Pujosakti, RizkyRendraIrawan (2017) Struktur, Perilaku, Dan Kinerja Pasar Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pertanian merupakan sektor yang penting untuk menunjang pembangunan perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Penelitian (2014) sektor pertanian di Indonesia terbagi menjadi beberapa sub-sektor, antara lain tanaman pangan, kehutanan, perikanan, perternakan, perkebunan dan hortikultura. Salah satu sub-sektor yang sedang dikembangkan di Indonesia saat ini adalah sub-sektor hortikultura. Salah satu tanaman hortikultura yang dikembangkan di Indonesia adalah jamur. Menurut Badan Pusat Statistik (2014) produksi jamur di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan, pada tahun 2008 produksi jamur sebanyak 43.047 ton, pada tahun 2009 produksi jamur mengalami penurunan menjadi 38.465 ton, pada tahun 2010 produksi jamur mengalami kenaikan menjadi 61.376 ton, pada tahun 2011 produksi jamur mengalami penurunan menjadi 45.854 ton, dan pada tahun 2012 produksi jamur mengalami penurunan kembali menjadi 40.887 ton. Penurunan produksi jamur disebabkan oleh sistem pemasaran yang bekerja belum maksimal dan kurang efisien. Menurut Anindita (2004). Ada beberapa penyebab ketidakefisienan pemasaran, yaitu: a) panjangnya rantai pemasaran; b) tingginya biaya pemasaran; c) kegagalan pasar. Ketergantungan petani terhadap kelembagaan pemasaran membuat rantai pemasaran semakin panjang. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan petani rendah tentang kondisi pasar yang menyebabkan sulitnya akses masuk kedalam pasar untuk memasarkan secara langsung produk hasil pertaniannya. Selain itu adanya permainan harga yang dilakukan oleh kelembagaan pemasaran. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik dari jamur itu sendiri. Melihat permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan analisis struktur, perilaku, dan kinerja pasar jamur tiram. Penelitian tentang struktur, perilaku, dan kinerja pasar jamur tiram bertujuan untuk 1) mengetahui struktur pasar jamur tiram; 2) manganalisis perilaku pasar jamur tiram; 3) menganalisis kinerja masar jamur tiram. Metode yang digunakan dalam penentuan struktur pasar menggunakan Concentratiom Ratio for Biggest Four (CR4), Indeks Hefindahl (IH), dan Indeks Rosenbluth (IR). Selanjutnya metode yang digunakan dalam penentuan perilaku pasar menggunakan analisis deskripsi tentang penentuan harga, sistem kelembagaan pasar, promosi penjualan, ada tidaknya praktek kolusi dan fungsi pemasaran. Sedangkan untuk metode yang digunakan dalam penentuan kinerja pasar menggunakan analisis marjin pemasaran, share harga dan R/C ratio. Hasil dari penelitian didapatkan struktur pasar yang terbentuk pada tingkat petani adalah pasar persaingan sempurna sedangkan untuk tengkulak, pedagang luar kota dan pengepul struktur pasar yang terbentuk pasar monopoli dan pedagang pengecer struktur pasar yang terbentuk pasar oligopoli. Sedangkan untuk Perilaku pasar yang terbentuk pada tingkat petani adalah mereka hanya sebagai penerima harga sedangkan untuk lembaga pemasaran mereka sebagai penentu harga. Hal ini disebabkan dari struktur pasar yang terbentuk pada tingkat petani dan lembaga ii pemasaran. Hal tersebut membuat lembaga pemasaran lebih mudah masuk kedalam pasar dan mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Adanya ketergantungan antar lembaga pemasaran membuat lembaga pemasaran memiliki kekuatan dalam hal penentuan harga. Selain itu pada setiap lembaga pemasaran sudah melakukan fungsi pemasaran untuk meningkatkan harga jual jamur tiram. Sedangkan untuk kinerja pasar didapatkan 3 saluran pemasaran. Saluran pertama adalah dari petani lalu ke pengepul lalu ke pengecer. Saluran kedua dari petani lalu ke tengkulak lalu ke pengepul dan ke pedagang luar kota. Saluran ke tiga dari petani lalu ke tengkulak lalu ke pengepul lalu ke pengecer. Berdasarakan total marjin pemasaran yang diperoleh, pada saluran pertama sebesar Rp 4.300,-/kg, saluran kedua sebesar Rp 7.100,-/kg, dan saluran ketiga sebesar Rp 4.700,-/kg. Berdasarkan share harga diperoleh nilai share harga pada tingkat petani lebih besar dibandingkan pada lembaga pemasaran. Hal ini dikarenakan umur simpan jamur tiram yang pendek hanya dapat bertahan 2-3 hari saja, sehingga lembaga pemasaran lebih memilih untuk jamur tiram cepat terjual meskipun dengan selisih harga yang tidak terlalu jauh. Nilai R/C ratio dari keseluruhan bernilai lebih dari 1. Namun pemasaran jamur tiram belum dapat dikatakan efisien karena belum adanya kemerataan marjin pemasaran.
English Abstract
Agriculture is an important sector to support the economic development of Indonesian. According to the Badan Pusat Penelitian (2014) agricultural sector in Indonesian is divided into several sub-sectors, including food crops, forestry, fisheries, livestock, plantation and horticulture. One of the sub-sectors that are being developed in Indonesian today is the horticulture sub-sector. One of horticultural crops developed in Indonesia is a oyster. According to Badan Pusat Penelitian (2014) production of mushrooms in Indonesian each year has increased and decreased, in 2008 the production of mushrooms as much as 43 047 tonnes, in 2009 the production of mushrooms decreased to 38 465 tonnes, in 2010, mushroom production increased to 61 376 tonnes, the in 2011 the production of mushrooms decreased to 45 854 tonnes, and in 2012 the production of mushrooms decreased back to 40 887 tonnes. The decrease in production caused by the fungus marketing system that works not maximized and less efficient. According Anindita (2004). There are several causes of inefficiency in marketing, namely: a) the length of the marketing chain; b) the high cost of marketing; c) the failure of the market. The dependence of farmers on marketing institutions make marketing chain is getting longer. This was due to lower farmers knowledge about market conditions which led to the difficulty of access into the market for direct marketing agricultural products. Besides the price game conducted by marketing institutions. This is due to the characteristics of the oyster itself. Seeing the problems occurred, it is necessary to conduct further research using the analysis of the structure, behavior, and market performance oyster mushroom. Research of structure, conduct, and market performance of oyster mushroom aims to 1) knowing the market structure oyster mushrooms; 2) analyze market behavior of oyster mushrooms; 3) analyze the market performance of oyster mushrooms. The method used in the determination of the structure of the market using Concentratiom Ratio for Biggest Four (CR4), Hefindahl index (IH), and Rosenbluth Index (IR). Furthermore, the methods used in determining market behavior using analytical description of pricing, institutional systems market, sales promotion, the presence or absence of collusion and marketing functions. As for the method used in determining the performance of the market using marketing margin analysis, share price and the R/C ratio. Results of the research showed that market structure formed at the farm level is a perfect competitive market, while for market structure fomed at the wholesaller, collectors and countryside traders is monopoly and market structures fomed at the retailer is oligopoly market. As for the market conduct is formed at the farm level is that they as a price taker while for their marketing institution as a price maker. This is due to the market structure formed by farmers and marketing institution. This makes it easier marketing institution come into the market and obtain more complete information. The dependence between marketing institution create marketing institution have the power in terms of pricing. In addition to any iv marketing agencies are already doing the marketing function to increase the selling price of oyster mushrooms. As for the markets performance earned three marketing channels. The first channel is of the farmers and to the collector and to retailers. The second channel from the farmer to the wholesaler and to the collector and to the countryside tranders. Channels three from the farmer to the wholesaler and then to collectors and to retailers. Based on the total marketing margin obtained, on the first channel of Rp 4,300, - / kg, the second channel of Rp 7.100, - / kg, and the third channel of Rp 4.700, - / kg. Based on the share price gained value share price at the farm level is highter than in a marketing agency. This is because the shelf life is short only oyster mushrooms can last 2-3 days, so the marketing institution prefers to oyster mushrooms quickly sold despite the price difference is not too far away. Rated R/C ratio of the whole is worth more than 1. But the marketing of oyster mushrooms can not be said to be efficient because of the lack of evenness of marketing margins.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2017/175/051703305 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Kustati |
| Date Deposited: | 13 Apr 2017 09:59 |
| Last Modified: | 19 Oct 2021 06:42 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132082 |
Preview |
Text
SKRIPSI.pdf Download (3MB) | Preview |
Preview |
Text
Lembar_Pengesahan.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
Lembar_Persetujuan.pdf Download (1MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |