Pengaruh Umpan yang Berbeda (Belut, Biji Nangka dan Kelapa) Terhadap Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla spp.) Di Desa Kalianget Barat, Kabupaten Sumenep Jawa Timur

Ruslan, Achmad (2015) Pengaruh Umpan yang Berbeda (Belut, Biji Nangka dan Kelapa) Terhadap Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla spp.) Di Desa Kalianget Barat, Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Produksi kepiting bakau nasional diperoleh dengan cara budidaya dan penangkapan. Penangkapan kepiting bakau langsung dari alam dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis perangkap salah satunya adalah bubu. Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan (stimulus) yang bersifat fisika dan kimia. Umpan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan dalam usaha penangkapan, baik masalah jenis umpan, sifat dan cara pemasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis umpan yang berbeda (belut, kelapa dan biji nangka) terhadap hasil tangkapan kepiting bakau (Scylla spp) dan apakah ada pengaruh lokasi penempatan bubu di kerapatan mangrove yang berbeda terhadap hasil tangkapan kepiting bakau (Scylla spp). Penelitian ini di laksanakan pada bulan April sampai Mei 2015 yang bertempat di Desa Kalianget Barat, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan perlakuan jenis umpan belut, kelapa dan biji nangka, dengan penempatan bubu dilakukan di stasiun 1 dan stasiun 2 selama 8 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan. Metode analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok untuk mengetahui pengaruh jenis umpan yang berbeda (belut, kelapa, biji nangka) terhadap hasil tangkapan kepiting bakau. Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas dan pasang surut. Hasil parameter kualitas air selama penelitian yaitu suhu pada stasiun 1 berkisar antara 270C-300C, salinitas berkisar antara 140/00-240/00, tinggi pasang air laut berkisar antara 2,0 m -2,4 m, dan tinggi surut air laut berkisar 0,5 m -1,0 m. Pada stasiun 2 yaitu suhu berkisar antara 270C-300C, salinitas berkisar antara 00/00-230/00, tinggi pasang air laut berkisar 2,0m - 2,4 m dan surut air laut berkisar antara 0,5m -1,0m. Hasil perhitungan kerapatan mangrove di Desa Kalianget Barat pada stasiun 1 dengan kerapatan mangrove yang kurang lebat yaitu 440 ind/ha, berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomer 201 tahun (2004) menjelaskan bahwa kriteria mangrove yang jarang memiliki kerapatan <1.000 idn/ha. Pada stasiun ini jenis mangrove yang ditemukan yaitu Rizhopora mucronata dengan kerapatan jenis tingkat pohon sebesar 440 ind/ha. Stasiun 2 merupakan stasiun dengan kerapatan mangrove yang lebat yaitu 7.960 ind/ha, berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomer 201 tahun (2004) menjelaskan bahwa kriteria mangrove yang sangat padat memiliki kerapatan ≥1.500 idn/ha.. Pada stasiun ini jenis mangrove yang ditemukan yaitu Rhizopora mucronata dengan kerapatan jenis tingkat pohon sebesar 5.140 ind/ha, Sonneratia ovate dengan kerapatan jenis sebesar 2.500 ind/ha dan Bruguera gymnorrhiza dengan kerapatan jenis sebesar 360 ind/ha. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji F dalam metode analisis data Rancangan Acak Kelompok. Hal ini dapat dilihat dari F hitung perlakuan (10,56)> F tabel perlakuan (3,22), berarti H1 diterima yang artinya ada perbedaan respon hasil tangkapan kepiting bakau yang nyata dengan ketiga perlakuan memiliki hasil tangkapan yang berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada perbedaan respon hasil tangkapan dengan umpan belut, biji nangka maupun ii kelapa dan ketiga umpan memiliki hasil tangkapan yang berbeda. Namun hasil tangkapan tertinggi dengan menggunakan belut dengan total tangkapan di stasiun 2 sebesar 18 ind / 5 bubu / 8 hari dan stasiun 1 sebesar 5 ind / 5 bubu / 8 hari, selain kepiting bakau juga mendapatkan hasil tangkapan sampingan yaitu mimi, ikan melon, belut dan udang putih. F hitung kelompok (18,34)> F tabel kelompok (4,07), berarti H1 diterima yang artinya ada perbedaan respon hasil tangkapan kepiting bakau yang nyata di kerapatan mangrove yang berbeda dan kedua stasiun memiliki hasil tangkapan yang berbeda. Namun Hasil tangkapan terbanyak terdapat pada stasiun 2 dengan kerapatan mangrove tingkat pohon yang lebat sebesar 7.960 ind/ha dengan total tangkapan 30 ind / 5 bubu / 8 hari. Dikarenakan ada perbedaan maka dilanjutkan uji BNT. Uji BNT 5% untuk jenis umpan yaitu (0,456), hasil dari uji BNT untuk jenis umpan kelapa dan biji nangka memiliki hasil tangkapan yang berbeda nyata dengan umpan belut. Jenis umpan belut yang paling tinggi karena rata-rata umpan belut (1,438) lebih tinggi dari BNT 5% (0,456). Saran dari penelitian ini adalah untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis umpan yang lain dengan menggunakan umpan hewani selain belut untuk mengetahui apakah kepiting bakau lebih tertarik terhadap jenis umpan hewani yang lain selain belut.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2015/635/051600305
Subjects: 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan
Depositing User: Indah Nurul Afifah
Date Deposited: 16 Feb 2016 14:42
Last Modified: 20 Oct 2021 13:27
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/134517
[thumbnail of Laporan_Skripsi_Achmad_Ruslan_115080101111015.pdf]
Preview
Text
Laporan_Skripsi_Achmad_Ruslan_115080101111015.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item