Margaretha, - (2007) Pendekatan Bioekonomi untuk Menduga Status Perikanan Lemuru (Sardinella lemuru) Serta Alternatif Pengelolaannya Di Perairan Selat Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Propinsi Bali memiliki perairan laut yang cukup potensial akan sumber – sumber perikanannya sehingga sangat memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan untuk pemanfaatan dimasa yang akan datang. Selain kaya akan sumberdaya ikan lemuru, Selat Bali juga kaya akan sumberdaya ikan pelagis lainnya seperti tongkol ( Euthunnus, spp ), kembung ( Restrieliger, spp ), tembang ( Sardinella, spp ), layang ( Decapterus, spp ), teri ( Stolephorus, spp ) dan lain –lain. (Dirjen Perikanan Tangkap, 2001). Tujuan dari penelitian ini adalah Menghitung konversi alat tangkap perikanan lemuru ( Sardinella lemuru ) dengan menggunakan data cacth per effort , menghitung besarnya tingkat pemanfaatan perikanan lemuru ( Sardinella lemuru ) baik secara biologi dan ekonomi, melakukan pendugaan status perikanan lemuru ( Sardinella lemuru ) secara biologi melalui pendekatan model Schaefer, menghitung besarnya keuntungan usaha nelayan selama satu tahun (2005) terakhir dan membuat alternatif pengelolaannya perikanan lemuru di perairan Selat Bali dengan mengacu pada model Schaefer. Materi yang digunakan merupakan laporan tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kecamatan Mancar Propinsi Jawa Timar. Data bersifat time series mulai tahun 1996 sampai dengan 2005 yang meliputi data catch dan effort Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara terhadap pihak stakeholder perikanan lemuru. Model estimasi mengunakan model Schaefer. Ikan lemuru mempunyai nama- nama yang berbeda berdasarkan ukurannya yaitu sempelit (kuran 11 – 15 cm ), protolan (11 – 15 cm), lemuru (15 – 18 cm) dan lemuru kucing (lebih dari 18 cm). Alat tangkap yang digunakan untuk perikanan lemuru di Muncar ádalah Purse seine , Payang, Gillnet dan Bagan sehinnga alat ini dijadikan acuan dalam standarisasi alat. Alat tangkap standar untuk perikanan lemuru adalah Purse seine , dimana nilai kemampuan relatif alat tangkapnya adalah 1, untuk payang sebesar 0.45144, Gill net sebesar 0.04007, Bagan sebesar 0.0984 dan alat tangkap lain sebesar 0.03923. Purse seine merupakan alat tangkap yang paling banyak menangkap ikan lemuru. Perhitungan konversi alat tangkap yang dilakukan menghasilkan perbandingan jumlah alat tangkapyang distandarkan dengan alat tangkap purse seine dimana 1 unit alat tangkap purse seine sebanding dengan 2 alat tangkap payang, sebanding dengan 23 alat tangkap gill net , sebanding dengan 20 alat tangkap bagan. Tingkat pemanfaatan lemuru secara biologi dengan menggunakan jumlah effort sebagai acuan yaitu sebesar 188 % dimana jumlah effort hasil standarisasi sudah melebihi jumlah effort hasil estimasi yaitu jumlah effort tahun 2005 yang distandarkan sebanyak 280 unit sedangkan jumla effort hasil estimasi sebanyak 149 unit. Sedangkan tingkat secara ekonomi sebesar 259 % dimana jumlah effort pada tingkat Maximum Sustainable Yield sebanyak 108 unit dan jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah alat tangkat yang distandarkan pada tahun 2005. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Scahefer yang menggunakan effort sebagai dasar perhitungan, maka diketahui bahwa status perikanan lemuru di perairan Selat Bali sudah mengalami overfishing atau upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan sudah melewati batas yang ditentukan. Dari hasil penelitian diperoleh harga ikan lemuru tiap kilogram sebesar Rp 1700 dari harga ikan ini maka akan dapat diperoleh nilai TR atau tingkat pendapatan kotor yaitu dengan mengalikan harga ikan per kilogram dengan tingkat produksi dan berdasarkan data total biaya dan pendapatan kotor nelayan purse Seine maka diperoleh pendapatan yang merupakan keuntungan usaha perikanan lemuru. Dari hasil perhitungan Emey dan Cmey maka diperoleh keuntungan usaha nelayan perikanan lemuru sebesar RP 68.284.691,00 juta/unit/tahun. Kondisi perikanan di Selat Bali sudah mengalami overfishing maka dari itu alternatif pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru selanjutnya yaitu dapat dilakukan dengan pengaturan jumlah alat tangkap. Perairan Selat Bali sudah mengalami overfishing maka dengan itu perlu dilakukan pengurangan jumlah alat tangkap. Hal ini dilakukan agar jumlah alat tangkap tidak melebihi jumlah yang diperbolehkan selain itu tujuan pengaturan jumlah alat tangkap ini untuk menghindari penangkapan berlebih agar kelestarian sumberdaya ikan lemuru dapat terjaga.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2007/38/050803057 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 16 Oct 2008 08:45 |
Last Modified: | 28 Dec 2021 04:34 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132341 |
Preview |
Text
050803057.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |