Supriyadi, Ade (2013) Kejadian Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah Yang Dibudidayakan Secara Vertikultur Di Sidoarjo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman bawang merah merupakan tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan nilai strategis. Budidaya bawang merah saat ini hanya menggunakan teknik konvensional yang dalam budidayanya membutuhkan banyak lahan seperti lahan persawahan. Budidaya bawang merah tidak hanya dapat dibudidayakan secara konvensional tetapi dapat juga dengan teknik vertikultur. Budidaya bawang merah secara vertikultur dapat memanfaatkan lahan yang sempit mengingat lahan pertanian saat ini mulai beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Dengan teknologi budidaya bawang merah yang sudah ada, terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam budidaya bawang merah. Salah satunya yaitu adanya infeksi penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan berbagai macam patogen lainnya yang mampu menurunkan hasil produksi bawang merah. Dari keadaan tersebut timbul pemikiran untuk mengetahui dan menginventarisasi patogen penyebab penyakit pada bawang merah yang dibudidayakan secara vertikultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyakit yang menyerang tanaman bawang merah yang ditanam secara vertikultur dan untuk mengetahui intensitas serangan penyakit pada bawang merah. Penelitian dilakukan di lahan perkarangan di Desa Sidoklumpuk Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur dan di Laboratorium Mikologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, mulai bulan Mei sampai bulan Oktober 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilakukan terhadap budidaya tanaman bawang merah dengan teknik vertikultur dan inventarisasi penyakit yang menyerang daun, umbi maupun akar tanaman bawang merah yang dibudidayakan dengan teknik vertikultur yang dilakukan dengan cara mengamati langsung di lapangan. Dari hasil penelitian penyakit yang ditemukan pada budidaya tanaman bawang merah yang dibudidayakan secara vertikultur yaitu layu Fusarium sp. dan defisiensi unsur hara N dan K. Pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah pada umur 8 HST hingga umur 32 HST mengalami peningkatan, tinggi tanaman bawang merah kemudian tidak bertambah lagi dan cenderung tetap sampai pada umur 73 HST, hal ini disebabkan oleh mengeringnya daun bagian ujung bawang merah akibat adanya gejala defisiensi unsur hara. Jumlah daun tanaman bawang merah perrumpun terus meningkat hingga pada umur 32 HST dengan rata-rata jumlah daun 15 helai dan cenderung tetap sampai umur 73 HST, jumlah daun tampak tetap disebabkan banyak daun yang mati dan gugur yang diduga akibat defisiensi unsur hara. Berat umbi basah bawang merah tertinggi yang dihasilkan dengan teknik budidaya vertikultur sebesar 8,16 gram pertanaman, berat terendah sebesar 5,25 gram pertanaman. Berdasarkan letak lubang tanam pada paralon berat tertinggi terdapat pada paralon bagian atas dengan rata-rata 7,73 gram dan berat terendah terdapat pada paralon bagian bawah dengan rata-rata 6,41 gram. Intensitas serangan patogen Fusarium sp. mulai tampak pada umur 20 HST dengan rata-rata 0,15%. Intensitas serangan Fusarium sp. pada umur 24 HST terus meningkat hingga umur 48 HST yaitu 5,99% dan cenderung tetap atau konstan hingga pada umur 68 HST. Berdasarkan letak lubang tanam pada paralon, intensitas serangan penyakit layu Fusarium sp. tertinggi terdapat pada paralon bagian bawah dengan rata-rata 7,5% dan yang terendah terdapat pada paralon bagian atas dengan rata-rata 4,99%. Gejala defisiensi unsur hara N dan K mulai tampak pada umur 20 HST dan terus mengalami peningkatan hingga umur 36 HST dengan persentase 100% tanaman yang sakit.
English Abstract
Onion plant is a plant of vegetables that have high economic value and strategic value. Onion cultivation is currently using conventional techniques in cultivation requires a lot of land like fields. Onion cultivation not only be cultivated by conventional techniques but can also verticulture. Verticulture onion cultivation can utilize the narrow land given current agricultural land began to turn the function into non-agricultural land. With onion cultivation technology that already exists, there are several factors that become obstacles in onion cultivation. One of them is an infection disease caused by fungi, bacteria, viruses and a variety of other pathogens that can reduce the production of onion. From these circumstances the thought of knowing and inventory the disease causing pathogens on onion grown vertikultur. This study aims to determine the diseases that attack plants are grown onion verticulture and to determine the intensity of disease in onion. The study was conducted in ground land in the village of Sidoklumpuk Sidoarjo district in East Java and Mycology Laboratory, Department of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang, from May to October 2012. The method used in this study is a survey method for cultivation of onion with verticulture techniques and inventory disease that attacks the leaves, tubers and root plants are cultivated onion verticulture technique is done by observing directly in the field. Based on the results of research on the disease found in onion plants cultivated verticulture namely Fusarium sp. and nutrient deficiency N and K. High of onion plants at the age of 8 until the age 32 DAP has increased, high of onion plants then do not grow again and tend to stay until the age of 73 DAP. It is caused by the drying up of the tip of the onion leaves due to nutrient deficiency symptoms. Number of leaves of onion plants increase until the age 32 DAP with average 15 sheet and tend to stay until the age 73 DAP, number of leaves appears to still caused a lot of dead leaves and fall allegedly caused by nutrient deficiency. Weight of wet onion bulbs are produced with the highest cultivation techniques verticulture crop of 8.16 gram, the lowest weight of 5.25 grams of planting. Based on the location of the planting hole in paralon has heavy highest at the top with an average weight of 7.73 gram and the lowest was at the bottom of the gutter with an average of 6.41 grams. Intensity of pathogen Fusarium sp. began to appear at age 20 DAP with an average 0.15%. Intensity of Fusarium sp. at age 24 DAP continues to increase until age 48 DAP is 5.99% and tent to stay or constant until the age of 68 DAP. Based on the location of the planting hole on paralon, Fusarium sp wilt disease intensity paralon is highest at the bottom with an average of 7.5% and the lowest was at the top of the gutter with an average 4.99%. Nutrient deficiency symptoms of N and K began to appear at age 20 DAP and continued to increase until age 36 DAP with 100% percentage of diseased plants.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2013/192/051308050 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Hasbi |
Date Deposited: | 25 Nov 2013 09:10 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 05:14 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129306 |
Preview |
Text
skripsi_ade_supriyadi.pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |