Pengaruh Paparan Berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berformalin Per Oral Selama 3 Bulan Terhadap Apoptosis Hati Mencit (Mus musculus) Induk Betina

RrAstridPristiaA (2008) Pengaruh Paparan Berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berformalin Per Oral Selama 3 Bulan Terhadap Apoptosis Hati Mencit (Mus musculus) Induk Betina. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penelitian skripsi ini di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Perikanan dan Laboratorium Biomedika Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada bulan November 2007–Maret 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk memperoleh gambaran apoptosis (kematian sel terprogram) sel hati mencit induk akibat paparan berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm ikan nila berformalin secara oral selama 3 bulan.. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah kegiatan percobaan untuk melihat hasil atau hubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki (Suryasubrata, 1989). Ikan merupakan salah satu produk perikanan yang cepat sekali mengalami penurunan mutu bila tidak cepat ditangani setelah panen. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pasca panen melalui pengolahan maupun pengawetan (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Sekarang ini banyak sekali penggunaan bahan pengawet sebagai pengawet produk pangan. Salah satunya adalah penggunaan formalin untuk memperpanjang umur simpan. Telah diketahui formalin ditambahkan pada makanan seperti pada mi basah, bakso, tahu dan ikan asin (Widyaningsih dan Murtini, 2006). Formalin lebih dipilih sebagai bahan “pengawet” alternatif oleh produsen atau pedagang karena mudah diperoleh dan harganya relatif murah dibandingkan pengawet yang lainnya, juga dipengaruhi oleh jarak pemasaran antara produsen yang berjauhan dengan pasar sehingga dapat menekan biaya produksi sampai ke tangan konsumen dalam kondisi masih baik. Formalin adalah salah satu bahan tambahan makanan untuk pengawet yang sudah dilarang secara resmi sejak Oktober 1988 melalui Permenkes nomor 1168/Menkes/Per/X/1988. Formalin merupakan bahan kimia yang berbahaya dan bersifat toksik. Paparan akut formalin pada hewan percobaan menyebabkan perlemakan hati dan degenerasi sel. Paparan kronis menyebabkan menurunnya kadar elektrolit intra dan ekstrasel, disintegrasi sel, meningkatnya kekentalan darah, dan meningkatnya jumlah sel darah merah yang immatur, di mana kemampuannya dalam mengikat oksigen belum sempurna (Fatimah, 2007). Akibatnya sel akan mengalami kerusakan/kematian baik secara apoptosis maupun secara nekrosis karena adanya fase iskemia. Formalin juga dapat menyebabkan kerusakan DNA sehingga dapat mencetuskan proses apoptosis, dimana karena adanya formaldehid bebas yang tidak ikut dimetabolisme dapat bereaksi dengan DNA dan protein seluler yang dapat menghasilkan ikatan silang (DPC-DNA-protein crosslink) yang ireversible, adanya DPC karena formaldehid dapat menghambat proses replikasi DNA dan memungkinkan dapat menghilangkan materi genetik DNA sehingga terjadi kerusakan DNA. Pengamatan sel apoptosis dilakukan pada sel hati. Menurut Lu (1995), hati sering menjadi organ sasaran toksikan karena beberapa hal, sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, dan setelah diserap toksikan dibawa oleh vena porta ke hati. Paparan secara berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm ikan berformalin per oral selama tiga bulan dipakai sebagai pendekatan untuk mengetahui efek toksik ikan berformalin yang dikonsumsi manusia sebanyak 71 gr/hari. Paparan berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm ikan berformalin per oral selama tiga bulan tidak berpengaruh terhadap kerusakan organ dan jaringan hati secara keseluruhan, namun menyebabkan kematian sel hati secara apoptosis. Secara makroskopis organ hati tidak mengalami penambahan berat yang berbeda nyata (p>0,05). Pengamatan mikroskopis dilakukan secara hematologi dan histopatologi. Dilihat dari kimia darah, paparan berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm ikan berformalin per oral selama tiga bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kadar SGOT dan SGPT dalam darah (p>0,05). Pengamatan secara mikroskopis pada sel hati menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel apoptosis yang signifikan (p<0,05). Untuk itu, penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut mengenai efek paparan berulang 0,2 ppm dan 0,5 ppm ikan berformalin per oral terhadap kerusakan DNA dengan uji DNA mencit.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2008/155/05090113
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 04 May 2009 09:03
Last Modified: 20 Oct 2021 05:13
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132462
[thumbnail of 050901113.pdf]
Preview
Text
050901113.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item