SHOLIKAH, AMINATUS (2015) Pengaruh Saat Defoliasi Batang Atas terhadap Pertumbuhan dan Keberhasilan Grafting Durian (Durio zibethinus Murr.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman durian merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak digemari masyarakat. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan teknik sambung pucuk (grafting) adalah salah satu cara untuk mempertahankan sifat unggul tanaman durian. Rendahnya persentase keberhasilan sambung pucuk merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh petani. Defoliasi pada batang atas adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan dan laju tumbuh tanaman hasil sambungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan saat defoliasi batang atas yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan keberhasilan grafting tanaman durian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat saat defoliasi batang atas yang paling tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan keberhasilan grafting tanaman durian. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Pembibitan Asosiasi Pembibitan Hortikultura Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Jalan Raya Kendalpayak, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Kultur Jaringan dan Mikroteknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2015. Alat yang digunakan untuk pelaksanaan grafting meliputi gunting pangkas, label, jangka sorong, penggaris, silet, tali plastik, kantong plastik transparan sebagai sungkup, polibag dan paranet. Alat yang digunakan untuk perawatan tanaman meliputi silet dan gembor. Sedangkan alat untuk pengamatan penelitian meliputi kamera digital 16 MP, sliding microtom, mikroskop, penggaris, alat tulis dan buku catatan. Bahan yang digunakan sebagai batang atas adalah ranting tanaman durian jenis Bido, sedangkan batang bawah menggunakan menggunakan seedling durian sapuan (tidak diketahui secara pasti varietasnya) berumur 6 bulan. Pupuk yang digunakan adalah NPK (16:16:16) sedangkan untuk menghindari serangan Phytium sp menggunakan Trichoderma harzianum cair. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu perbedaan saat defoliasi batang atas yang terdiri dari defoliasi batang atas pada hari penyambungan (0 HSS), defoliasi batang atas 3 hari sebelum sambung (3 HSS), defoliasi batang atas 6 hari sebelum sambung (6 HSS), defoliasi batang atas 9 hari sebelum sambung (9 HSS) dan defoliasi batang atas 12 hari sebelum sambung (12 HSS). Masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman dan diulang 3 kali, sehingga jumlah total tanaman yang dihasilkan adalah 5 X 3 X 10 = 150 tanaman. Variabel pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan non destruktif dan pengamatan destruktif. Pengamatan non destruktif meliputi saat pecah tunas batang atas, panjang tunas, jumlah daun dan persentase keberhasilan dan kematian tanaman hasil grafting. Sedangkan pengamatan destruktif meliputi analisis rasio C/N batang atas pada masing-masing perlakuan dan pengamatan pertautan hasil sambungan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4 kali. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis ii ragam atau uji F. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan saat defoliasi batang atas memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada variabel pengamatan saat pecah tunas dan panjang tunas pada umur pengamatan 28 dan 42 HSG (hari setelah grafting). Akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada variabel pengamatan jumlah daun pada semua umur pengamatan. Perlakuan defoliasi batang atas 12, 9 dan 6 HSS menunjukkan saat pecah tunas lebih cepat daripada perlakuan 3 dan 0 HSS. Nilai panjang tunas tertinggi diperoleh dari perlakuan defoliasi batang atas 12 HSS, dengan panjang tunas 0,49 cm pada 28 HSG dan 1,37 cm pada 42 HSG. Keberhasilan grafting tanaman durian lebih ditentukan oleh kondisi lingkungan dari pada faktor perlakuan saat defoliasi batang atas yaitu oleh suhu yang tinggi dan serangan penyakit. Pada umur 84 HSG, jaringan tanaman pada masing-masing perlakuan telah menyatu dengan perlakuan defoliasi batang atas 12 HSS telah menyatu sempurna. Sehingga dapat disimpulkan saat defoliasi batang atas yang terbaik adalah 12 HSS berdasarkan pertumbuhan tanaman pada variabel pengamatan saat pecah tunas dan panjang tunas, serta pertautan jaringan tanaman yang dihasilkan.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2015/597/051507590 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.5 Cultivation and harvesting |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Indah Nurul Afifah |
Date Deposited: | 15 Oct 2015 09:51 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 06:59 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130619 |
Preview |
Text
AMINATUS_SHOLIKAH_115040213111035.pdf Download (8MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |