Rofiatun, Siti (2018) Pembentukan Thermal Unit Akibat Jarak Tanam Dan Varietas Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kacang tanah ialah salah satu tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Kacang tanah merupakan sumber protein yang kaya gizi antara lain lemak, karbohidrat, mineral dan serat makanan. Perkembangan produksi kacang tanah di Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan 2015 terus mengalami penurunan hingga mencapai 107.408 ton (BPS, 2017). Penurunan produksi tersebut disebabkan karena kehilangan hasil pada saat panen dan ketidaktepatan penentuan waktu panen (Santoso, 2013). Kerugian hasil tanaman kacang tanah dapat diatasi dengan perhitungan nilai thermal unit. Thermal unit sangat penting untuk menentukan kegiatan yang perlu dilakukan di lapangan seperti menentukan jadwal tanam, pengairan, pemupukan, penyiangan, pembumbunan dan pemanenan sehingga lebih efisien dan sesuai dengan kondisi tanaman kacang tanah. Perbedaan varietas pada tanaman kacang tanah dapat mempengaruhi nilai thermal unit yang dibutuhkan untuk mencapai setiap fase pertumbuhan karena pengaruh penerimaan suhu oleh tanaman. Penerimaan suhu oleh tanaman juga dipengaruhi oleh jarak tanam. Jarak tanam yang sempit akan menyebabkan suhu di sekitar tanaman menjadi lebih rendah dan sebaliknya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari pembentukan thermal unit pada jarak tanam dan varietas kacang tanah dan untuk mengetahui pengaruh thermal unit pada setiap fase pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Hipotesis dari penelitian ini yaitu penggunaan jarak tanam dan varietas akan menghasilkan thermal unit dan hasil tanaman kacang tanah yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Agro Techno Park Universitas Brawijaya, di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada bulan Januari hingga April 2018. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, cangkil, gembor, tali raffia, penggaris, timbangan analitik, meteran, kamera, termometer alkohol, termometer tanah, papan perlakuan dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kacang tanah Varietas Talam 1, Takar 2 dan Hypoma 2, pupuk Urea, SP36, KCl dan pestisida. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi dengan varietas sebagai petak utama, yaitu: V1: Varietas Talam 1, V2: Varietas Takar 2, dan V3: Varietas Hypoma 2. Sedangkan jarak tanam sebagai anak petak, yaitu: J1: JT 40 cm x 10 cm, J2: JT 40 cm x 20 cm, dan J3: JT 40 cm x 30 cm. Total kombinasi perlakuan dari kedua faktor adalah 9 kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Pengamatan meliputi dua aspek, yaitu: (1) Meteorologis dan (2) Agronomis. Pengamatan meteorologis mencakup pengukuran suhu udara dan suhu tanah. Pengamatan agronomis meliputi bobot polong kering per petak panen, bobot polong kering per hektar, bobot polong kering per tanaman dan bobot kering total per tanaman. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam uji F (α) 5% dan 1%, dan apabila terdapat interaksi yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) (α) 5%. ii Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi nyata antara macam varietas dan jarak tanam dalam pembentukan nilai thermal unit pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Nilai thermal unit sangat dipengaruhi oleh macam varietas dan diperoleh hasil bahwa penggunaan varietas Talam 1 menghasilkan thermal unit yang lebih rendah untuk setiap fase pertumbuhan tanaman. Thermal unit yang dibutuhkan untuk mencapai fase perkecambahan pada varietas Talam 1 sebesar 104,72 hari0C, 124,61 hari0C pada varietas Takar 2 dan 114,83 hari0C pada varietas Hypoma 2. Pada fase pembentukan bunga dibutuhkan thermal unit sebesar 419,01 hari0C pada varietas Talam 1, 453,68 hari0C pada varietas Takar 2 dan 420,67 hari0C pada varietas Hypoma 2. Pada fase pembentukan ginofor dibutuhkan thermal unit sebesar 522,54 hari0C pada varietas Talam 1, 565,74 hari0C pada varietas Takar 2 dan 528,27 hari0C pada varietas Hypoma 2. Pada fase pembentukan polong dibutuhkan thermal unit sebesar 632,92 hari0C pada varietas Talam 1, 674,51 hari0C pada varietas Takar 2 dan 637,87 hari0C pada varietas Hypoma 2. Thermal unit yang dibutuhkan untuk mencapai waktu panen pada varietas Talam 1 sebesar 1222,36 hari0C, 1270,33 hari0C pada varietas Takar 2 dan 1245,59 hari0C pada varietas Hypoma 2. Penggunaan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot polong kering per petak panen, bobot polong kering per hektar, bobot polong kering polong per tanaman dan bobot kering total per tanaman. Penggunaan jarak tanam 40 cm x 30 cm (J3) memberikan hasil kacang tanah yang lebih baik dibandingkan jarak tanam yang lain, dilihat dari hasil panen per petak sebesar 439,78 g, hasil panen per hektar sebesar 3,66 ton, bobot polong kering per tanaman sebesar 43,93 g dan bobot kering total tanaman sebesar 72,82 g.
English Abstract
Peanuts are one of the food crops that have high economic value. Peanuts are a nutrient-rich source of protein including fats, carbohydrates, minerals and dietary fiber. The development of peanut production in Indonesia from 2012 to 2015 continued to decline to reach 107.408 tons (BPS, 2017). The decrease in production was caused by lost yields at harvest and inaccurate harvest time determination (Santoso, 2013). Losses of groundnut yields can be overcome by calculating the thermal unit values. Thermal units are very important to determine activities that need to be carried out in the field such as determining planting schedules, irrigation, fertilizing, weeding, planting and harvesting so that it is more efficient and in accordance with the conditions of peanut plants. Differences in varieties in peanut can affect the thermal unit value needed to reach each phase of growth due to the influence of temperature acceptance by plants. Acceptance of temperature by plants is also affected by plant spacing. Narrow spacing will cause the temperature around the plant to be lower. The purpose of this research is to study the formation of thermal units at spacing and varieties of peanuts and to determine the effect of thermal units on each phase of growth and yield of peanuts. The hypothesis of this study is that the use of plant spacing and varieties will produce thermal units and different yields of peanuts. The research was conducted at Agro Techno Park, Brawijaya University, in Jatikerto, Kromengan, Malang from January to April 2018. The tools used in this research were hoes, grafts, brood, raffia rope, ruler, analytic scales, meter, camera, alcohol thermometer, soil thermometer, treatment board and stationery. The materials used in this research were peanut varieties of Talam 1, Takar 2 and Hypoma 2, Urea fertilizer, SP36, KCl and pesticides. The treatment design used is the Split Plot Design with varieties as main plots: V1: Talam 1, V2: Takar 2, and V3: Hypoma 2. While the spacing as subplots: J1: JT 40 cm x 10 cm, J2: JT 40 cm x 20 cm, and J3: JT 40 cm x 30 cm. The total treatment combination of the two factors is 9 treatment combinations. Each treatment was repeated 3 times so that there were 27 experimental units. Observations cover two aspects: (1) Meteorology and (2) Agronomics. Meteorological observations include measurements of air temperature and soil temperature. Agronomic observations include pod dry weight per harvest plot, pod dry weight per hectare, pod dry weight per plant and total dry weight per plant. The data obtained from the observations were analyzed using analysis of variance (α) 5% and 1 %, and if there was a real interaction then proceed with the HSD (Honestly Significant Difference) (α) 5%. The results showed that there were no significant interactions between varieties and plant spacing in the formation of thermal unit values at each phase of plant growth. The thermal unit values is influenced by varieties and the results obtained that Talam 1 varieties produces a lower thermal unit for each phase. The thermal units needed to reach the germination phase in Talam 1 varieties were 104,72 0Cd, 124,61 0Cd in Takar 2 varieties and 114,83 0Cd in Hypoma 2 iv varieties. In the flower formation needed a thermal unit of 419,01 0Cd in varieties Talam 1, 453,68 0Cd on Takar 2 varieties and 420,67 0Cd in Hypoma 2 varieties. In the peg formation, thermal units are needed at 522,54 0Cd in Talam 1 varieties, 565,74 0Cd in Takar 2 varieties and 528,27 0Cd on Hypoma 2 varieties. In the pod formation, thermal units are needed at 632,92 0Cd in Talam 1 varieties, 674,51 0Cd in Takar 2 varieties and 637,87 0Cd in Hypoma 2 varieties. Thermal units needed to reach harvest time at Talam 1 varieties was 1222,36 0Cd, 1270,33 0Cd in Takar 2 varieties and 1245,59 0Cd in Hypoma 2 varieties. The plant spacing significantly affected the pod dry weight per plot, pod dry weight per hectare, pod dry weight per plant and total dry weight per plant. The plant spacing of 40 cm x 30 cm (J3) gives better peanut yield compared to other spacing, seen from yield per plot of 439,78 g, yield per hectare of 3,66 tons, pod dry weight per plant was 43,93 g and total dry weight per plant was 72,82 g.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/645/051809971 |
Uncontrolled Keywords: | Teknik Penanaman, Thermal Unit, Jarak Tanam, Varietas, Kacang tanah |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.5 Cultivation and harvesting > 631.58 Special methods of cultivation |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 12 Feb 2019 07:10 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 14:18 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/13214 |
Preview |
Text
SITI ROFIATUN.pdf Download (9MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |