Ekstrak Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) sebagai Penginduksi Ketahanan dan Inhibitor Infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.).

Kristyaningrum, ViviTri (2014) Ekstrak Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) sebagai Penginduksi Ketahanan dan Inhibitor Infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman cabai besar ( Capsicum annuum L.) ialah salah satu komoditi hortikultura yang penting di Indonesia. Produktivitas nasional cabai besar pada tahun 2012 yaitu 6,84 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2013). Produktivitas tersebut masih terbilang sangat rendah melihat pemerintah masih harus mengimpor cabai mencapai 2.766 ton. Salah satu penyebab penurunan produktivitas ialah infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV). Pengendalian terhadap virus tersebut masih sukar dilakukan karena CMV mudah tersebar melalui beberapa media seperti bahan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, biji, dan serangga vektor. Salah satu cara untuk mengendalikan serangan CMV ialah dengan pemberian ekstrak bayam duri. Tanaman yang telah diinduksi dengan ekstrak bayam duri mampu menunda kemunculan gejala serta menghambat serangan CMV. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2014 di Rumah Kawat dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Metode penelitian menggunakan 2 percobaan. Percobaan pertama menguji peran ekstrak bayam duri sebagai penginduksi ketahanan tanaman cabai besar terhadap CMV menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuan terdiri dari A 0 : Tanpa aplikasi ekstrak bayam duri; A 1 : Ekstrak daun bayam duri diaplikasi sebanyak 1 kali pada tanaman cabai besar pada umur tanaman 14 HST; A 2 : Ekstrak daun bayam duri diaplikasi sebanyak 2 kali pada tanaman cabai besar pada umur tanaman 14 dan 18 HST; A 3 : Ekstrak daun bayam duri diaplikasi sebanyak 3 kali pada tanaman cabai besar pada umur tanaman 14, 18, dan 22 HST; A 4 : Ekstrak daun bayam duri diaplikasi sebanyak 4 kali pada tanaman cabai besar berumur 14, 18, 22, dan 26 HST. Percobaan kedua menguji peran ekstrak bayam duri sebagai inhibitor infeksi CMV pada tanaman cabai besar menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 12 unit percobaan. Perlakuan terdiri dari K 0 : inokulum CMV (sap) tanpa dicampur ekstrak bayam duri (kontrol)i; K 1 : inokulum CMV (sap) dicampur dengan 25% ekstrak bayam duri; K 2 : inokulum CMV (sap) dicampur dengan 50% ekstrak bayam duri; K 3 : inokulum CMV (sap) dicampur dengan 100% ekstrak bayam duri. Data pengamatan yang diperoleh dari percobaan dianalisis ii dengan menggunakan uji F pada taraf 5%. Apabila berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi pada perlakuan frekuensi pemberian ekstrak daun bayam duri berkisar antara 7-15 hari. Intensitas serangan pada aplikasi 1 kali sebesar 10,01%, aplikasi 2 kali sebesar 11,12%, aplikasi 3 kali sebesar 2,40%, aplikasi 4 kali sebesar 12,04%, dan tanpa aplikasi (kontrol) sebesar 16,10%. Sedangkan pada perlakuan perbedaan konsentrasi untuk mengetahui peran ekstrak bayam duri sebagai inhibitor CMV, masa inkubasi berkisar antara 7-12 hari. Intensitas serangan pada konsentrasi 0% (kontrol) sebesar 14,36%, konsentrasi 25% sebesar 13,88%, konsentrasi 50% sebesar 11,27%, dan konsentrasi 100% sebesar 8,74%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan ekstrak daun bayam duri pada tanaman cabai besar mampu menunda kemunculan gejala dan menghambat serangan CMV. Penghambatan CMV terjadi diduga akibat adanya senyawa kimia di dalam ekstrak bayam duri yang menginaktifkan virus serta mengakumulasi asam salisilat dan berperan untuk mengaktifkan gen-gen pertahanan berupa Phatogenesis related-protein ( PR-protein ) sebagai penginduksi ketahanan sistemik pada tanaman cabai besar.

English Abstract

Chili ( Capsicum annuum L.) is one of the important horticultural commodity in Indonesia. National productivity of chili in 2012 is 6.84 tons / ha (Badan Pusat Statistik RI, 2013). Productivity is still considered very low so that the government still has to import chili up to 2,766 tons. One cause of the decline in productivity is Cucumber Mosaic Virus infection (CMV). Unfortunately, to control virus is still difficult because CMV is spread through multiple media such as plants which are bred vegetatively, seeds, and vectors insect. One way to control CMV disease intensity is by giving thorny amaranthus extract. Plants that have been induced by thorny amaranthus extract are able to delay the onset of symptoms and prevent the CMV disease intensity. The research was conducted in May to September 2014 in the Screenhouse, and Plant Disease Laboratory Department of Plant Pest and Disease Faculty of Agriculture, University of Brawijaya. The research method used two experiments. The first experiment examined the role of thorny amaranthus extract as resistance inducers of chili plant to CMV it used Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments and 4 replications in order to obtain 20 experimental units. Treatment consisted of A 0 : Without application of thorny amaranthus extract; A 1 : thorny amaranthus extract applied as 1 times in chili plant at the age of 14 DAP; A 2 : thorny amaranthus extract applied 2 times in chili plant at the age of 14 and 18 DAP; A 3 : thorny amaranthus extract applied 3 times in chili plant at the age of 14, 18, and 22 DAP; A 4 : thorny amaranthus extract applied 4 times in chili plant at the age of 14, 18, 22, and 26 DAP. The second experiment tested the role of thorny amaranthus extract as inhibitors of CMV infection in chili plant using Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments and 3 replications in order to obtain 12 experimental units. Treatment consists of K 0 : CMV inoculum (sap) without mixed of thorny amaranthus extract (control) i; K 1 : CMV inoculum (sap) mixed with 25% thorny amaranthus extract; K 2 : CMV inoculum (sap) mixed with 50% thorny amaranthus extract; K 3 : CMV inoculum (sap) mixed with 100% thorny amaranthus extract. Observational data obtained from the experiments were analyzed using the F test at 5% level. If the different was significant, it was then continued by Least Significant Difference test (LSD) at 5% error level.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2014/483/051500033
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests
Divisions: Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 06 Jan 2015 09:27
Last Modified: 20 Oct 2021 13:40
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129968
[thumbnail of BAHAN_DAN_METODE.pdf]
Preview
Text
BAHAN_DAN_METODE.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of COVER.pdf]
Preview
Text
COVER.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of DAFTAR_PUSTAKA.pdf]
Preview
Text
DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of HASIL_DAN_PEMBAHASAN.pdf]
Preview
Text
HASIL_DAN_PEMBAHASAN.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of KESIMPULAN_DAN_SARAN.pdf]
Preview
Text
KESIMPULAN_DAN_SARAN.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of PENDAHULUAN.pdf]
Preview
Text
PENDAHULUAN.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of TINJAUAN_PUSTAKA.pdf]
Preview
Text
TINJAUAN_PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of RINGKASAN_DAN_SUMMARY.pdf]
Preview
Text
RINGKASAN_DAN_SUMMARY.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item