Pengaruh Jarak Tanam Dan Frekuensi Penyiangan Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Var. Wilis

Setyo, DwiAri (2012) Pengaruh Jarak Tanam Dan Frekuensi Penyiangan Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Var. Wilis. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Produksi kedelai nasional pada tahun 2011 adalah 843.838 ton sedangkan kebutuhan sebesar 2,4 juta ton. Ketersediaan kedelai yang tidak mencukupi kebutuhan diakibatkan oleh penurunan produktivitas tanaman. Usaha peningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan cara memperbaiki budidaya tanaman kedelai, salah satunya dengan pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam sampai batas optimal perlu dilakukan agar tanaman dapat memanfaatkan lingkungan tumbuh secara efisien. Pengaturan jarak tanam diharapkan dapat menekan kompetisi antara tanaman dan gulma. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menekan produktivitas tanaman kedelai. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan penyiangan. Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan cara pengaturan frekuensi penyiangan. Frekuensi penyiangan dilakukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, misalnya pada umur tanaman 14 hst, karena pada fase ini batang dan perakaran tanaman kedelai sudah kuat. Penggunaan perlakuan jarak tanam dan frekuensi penyiangan dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan jarak tanam ideal bagi pertanaman kedelai dan juga frekuensi penyiangan gulma yang tepat, untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produktifitas hasil tanaman kedelai. Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari pengaruh jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Malang dengan ketinggian ± 303 m dpl. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini ialah cangkul, sabit, oven, tali raffia, timbangan analitik, Leaf Area Meter (LAM) dan meteran. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas wilis, pupuk Urea, SP-36 dan KCl nematisida Furadan 3G, fungisida Antracol 70 WP, dan insektisida Decis 2,5 EC. Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dan terdiri dari petak utama dan anak petak dengan 3 ulangan yaitu: Petak utama : jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 level: J1: Jarak tanam 25 × 15 cm (260.000 tanaman / ha) , J2: Jarak tanam 30 × 20 cm (175.000 tanaman / ha), J3: Jarak tanam 40 × 25 cm (100.000 tanaman / ha). Anak petak : frekuensi penyiangan (F) yang terdiri dari 3 level: F1: Tanpa penyiangan, F2: Penyiangan 1 kali pada 14 hst, F3: Penyiangan 2 kali pada 14 hst dan 28 hst. Dari kedua faktor diatas didapatkan 9 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 petak percobaan. Pengamatan pada tanaman kedelai dilakukan secara non-destruktif dan destruktif, dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 28, 42, 56 dan 70 hst serta pada saat panen 90 hst. Parameter pengamatan pada kedelai meliputi pengamatan komponen pertumbuhan tanaman : tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot kering total tanaman, luas daun dan Laju 6 Pertumbuhan Relatif (LPR). Sedangkan komponen hasil tanaman, parameternya adalah : jumlah polong per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, bobot kering biji per tanaman, hasil tanaman per ha, dan bobot kering 100 biji. Pengamatan gulma dilakukan pada saat sebelum penyiangan, yaitu pada 14 hst dan 28 hst. Pengamatan yang dilakukan, jenis gulma, populasi gulma dan biomasa gulma. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dilakukan pengujian dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya interaksi antara jarak tanam dan frekuensi penyiangan pada pertanaman kedelai mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai. Interaksi antara jarak tanam 25 cm x 15 cm dengan penyiangan 2 kali menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi pada awal pertumbuhan tanaman, sedangkan pada masa pertengahan ke akhir pertumbuhan tanaman, perlakuan 25 cm x 15 cm dengan tanpa penyiangan memberikan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada perlakuan jarak tanam yang sama dengan penyiangan 1 kali dan penyiangan 2 kali. Interaksi yang nyata antara jarak tanam 40 cm x 15 cm dengan penyiangan 2 kali menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik. hal ini terlihat pada peubah bobot kering tanaman yang tertinggi pada perlakuan jarak tanam 40 cm x 25 cm dengan penyiangan 2 kali. Sedangkan pada hasil tanaman interaksi tidak nyata pada setiap peubah hasil tanaman. jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tanaman. Jarak tanam 40 cm x 25 cm menghasilkan hasil tanaman yang tertinggi pada peubah jumlah polong dan bobot kering biji tanaman. Sedangkan frekuensi penyiangan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah bobot 100 biji tanaman. Pada frekuensi penyiangan 2 kali, hasil bobot 100 biji tanaman menjadi yang tertinggi. Untuk peubah hasil tanaman per hektar, perlakuan jarak tanam dan frekuensi penyiangan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada setiap perlakuan jarak tanam dan frekuensi penyiangan, hasil tanaman per hektar berkisar antara 2,3 sampai 2,6 ton/ha. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat interaksi yang nyata antara jarak tanam dan frekuensi penyiangan pada komponen pertumbuhan yang dalam hal ini adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, luas daun dan bobot kering tanaman, namun tidak terjadi interaksi yang nyata pada komponen hasil tanaman yang dalam hal ini adalah jumlah polong tanaman, bobot kering biji dan hasil tanaman per hektar. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap polong per tanaman dan bobot kering biji per tanaman. Jarak tanam 40 cm x 25 cm menghasilkan jumlah polong per tanaman 158 polong dan bobot kering biji per tanaman 36,23 g, hasil tersebut merupakan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 30 cm x 20 cm dengan 95 polong, bobot kering biji 23,03 g, dan perlakuan jarak tanam 25 cm x 15 cm dengan 63 polong, bobot kering biji 14,28 g. Sedangkan untuk hasil tanaman per hektar, jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil tanaman per hektar pada semua perlakuan jarak tanam berkisar antara 2,3 sampai 2,5 ton/ha. Frekuensi penyiangan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong tanaman, bobot kering biji dan hasil tanaman/ha.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2012/234/051203955
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 05 Nov 2012 14:31
Last Modified: 21 Oct 2021 06:21
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129029
[thumbnail of skripsi.pdf]
Preview
Text
skripsi.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item