RizaJuwitaDewi (2016) Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Rawai Tuna Dan Morfometri Ikan Dominan Yang Didaratkan Di Pelabuhan Benoa, Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Perkembangan perikanan dunia terutama perikanan tuna telah menunjukkan adanya tangkapan berlebih (over fishing) di sebagian besar daerah penangkapan tuna. Hal itu terjadi karena tingginya permintaan ikan dunia akibat pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan dan perubahan selera. Sebagai salah satu negara penghasil tuna terbesar di dunia, Indonesia memiliki kapasitas sumberdaya yang tersebar hampIr di seluruh perairan kepulauan, territorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Berdasarkan laporan tahunan Indian Ocean Tuna Comission (2015) status perikanan tuna mata besar saat ini masih tetap dibawah MSY meskipun hasil tangkapan terus meningkat dari tahun sebelumnya. Sementara untuk madidihang selama kurun waktu lima tahun terakhir hasil tangkapannya melebihi perkiraan rata-rata tangkapan atau telah melebihi MSY yang berarti status madidihang saat ini telah lebih tangkap (overfishing). Status tuna sirip biru selatan yang dilindungi sejak tahun 2012 sehingga terdapat pengawasan terhadap hasil tangkapan oleh Comission on Conservation of Southern Bluefin Tuna. Penyajian informasi mengenai data dan pendugaan parameter populasi ikan diperlukan pembaharuan secara periodik untuk pemanfaatan dan pengelolaan secara berkelanjutan. Penurunan armada penangkapan tetapi hasil tangkapan justru semakin meningkat dan rendahnya publikasi mengenai biologi tuna dan data terbaru terkait kajian stok ikan tuna, perlu adanya penelitian berlanjut mengenai komposisi jenis tuna dan morfometri panjang tuna serta faktor kondisi dari tuna dominan yang didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali. Tujuan penelitian yaitu menganalisa komposisi jenis hasil tangkapan rawai tuna berdasarkan kondisi ikan ketika didaratkan, membuat persamaan empiris untuk konversi panjang dari sirip dada hingga pangkal ekor (PFL) ke panjang cagak (FL) dari jenis ikan dominan yang didaratkan, menganalisa ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan sebaran panjang ikan dominan yang didaratkan, menganalisa hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan dominan didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil sampling yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan paket analysis toolpax microsoft excel 2016. Microsoft excel digunakan untuk penyajian data primer, mencari komposisi ikan hasil tangkapan, persamaan empiris untuk konversi dari ukuran panjang tidak standar (PFL) ke panjang standar (FL), hubungan panjang bobot, ukuran pertama kali tertangkap dan faktor kondisi ikan tuna. Komposisi hasil tangkapan yang didaratkan dalam keadaan segar adalah untuk kualitas ekspor sebanyak 8150 ekor dimana terdiri dari 3549 ekor (43,55%) Madidihang, 3914 ekor (48%) tuna mata besar dan 687 ekor (8,43%) tuna sirip biru selatan. Kemudian untuk kualitas reject dengan total 5921 ekor yang terdiri dari 1244 ekor (21,01%) madidihang, 2461 ekor (41,56%) tuna mata besar, 2146 ekor (36,24%) tuna sirip biru selatan, 48 ekor (0,81%) ikan pedang, 13 ekor (0,22%) marlin biru, 4 ekor (0,10%) ekor marlin loreng dan 3 ekor (0,05%) marlin hitam. Sementara untuk hasil tangkapan dalam keadaan beku didominasi oleh albakor dimana terdiri dari 3776 ekor (39,31%) gindara, 2209 ekor (23%) albakor, 864 ekor (8,99%) gindara kulit duri, 739 ekor (7,69%) tuna sirip biru, 598 ekor (6,22%) cucut selendang, 421 ekor (4,38%) ikan opah, 278 ekor (2,89%) ikan pedang, 247 ekor (2,57%) tenggiri ,178 ekor (1,85%) tuna mata besar, 56 ekor (0,58%) layaran, 49 ekor (0,51%) marlin loreng, 45 ekor (0,46%) lemadang, 32 ekor (0,33%) marlin biru, 24 ekor (0,32%) marlin hitam, 24 ekor (0,24%) hiu koboy, 20 ekor (0,20%) cakalang, 9 ekor (0,93%) hiu monas, 9 ekor (0,93%) madidihang, 8 ekor (0,08%) hiu moro, 7 ekor (0,07%) bawal bulat dan 4 ekor (0,04%) bawal lonjong. Persamaan empiris konversi panjang dari sirip dada hingga pangkal ekor (PFL) ke panjang cagak (FL) dari jenis ikan dominan yang didaratkan.yaitu Untuk madidihang (Thunnus albacares) didapat model persamaan linier sederhana dengan notasi y = – 6,7304 + 0,8148x, untuk tuna mata besar (Thunnus obesus) y = – 4.7078 + 0,779x dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) y = 1.8861 + 0,716x. Hasil perhitungan rata-rata pertama kali tertangkap (L50%/Lc) dari madidihang (Thunnus albacares) berada pada panjang 136,2 cmFL, tuna mata besar (Thunnus obesus) 125,6 cmFL dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) 162,2 cmFL dimana ketiga ikan dominan tersebut secara keseluruhan telah matang gonad yang ditunjukkan oleh nili Lc>Lm. Hasil analisis hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan dominan diperoleh bahwa untuk madidihang dan tuna mata besar memiliki pola pertumbuhan isometrik atau b = 3 (pertambahan panjang seiring dengan pertambahan berat) dan untuk tuna sirip biru selatan memiliki pola pertumbuhan allometrik positif b > 3 (pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang tubuh). Sementara hasil perhitungan faktor kondisi untuk madidihang nilai faktor kondisi berkisar 1,7239 – 2,0567, tuna mata besar nilai faktor kondisi berkisar 1,9057–2,0316 dan tuna sirip biru selatan nilai faktor kondisi berkisar 1,8807 - 2,300 yang menandakan faktor kondisi ikan dominan yang didaratkan bersifat kurang pipih (Kn = 1-3)
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2016/559/051608112 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan |
Depositing User: | Sugiantoro |
Date Deposited: | 26 Sep 2016 09:10 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 12:04 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/135282 |
Preview |
Text
ARTIKEL_RIZAJUWITADEWI_125080201111003_PP.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
SKRIPSI_RIZAJUWITADEWI_125080201111003_PSP.pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |