Luqmantoro, Cahyo (2015) Pengaruh Bahan Tanam Dan Pemberian Kombinasi Fitohormon Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr. Cv Smooth Cayenne) Klon Gp 3. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Nanas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia. Padahal kebutuhan dunia semakin meningkat tiap tahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. PT Great Giant Pineapple (PT.GGP) merupakan produsen nanas terbesar diseluruh Indonesia. Pembibitan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman, apalagi dalam perusahaan besar yang memiliki lahan budidaya tanaman yang sangat luas, pembibitan harus disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang ditanam dan waktu pertumbuhan bibit siap tanam yang sesuai dengan rencana tanam. Pembibitan nanas di PT GGP dengan menggunakan nursery dapat membantu menambah ketersediaan bibit siap tanam, tetapi dalam pertumbuhan bibit di nursery cenderung lambat, ini dapat menyebabkan waktu panen bibit yang tidak serentak sehingga maningkatkan biaya panen bibit. Fitohormon merupakan hormon yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman yaitu salah satunya fitohormon sitokinin dan auksin. Sitokinin berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel tunas sedangkan auksin berfungsi sebagai perangsang pembelahan sel tanaman. Dengan adanya perlakuan pemberian fitohormon tersebut dapat mempercepat fase pembibitan nanas PT Great Giant Pineapple sehingga kebutuhan bibit dapat terpenuhi sesuai dengan rencana tanam yang telah dibuat. Penelitian ini dilaksanakan di kebun nanas dan laboraturium milik PT Great Giant Pineapple, Lampung Tengah, Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu mulai bulan Februari hingga Juli 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAKF) yang terdiri dari 10 perlakuan dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah asal bahan tanam dengan 2 taraf yakni asal bahan tanam dari batang nanas bagian atas dan asal bahan tanam dari batang nanas bagian bawah, faktor kedua adalah fitohormon sitokinin dan auksin dengan 5 taraf pemberian dosis yakni 0 ppm, 50 ppm Sitokinin-BAP + 50 ppm Auksin-IAA, 50 ppm Sitokinin-BAP + 100 ppm Auksin-IAA, 100 ppm Sitokinin-BAP + 50 ppm Auksin-IAA, dan 100 ppm Sitokinin-BAP + 100 ppm Auksin-IAA dengan masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan berinterval yakni tinggi tunas, jumlah tunas, persentase jumlah tanaman yang muncul tunas, serta umur muncul tunas dan pengamatan tidak berinterval yakni pada saat panen meliputi berat total individu tanaman, jumlah daun, panjang tunas, jumlah tunas, persentase jumlah tunas, dan persentase tunas yang memenuhi standart kelas panen. Analisis data menggunakan analisis varian (ANOVA) rancangan acak kelompok faktorial pada taraf 5%. Jika hasil analisis diperoleh hasil yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah masing-masing perlakuan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Rate Test (DMRT) pada taraf 5%. vi Data pengamatan umur muncul tunas menunjukkan perlakuan asal bahan tanam batang atas memiliki pertumbuhan tunas tercepat dengan umur muncul tunas 2,71 minggu setelah tanam. Menurut Ranawana dan Eeswara (2008), asal bahan tanam batang menengah keatas memiliki pertumbuhan tunas lebih baik dibandingkan dengan asal batang menengah kebawah. Hal tersebut dikarenakan pada batang menengah keatas memiliki kandungan fitohormon endogen dan cadangan makanan yang cukup banyak untuk proses pertumbuhan. Sedangkan untuk batang menengah kebawah kurang akan fitohormon endogen dan jaringan baru sebagai pemacu pertumbuhan dan perkembangan tunas baru. Menurut Bowman dan Yuval (2000) Pertumbuhan primer terjadi pada batang atas dan pertumbuhan sekunder terjadi pada batang bawah. Pertumbuhan primer yakni pola pertumbuhan meristem apikal yang menghasilkan sel – sel bagi tumbuhan untuk memanjang. Pertumbuhan sekunder adalah adanya aktivitas penebalan secara progresif pada tunas yang terbentuk oleh pertumbuhan primer berupa silinder – silinder yang terbentuk dari sel – sel yang membelah kesamping. Perlakuan asal bahan tanam berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas, tinggi tunas, jumlah tunas, persentase tunas, panjang tunas saat panen, persentase kelas saat panen, dan bobot tunas saat panen. Perlakuan terbaik dimiliki oleh asal bahan tanam batang atas karena memiliki umur muncul tunas yang lebih cepat dan hasil panen yang lebih baik. Perlakuan pemberian fitohormon berpengaruh nyata pada umur muncul tunas, tinggi tunas, jumlah tunas dan persentase tunas, perlakuan terbaik dimiliki oleh sitokinin 100 mg L-1+ auksin 50 mg L-1dikarenakan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen. Frébort (2011) menyatakan bahwa pemberian fitohormon harus sesuai dan tepat dalam pemberian konsentrasi dan waktu aplikasi pada jaringan yang khusus untuk pertumbuhan. Mata tunas merupakan jaringan pertumbuhan sehingga perlu adanya konsentrasi fitohormon dan waktu aplikasi yang tepat dalam mengatur pertumbuhannya. Kombinasi perlakuan terbaik dimiliki oleh asal bahan tanam batang atas dengan sitokinin 100 mg L-1+ auksin 50 mg L-1 dikarenakan mampu meningkatkan hasil persentase tunas yang memenuhi standart pada saat panen hingga 8,76%. Peningkatan persentase tunas yang telah memenuhi standart dapat mempercepat pengembangan klon unggul dengan menambah potensi luasan klon unggul yang ada pada PT Great Giant Pineapple. Dalam skala perusahaan dapat memperluas lokasi pengembangan klon unggul dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif yang lain.
English Abstract
The pineapple is a very potential horticultural commodities and important in the world. Its production reached 20% of the worlds tropical fruit production. Indonesia is currently only able to export just a small portion of the worlds needs. But the world needs ever-increasing each year. So to meet the needs of this required very large pineapple supply. PT Great Giant Pineapple (PT. GGP) is the largest producer of pineapple throughout Indonesia. The nursery is one of the things to note in the cultivation of plants, especially in large companies that have land cultivation, seedling should be tailored to the needs of the planted seedlings growth and time ready for planting that in accordance with the plan of planting. Pineapple nursery PT GGP using nursery can help increase the availability of seedlings ready for planting, but in the growth of seedlings in the nursery are likely to slow, this can cause the harvest time seeds are not in unison so that maningkatkan the cost of harvesting the seeds. Fitohormon is a hormone capable of stimulating the growth of a plant that is one of the fitohormon sitokinin and Auxin. Sitokinin serves as a growth stimulant cells whereas bud Auxin serves as a stimulant plant cell division. With the giving of the fitohormon treatment can speed up the nursery phase PT Great Giant pineapple Pineapple so that the needs of seed can be fulfilled in accordance with the plan of planting have been made. This research was carried out at the pineapple and laboraturium belonging to PT Great Giant Pineapple, Lampung, Central this research activities implemented during 5 months i.e. starting in February to July 2015. This study used a randomized factorial design group (RAKF) which consists of 10 treatment to two factors. The first factor was the origin of the planting material to two levels namely the planting material of origin stems of pineapple tops and planting material origin of pineapple stem bottom, the second factor was fitohormon sitokinin and Auxin in 5 dosing levels i.e. 0 ppm, 50 ppm Sitokinin – BAP + 50 ppm Auxin-IAA, 50 ppm Sitokinin – BAP + 100 ppm of Auxin-IAA, 100 ppm Sitokinin – BAP + 50 ppm Auxin-IAA, and 100 ppm Sitokinin – BAP + 100 ppm of Auxin-IAA with each treatment was repeated three times as much. Observations made include observations of berinterval i.e. high number of buds, shoots, the percentage of the total number of plants that are emerging shoots, as well as the age of the shoots and observations do not appear berinterval in the time of harvest include total weight of individual crops, number of leaves, shoots, long shoots, number percentage number of shoots, and percentage of buds that meet standard grade harvest. Data analysis using the viii variant analysis (ANOVA) random factorial design group at the 5% level. If the results of the analysis of the obtained tangible results then continued with a comparison test of the value of the middle of each treatment with the use of Multiple Duncans Rate Test (DMRT) at the 5% level. Observation data age emerged shoots showed treatment ingredient plant stem top has the fastest growth of shoots with buds appear age 2,71 weeks after planting. According to Ranawana and Eeswara (2008) planting material, the origin of the intermediate shaft over the has the growth of shoots better than the origin of the intermediate Rod down. That is because the medium on the stem and above contain endogenous fitohormon and reserve food pretty much to the growth process. As for the intermediate Rod down less endogenous and fitohormon will be the new network as boosters of the new shoots growth and development. According to Bowman and Yuval (2000) primary Growth occurred on the upper trunk and secondary growth occurs at the bottom of the stem. The growth of primary meristem growth patterns i.e. apical cell – a cell that produces for the plants to elongate. Secondary growth is progressively thickening activity on shoots formed by the growth of the primary form of cylinders – Cylinder formed of cells – the cells that divide laterally. Planting material origin treatment effect real against age shows up shoots, high number of buds, shoots, long shoots, percentage of buds when harvested, the percentage of class time of harvest, and the weight of the buds when harvested. The best treatment is owned by the upper stem planting material of origin as it has aged the shoots appear faster and yields better. Treatment of giving influential real fitohormon at the age of the shoots appear, the high number of buds, shoots and percentage of buds, the best treatment is owned by sitokinin 100 mg L-1 + Auxin 50 mg L-1dikarenakan was able to increase growth and yields. Frébort (2011) States that the giving of fitohormon must be appropriate and right in giving of concentration and time of application on a network specifically for growth. The eye is the growth of shoots so that the need for concentration of fitohormon and time of application of the right to regulate its growth. The best treatment is a combination of original material owned by cropping the top rod with sitokinin 100 mg L-1 + Auxin 50 mg L-1 due to being able to improve the results the percentage of buds that meet the standard at the time of harvest to 8,76%. The increase in the percentage of shoots that have met the standard can accelerate the development of superior clone by adding the potential area of superior clones on the PT Great Giant Pineapple. The company could expand in scale location superior clone development compared to other vegetative reproduction techniques.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2015/852/ 051509674 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.5 Cultivation and harvesting |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Kustati |
Date Deposited: | 21 Jan 2016 15:39 |
Last Modified: | 21 Jan 2016 15:39 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130894 |
Actions (login required)
View Item |