masa vegetatif dan generative. Selain dengan peningkatan fotoperiode pemberiaan bahan organik dapat meningkatkan hasil dapat meningkatkan hasil polong kedelai. Melati dan Andriyani (2005) menyatakan pemberian bahan organik berupa 10 ton pupuk kandang ayam /ha dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan produksi kedelai organik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai Juli 2017 di Agro Techno Park Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Bahan tanam yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Anjasmoro, pupuk urea, pupuk kandang ayam, decis, antracol. Peralatan yang digunakan mulsa plastic hitam, timbangan analitik, kamera, gembor, leaf area meter, oven listrik, lux meter, lampu CFL day light 23 watt (Philip), kabel listrik, kabel roll, thermometer lapangan, alat tulis dan alat penunjang penelitian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan percobaan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan yaitu fotoperiode (F) sebagai Petak utama dan Bahan Organik ( BO ) sebagai anak petak dan diulang sebanyak 4 kali. Faktor 1 adalah fotoperiode (P) P1: 12 Jam penyinaran ( 40 Hst), P2: 14 Jam penyinaran (40 Hst) dan faktor 2 adalah Bahan Organik (BO) BO1: 0 BO + 50 kg N/ha (652mg/rumpun), BO2: 10 ton/ ha BO (60g/rumpun) + 50 kg N/ha, BO3: 20 ton /ha BO (120g/rumpun) + 50 kg N/ha. Pengamatan dilakukan dengan 2 cara yaitu destruktif dan non detruktif, untuk non destruktif yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, waktu berbunga dan jumlah buku subur. Untuk yang destruktif yang diamati adalah bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, luas daun. Dan untuk pengamatan panen adalah bobot biji pertanaman, bobot 100 biji, jumlah polong total pertanaman, jumlah polong isi, waktu panen, hasil panen. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila hasilii penguji diperoleh perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan dengan penggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Berdasarkan dari hasil penelitan didapatkan bahwa penambahan 2 jam fotoperiode dan pemberian 20 t/ha bahan organik menghasilkan rerata yang paling tinggi pada parameter jumlah buku subur, berat segar total, berat polong/tanaman, berat total biji/tanaman dan hasil panen. Perlakuan fotoperiode berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun luas daun dan berat kering. Perlakuan penambahan bahan organik berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman , jumlah daun, luas daun dan berat kering. Hasil penelititan menunjukan perlakuan pemberian bahan organik sebanyak 20 ton tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong kedelai sedangkan perlakuan peningkatan fotoperiode selama 2 jam juga berbeda nyata dan memiliki rerata tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya yaitu sebesar 59,22 buah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daksa et al (2014) bahwa jumlah polong vareitas Anjasmoro berkisar antara 23-59, Hal ini sejalan dengan penelitian Rasyad dan Idwar (2010), yang mengatakan bahwa jumlah polong lebih dominan dipengaruhi oleh lingkungan penanaman dibanding faktor g
English Abstract
As one of necessary Indonesia agricultural commodities, Soybean (Glycine max (L.) Merr.) is massively needed for human foodstuff, livestock feeds and raw materials products for industries. Yearly, Indonesia needs more and more Soybean in line with population growth and the raised of per capita income. In 2014, the average of Indonesia Soybean productivity in East Java was 16.54 quintals/ha and raised to 16.61 quintals/ha in 2015. The Soybean productivity in East Java rose 0.07 quintals/ha in 2014-2015 (Central Bureau of Statistics, 2015). The efforts for increasing Soybean pod production by applying generative phase of photoperiod could increase its production. By controlling 15.3 hours of Photoperiod would increase individual weight of Soybean seed up to 181 mg compared to control 164.8 mg by 12 hours (Kantolic and Slafer, 2007). Zhang (2006) stated that the longer the period of light as long as other factors are sufficient then a lot of photosynthetic would form. Kumudini et al. (2007) stated that there is an increase of flowering time with potentially increasing the yield if Soybean gets more 3 additional hours of photoperiodic that affect generative and vegetative periods. Increasing the Soybean pod production not only could be done by adding more photoperiod time but also by adding organics materials. Melati and Andriyani (2005) stated that giving 10 tons organics materials of chicken compost/ha could increase vegetative growth and the organics Soybean productions. This research was conducted from April to July 2017 at Agro Techno park Brawijaya University, Jatikerto village, Kromengan District, Malang Regency by growing Anjasmoro Varieties of Soybean seeds with Urea fertilizer, chicken compost, Decis and Antracol. The equipments used were black mulch plastics, analytic scales, cameras, brochures, leaf area meters, electric ovens, lux meter, 23 watts CLF day light lamps (Phillips), power cable, roll cable, field thermometers, stationery and research the other research supporting tools. This research used Split Plot Design plan by photoperiod (P) as the main plot with Organics Materials (BO) as the subplots with 4 times repeating. Factor 1 is photoperiod (P) P1: 12 hours of lighting period (40 days after planting), P2: 14 hours of lighting period (40 days after planting); while factor 2 is the Organics Materials (BO) BO1: 0 BO + 50 kg N/ha (625 mg/clump), BO2: 10 tons/ha BO (60g/clump) + 50 kg N/ha, BO3: 20 tons/ha BO (120g/clump) + 50 kg N/ha. The observations were carried out in 2 ways, destructive and nondestructive. Non-destructive observation measurements were on plant height, number of leaves, flowering time and number of fertile grains. Destructive observation measurements were on the weight of fresh plant, the weight of dry plant and leaf area. For harvesting observations were on the weight of a seed, the weight of 100 seeds, the total of pod planted, the number of pods filled, harvest time and the yield. Final data observations were analyzed by using the variety analysis (Fiv test) at the level of 5%. If the result shows significant differences, researcher will do further comparison test by using the Smallest Significant Difference Test (BNT) treatment at the level of 5%. Based on the result of the research, the 2 hours addition of photoperiod and the 20 tons/ha of organics materials produces the highest average in the parameters of the numbers of fertile grains, total fresh weight, pod weight/plant, total weight of seeds/crops and yield. Photoperiod treatment affects on the parameters of plant height, number of leaves and dry weight. Adding organics material treatment affects on the parameters of plant height, number of leaves, leaf area and dry weight. The result of the research shows that by using 20 tons organics materials was not significantly differ from the number of soy pods, while the additional 2 hours photoperiod time was also significantly different and gave more average height of the plant than the other ways for about 59.22 pieces. This result is in conformity with the research conducted by Daksa et al (2014) that the number of Anjasmoro variety pods ranged between 23-59, this is in line with the research of Rasyad and Idwar (2010), stated that the number of pods is more dominantly influenced by the planting environment than the genetic plantation factors.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/799/051810692 |
Uncontrolled Keywords: | Kedelai, Glycine Max(L.) Merrs, Fotoperiode, Bahan Organik |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.3 Legumes, forage crops other than grasses and legumes > 633.34 Soybeans |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 25 Feb 2019 07:44 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 16:12 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/13625 |
Preview |
Text
Fransiscus Asisi Kresna Jati.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |