Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Dalam Pembuatan Mikrokapsul Probiotik Yang Terenkapsulasi Karaginan Kappa Iota Dengan Metode Foam Mat Drying Terhadap Viabilitasnya

Pratama, AlvianDio (2016) Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Dalam Pembuatan Mikrokapsul Probiotik Yang Terenkapsulasi Karaginan Kappa Iota Dengan Metode Foam Mat Drying Terhadap Viabilitasnya. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum merupakan jenis rumput laut yang dapat digunakan dalam proses pembuatan karaginan. Dikarenakan karaginan merupakan polisakarida, suatu senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium dan magnesium atau kalsium sulfat dengan galaktosa dan kopolimer 3,6 anhidrogalaktosa Salah satu pemanfaatan karaginan dalam bidang kesehatan yaitu dengan mengaplikasikan karaginan sebagai bahan pengenkapsulat dalam proses mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi adalah teknik enkapsulasi bahan inti yang berbentuk padatan, cairan, maupun gas dengan suatu bahan penyalut. Probiotik adalah suplemen berupa mikroba hidup yang memberi keuntungan kepada manusia, khususnya dalam keseimbangan mikroflora usus. Lactobacillus acidophilus akan tumbuh pada suhu minimum 27°C, suhu optimum 37°C, dan suhu maksimum 48°C. Bifidobacterium bifidum akan tumbuh pada suhu minimum 22°C, suhu optimum 37°C, dan suhu maksimum 48°C. BAL harus memiliki aktivitas antimikroba dengan memproduksi substansi penghambat seperti asam laktat, diasetil, hidrogen peroxida (H2O2), karbondioksida (CO2) dan senyawa peptida antimikroba yang bernama bakteriosin. Senyawa-senyawa ini tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tetapi dapat mempengaruhi metabolisme bakteri atau produksi toksin. Didalam proses pengeringan mikrokapsul melibatkan suhu dan lama pengeringan yang mempengaruhi viabilitas probiotik yang terenkapsulasi. Salah satu cara menjaga viabilitas probiotik yaitu dengan cara mempercepat proses pengeringan dengan menggunakan metode foam-mat drying. Hal ini disebabkan cairan lebih mudah bergerak melalui struktur busa daripada melalui lapisan padat pada bahan yang sama. Sehingga penambahan busa putih telur dapat meningkatkan viabilitas bakteri dengan cara menurunkan waktu pengeringan. fraksi protein putih telur yaitu globulin mempunyai kemampuan memudahkan terbentuknya buih, sementara kompleks ovomucin, lysozyme, ovalbumin dan conalbumin mempunyai kemampuan membuat buih stabil saat dipanaskan. Fraksi protein putih telur lainnya, seperti conalbumin, lysozyme, ovomucin dan ovomucoid sendiri mempunyai kemampuan membuih yang sangat rendah, tetapi interaksi antara lysozyme dan globulin mempunyai peranan penting dalam pembentukan buih. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Magfirah et al. (2014), pengeringan mikrokapsul menggunakan metode spray drying dengan suhu 160°C selama 3-10 detik menghasilkan viabilitas probiotik sebesar 3,0 x 107CFU/g. Penelitian yang dilaporkan oleh Onayanti et al. (2015), pengeringan menggunakan metode freeze drying dengan suhu -5°C selama 20 jam menghasilkan viabilitas probiotik sebesar 5 x 1010 CFU/g. penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2014), pengeringan mikrokaspul Kappa dan Iota dengan metode foam-mat drying dengan suhu pengovenan 40°C dan lama waktu 2 jam menghasilkan viabilitas probiotik L. acidophilus sebesar 4,34 log CFU/g. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen dilakukan untuk mengetahui sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lain. Metode ini dilaksanakan dengan memberikan variabel bebas secara sengaja kepada objek penelitian untuk diketahui akibatnya didalam variabel terikat. Variable bebas pada penelitian ini adalah suhu dan lama waktu pengeringan dalam proses pembuatan mikrokapsul mix probiotik. Variable terikat pada penilitan ini adalah viabilitas mikrokapsul mix probiotik. Berdasarkan perlakuan yang dilakukan maka penelitian ini dapat dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan menggunakan perlakuan yaitu penggunaan suhu dan lama pengeringan yang berbeda. Hasil penelitian dianalisis menggunakan ANOVA analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan pengujian perlakuan yang menggunakan uji F. Jika hasil analisis keragaman menunjukkan adanya perbedaan (F tabel 5% < F hit < F tabel 1% atau F hit> F tabel 1%) maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) 5%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu dan lama pengeringan memberikan pengaruh terhadap viabilitas bakteri L. acidophilus dan B. bifidum. Dengan hasil viabilitas tertinggi pada bakteri L. acidophilus yaitu pada perlakuan suhu 400C lama waktu 3 jam 5,45 log CFU/g dan hasil viabilitas tertinggi pada bakteri B. bifidum yaitu pada perlakuan suhu 400C lama waktu 3 jam 5,44 log CFU/g

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2016/106/051603730
Subjects: 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan
Depositing User: Indah Nurul Afifah
Date Deposited: 18 Apr 2016 14:47
Last Modified: 19 Oct 2021 23:03
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/134769
[thumbnail of PERNYATAAN_ORISINALITAS.pdf]
Preview
Text
PERNYATAAN_ORISINALITAS.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of LAPORAN_SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
LAPORAN_SKRIPSI.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of DAFTAR_ISI.pdf]
Preview
Text
DAFTAR_ISI.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of LAMPIRAN_SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
LAMPIRAN_SKRIPSI.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of COVER_DAN_PENGESAHAN.pdf]
Preview
Text
COVER_DAN_PENGESAHAN.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item