Rohman, MuhammadAfifFajrur (2015) Isolasi Jamur Entomopatogen dari Rizosfir Jeruk dan Uji Virulensinya pada Tungau Polyphagotarsonemus latus (Banks) (Acari: Tarsonemidae). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Rizosfir merupakan habitat jamur entomopatogen. Rizosfir menyediakan berbagai bahan organik sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan jamur entomopatogenik yaitu Beauveria sp., Metarhizium sp., Paecilomyces sp. dan Lecanicillium sp.. Jamur Beauveria bassiana (Balsamo) (Hypocreales: Moniliaceae) dengan kerapatan 107 konidia/ml dapat menyebabkan mortalitas larva tungau Polyphagotarsonemus latus Banks (Acari: Tarsonemidae) (berukuran panjang sampai 0,2 mm) mencapai 100 %. Di rizosfir, jamur entomopatogen bersifat saprofit dan kosmopolitan. Intensitas aplikasi pestisida yang tinggi dapat menekan jamur entomopatogen di rizosfir. Pada tanaman caisin, cabai, kentang dan kubis yang merupakan tanaman semusim menunjukkan bahwa rizosfir sebagai habitat jamur entomopatogen. Rizosfir pada tanaman tahunan berbeda dengan tanaman semusim. Pada tanaman tahunan, daerah rizosfir lebih luas jika dibandingkan dengan tanaman semusim. Salah satu rizosfir pada tanaman tahunan adalah rizosfir jeruk. Jeruk menjadi komoditas utama buah nasional, karena buahnya diminati oleh konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan. Beberapa masalah dihadapi dalam budidaya tanaman jeruk diantaranya organisme pengganggu tanaman. Tungau P. latus merupakan salah satu hama penting yang menyerang tanaman jeruk. Di Indonesia, pengendalian hama tungau dengan menggunakan agens pengendali hayati yaitu patogen belum dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, penelitian isolasi jamur entomopatogen dari rizosfir jeruk pada berbagai intensitas aplikasi pestisida sebagai agens pengendali hayati pada tungau P. latus perlu dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di sub Laboratorium Nematologi, Mikologi dan Rumah Kasa, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang mulai bulan Mei sampai Oktober 2014. Isolasi jamur entomopatogen dilakukan dengan menggunakan metode umpan serangga Tenebrio molitor L. (Coleoptera: Tenebrionidae). Identifikasi jamur entomopatogen dilakukan dengan mengamati morfologi jamur secara makroskopis dan mikroskopis. Jamur entomopatogen yang diperoleh diseleksi berdasarkan viabilitas konidia tertinggi untuk diuji virulensi pada tungau P. latus. Uji virulensi dilakukan dengan cara menyemprotkan 10 μl suspensi konidia jamur pada imago tungau P. latus dengan kerapatan 1 x 107 konidia/ml. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan yaitu aplikasi isolat jamur Fusarium sp. isolat 1, Paecilomyces sp. isolat 1, Lecanicillium sp. isolat 1 dan Metarhizium sp. isolat 2 serta akuades steril sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 7 kali sehingga terdapat 28 satuan percobaan. Setiap perlakuan terdapat 10 ekor imago P. latus. Parameter pengamatan meliputi jumlah mortalitas imago dan gejala infeksi yang ditampakkan. Data mortalitas imago tungau P. latus dianalisis dengan menggunakan Anova, apabila hasil menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjutan ii menggunakan Uji BNT pada taraf 5 %. Gejala infeksi yang disebabkan oleh isolat jamur entomopatogen pada imago tungau P. latus dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan melalui foto dokumentasi. Isolat jamur entomopatogen yang diperoleh dari rizosfir jeruk berjumlah 24 isolat, terdiri dari 9 jenis jamur yaitu Metarhizium sp., Paecilomyces sp., Lecanicillium sp., Fusarium sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., Cladosporium sp., Acremonium sp. dan Trichoderma sp. dengan berbagai intensitas aplikasi pestisida. Isolat terpilih untuk uji virulensi pada tungau P. latus adalah Fusarium sp. isolat 1, Paecilomyces sp. isolat1, Lecanicillium sp. isolat 1, dan Metarhizium sp. isolat 2. Dari analisis statistika menunjukkan bahwa aplikasi 4 isolat jamur entomopatogen terpilih berpengaruh nyata terhadap mortalitas imago tungau P. latus. Mortalitas P. latus tampaknya disebabkan oleh kerapatan konidia yang cukup tinggi dan toksin yang dikeluarkan oleh jamur entomopatogen. Gejala infeksi P. latus, diawali dengan tubuh tungau melemah, kemudian pergerakan menjadi lambat dan akhirnya mati. Tubuh tungau yang terinfeksi mengkerut, kemudian berubah warna menjadi coklat kemerahan hingga kehitaman dan permukaan tubuhnya ditumbuhi meselia-miselia berwarna putih.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2015/462/051507455 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 15 Oct 2015 14:09 |
Last Modified: | 15 Oct 2015 14:09 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130473 |
Actions (login required)
View Item |