GuloHeminBeyOlivu (2011) Pengaruh Suhu Kejutan Yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Teknik Mioginogenesis Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Untuk mendekatkan kembali mutu benih lele dumbo saat ini kepada mutu asalnya, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada proses produksi induk lele dumbo (Rustidja, 1989). Pengadaan benih yang baik kualitasnya, yaitu ikan-ikan yang bersifat unggul dapat dilakukan dengan melakukan pemurnian pada induk dengan rekayasa genetik yang antara lainnya berupa manipulasi kromosom dalam proses pembuahan (Sumantadinata, 1988). Sampai saat ini program yang dilakukan untuk peningkatan kualitas populasi ikan yaitu dengan cara selektif breeding dengan menggunakan teknik reproduksi alami yang tidak efesien karena membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu untuk meningkatan kualitas ikan dengan waktu yang singkat digunakan metode yaitu ginogenesis (Rustidja, 1995). Dalam teknik ginogenesis ini, galur murni sudah bisa diperoleh pada generasi ke-2 dan ke-3 (Murtidjo, 2001). Menurut Purdom (1983) dalam Rustidja (1995) pemilihan waktu dari perlakuan-perlakuan adalah suatu hal yang paling menentukan maka kejutan panas dilakukan pada saat phase metaphase II dari meiosis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ginogenesis terhadap ikan lele dumbo (Clarias sp) untuk kemudian pada saatnya nanti didaptkan galur murni. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan tingkat suhu (oC) kejutan yang optimal untuk dapat menahan polar body II (meiosis) sehingga dapat mendiplodisasi pada teknik mioginogenesis embrio ikan lele dumbo (Clarias sp), untuk mendapatkan embrio/benih yang sepenuhnya berasal dari materi genetik induk betina sehingga homozigositasnya meningkat. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun dalam penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan, sebagai perlakuan adalah kejutan suhu sebagai berikut: perlakuan A (pemberian kejutan suhu 39oC), perlakuan B (pemberian kejutan suhu 40oC) perlakuan C (pemberian kejutan suhu 41oC), perlakuan KN (tanpa radiasi UV dan kejutan suhu) dan perlakuan KUV (tanpa kejutan suhu dan perlakuan radiasi 2 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tertinggi tingkat penetasan embrio diploid mioginogen yaitu perlakuan suhu kejutan 400C (B) 48,15% kemudian, secara berturut-turut pada perlakuan suhu kejutan 410C (C) 32,45% dan didapatkan suhu kejutan penetasan embrio diploid terendah pada perlakuan 390C (A) 8,63%. Hasil rata-rata persentase tingkat penetasan KUV didapatkan larva normal yaitu 2,13%, maka diperoleh persentase larva diploid miogenesis setiap perlakuan secara berturut-turut yaitu 6,50%, 37,69%, dan 30,31%. Sedangkan tingkat kelulushidupan larva diploid mioginogen tertinggi yaitu perlakuan suhu kejutan 400C (B) 36,63% kemudian, secara berturut-turut pada perlakuan suhu kejutan 410C (C) 8,55% dan didapatkan suhu kejutan penetasan embrio diploid terendah pada perlakuan 390C (A) 3,23%. Pada pengukuran kualitas air didapatkan suhu dan pH yang sesuai untuk pembenihan ikan lele dumbo (Clarias sp) yaitu suhu pada inkubator memiliki kisaran yaitu 25oC - 26 oC, dan untuk pH memiliki kisaran 6,75 – 7. Berdasarkan data diatas, suhu kejutan yang diberikan dapat menahan polar body II pada proses embrio mioginogenesis embrio ikan lele dumbo (Clarias sp).
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2011/114/051200417 |
Subjects: | 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 07 Nov 2012 08:31 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 07:20 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132788 |
Preview |
Text
SKRIPSI_FIX.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |