PERAN PENYULUH PERTANIAN DAN PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM SISTEM USAHATANI PADI BERBASIS PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT), (Studi kasus di Desa Gejagan, Kecamatan Loceret, Ka

Nurcahyo, Afif Rezki (2011) PERAN PENYULUH PERTANIAN DAN PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM SISTEM USAHATANI PADI BERBASIS PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT), (Studi kasus di Desa Gejagan, Kecamatan Loceret, Ka. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Banyak negara berkembang seperti Indonesia yang didominasi oleh bidang pertanian yang masih tradisional. Agar kemajuan di bidang pertanian dapat dicapai, maka perubahan yang mendasar pada bidang pertanian harus dilakukan. Perubahan-perubahan ini sangat diperlukan, bukan hanya untuk sekedar meningkatkan produksi, tetapi juga untuk mengubah pola pikir petani dalam mengembangkan suatu inovasi yang lebih baik dari yang sebelumnya. Suatu tanggung jawab yang benar untuk membawa perubahan yang progresif di bidang pertanian terletak di tangan para penyuluh lapangan, karena di tangan merekalah para petani mengharapkan bantuan berupa bimbingan yang diperlukan untuk meningkatkan produksi pertanian mereka. Tugas untuk melaksanakan penyuluhan ini dapat dilakukan oleh pria maupun wanita khususnya dari petugas penyuluh yang bekerja di masing-masing daerah. Seorang penyuluh sangat diharapkan oleh pemerintah untuk membantu para petani di dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Pada umumnya untuk mengatasi serangan hama, petani menggunakan pestisida kimia sebagai jalan keluarnya. Dengan adanya aplikasi penggunaan pestisida yang terus menerus dengan sendirinya akan menurunkan kualitas tanah, produktivitas tanah dan tanaman. Selaras dengan penggunaan pestisida yang mempunyai banyak kerugian muncul solusi baru untuk mengendalikan hama yaitu dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Selain itu juga merupakan solusi dari tantangan pasar terhadap kesediaan beras. Era pasar global telah mencanangkan Indonesia sebagai negara agribisnis yang konsumsi beras masyarakatnya tinggi. Kementerian Pertanian tahun ini menetapkan angka produksi padi sebanyak 70,01 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 43,93 juta ton beras. Target tersebut naik sekitar 5% ketimbang tahun 2010 sebanyak 65,98 juta ton GKG. (Ditjen Tanaman Pangan, 2011) Demikian halnya di Kabupaten Nganjuk dikembangkan pula salah satu sistem yang berbasis pada PHT yaitu Sistem Usahatani Padi Berbasis PHT yang berjalan mulai dari tahun 2009. Pada dasarnya PHT ini merupakan bantuan kepada petani guna meningkatkan produksi sehingga dapat diikuti oleh peningkatan pendapatan petani. Dengan adanya PHT ini diharapkan adanya pengendalian hama yang memperhatikan keramahan lingkungan dan menunjang peningkatan produksi padi, sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi petani padi yang kemudian menimbulkan suatu persepsi petani tentang peran yang diberikan oleh penyuluh. Pelaksanaan Sistem Usahatani Padi Berbasis PHT berjalan ditentukan beberapa banyak faktor. Selain dari keikutsertaan petani juga ditentukan dari peran penyuluh pertanian. Karena sistem yang berbasis pada PHT tersebut berawal dari inisiatif penyuluh yang merupakan pemecahan masalah dari masalah-masalah hama yang ada di wilayah kerjanya sehingga diharapkan adanya iii perubahan yang progresif di bidang pertanian. Pada dasarnya tanggung jawab untuk membawa perubahan yang progresif di bidang pertanian terletak di tangan para penyuluh pertanian, karena di tangan merekalah para petani mengharapkan bantuan berupa bimbingan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karena itu para penyuluh mempunyai banyak peran yang membantu petani mengenal masalah yang dihadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini: 1) Bagaimana proses komunikasi penyuluhan pada petani padi berbasis Pengendalian Hama Terpadu (PHT); 2) Bagaimana peran penyuluh pertanian dalam sistem usahatani padi berbasis PHT; 3) Bagaimana persepsi petani padi terhadap peran penyuluh pertanian dalam sistem usahatani padi berbasis PHT. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan proses komunikasi penyuluhan pada petani padi berbasis Pengendalian Hama Terpadu (PHT); 2) Menganalisis peran penyuluh pertanian dalam sistem usahatani padi berbasis PHT; 3) Menganalisis persepsi petani padi terhadap peran penyuluh pertanian dalam sistem usahatani padi berbasis PHT. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya khususnya di bidang pertanian berbasis PHT; 2) Bagi petani, sebagai bahan referensi yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk menentukan kebijakan-kebijakan pesan yang disampaikan oleh penyuluh; 3) Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu dan bahan literature yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian Descriptive Research. Penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive ) yaitu di Desa Gejagan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Penentuan responden dilakukan dengan sengaja ( purposive ) yaitu pada petani anggota kelompok tani „Tani Sejati‟ yang beranggotakan 71 orang yang sebagian ikut dalam sistem PHT. Dan anggota yang diambil di sistem PHT hanya 10 orang saja. Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer berupa wawancara dan observasi, kemudian yang kedua dengan pengumpulan data sekunder dengan data tertulis dan dokumentasi dari dinas-dinas terkait. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, Menurut Miles dan Hiberman (1992) dalam Arikunto (2002), Analisis data ini dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data diantaranya adalah melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut: 1) Reduksi data (pemilihan data) meliputi editing (penulisan kembali data) , coding (pengelompokkan data) , dan tabulasi (data dimasukkan ke tabel); 2) Penyajian data, data yang sudah direduksi kemudian di sajikan; 3) Menarik kesimpulan dan verivikasi, data yang sudah direduksi kemudian disajikan kemudian ditarik kesimpulan akhir dan mengarah pada menjawab fokus permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Proses komunikasi penyuluhan pada petani padi berbasis PHT di Desa Gejagan sudah dapat berjalan dengan efektif, karena dampak dari komunikasi ini berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sekitar 0,09 ton/ha. pesan yang berasal dari komunikator yaitu penyuluh sudah mencukupi dalam aspek pengendalian hama terpadu yang meliputi pembuatan pestisida nabati, pemasangan pias, gropyokan tikus, pengendalian penggerek batang, dan aplikasi MOL (Mikro Organisme Lokal) dengan pesan ini petani sudah mampu menekan penggunakan pupuk kimia maupun pestisida iii iv nabati. Dalam penggunaan metode petani lebih senang penyuluh menggunakan metode penyuluhan secara perorangan dengan mendatangi petani di tempat kerja/ sawah karena penyuluh dapat secara langsung mengetahui masalah petani dan langsung memberikan solusi yang terbaik. Peran penyuluh pertanian pada kelompok tani "Tani Sejati" di desa Gejagan dapat memberikan peran secara baik sebagai inisiator, motivator, mediator, fasilitator, tetapi dalam hal supervisor penyuluh masih kurang karena jumlah penyuluh yang sedikit yaitu 1 orang dan area lahan yang tergolong luas yaitu 7 ha. Sebagaimana diketahui bahwa peran penyuluh tersebut memberikan dampak yang baik dalam pemberian pesan yang berupa PHT ataupun pemberian sekolah lapang yang berupa SL-PHT demi menunjang

English Abstract

Many developing countries such as Indonesia, which is dominated by agriculture are still traditional. In order to progress in agriculture can be achieved, then a fundamental change in agriculture should be done. These changes are very necessary, not simply to increase production, but also to change the mindset of farmers in developing an innovation better than the previous one. A responsibility that is to bring progressive change in agriculture lies in the hands of the agriculture extension, because in their hands the farmers expect assistance in the form of guidance that is needed to increase their agricultural production. Task to implement this extension can be done by men and women in particular from the extension staff working in each region. An extension is expected by the government to help farmers in their efforts to improve production and quality of their products to improve their welfare. In general, to cope with pests, farmers use chemical pesticides as a way out. With the application of the continuous use of pesticides by itself would reduce soil quality, soil and crop productivity. Consistent with the use of pesticides that have a lot of losses emerging new solutions to control pests is by Integrated Pest Management (IPM). In addition it is also a solution to the willingness of the rice market challenges. Era of global markets has been declared Indonesia as the countrys agribusiness community that high consumption of rice. Ministry of Agriculture this year set a number of rice production as much as 70.01 million tons of grain dry milled (MPD) or the equivalent of 43.93 million tonnes of rice. Target was up about 5% than in 2010 as many as 65.98 million tonnes of paddy. (Ditjen Tanaman Pangan, 2011) Likewise in Nganjuk city also developed one of the systems based on the IPM Rice-Based Farming Systems IPM that runs from the year 2009. Basically, IPM is an aid to farmers to increase production so that it can be followed by an increase in farmers income. With the IPM is expected of pest control that takes into account the environmental friendliness and support the increased production of rice, as an effort to solving problems facing rice farmers, which led to a farmers perception of the role given by the instructor. Implementation of the Rice-Based Farming Systems IPM runs determined several factors. Apart from the participation of farmers were also determined from the role of agricultural extension. Because the system is based on the IPM initiative originated from the instructor who is solving the problem of pest problems that exist in the working area so expect a progressive change in agriculture. Basically, the responsibility to bring progressive change in agriculture lies in the hands of agricultural extension, because in their hands the farmers expect assistance in the form of guidance needed to improve the welfare of farmers. Therefore, the instructor has many roles that help farmers know the problems encountered and needed to find a way out. The problem is formulated in this study: 1) How does the communication process-based extension to the rice farmers Integrated Pest Management (IPM), 2) v vi How does the role of agricultural extension workers in IPM-based rice farming systems; 3) How does the perception of the role of rice farmers in the farming systems of agricultural extension rice-based IPM. The purpose of this study are as follows: 1) Describe the communication process extension on rice farmers based Integrated Pest Management (IPM), 2) Analyze the role of agricultural extension workers in IPM-based rice farming systems; 3) Analyze the rice farmers perception of the role of agricultural extension in the system IPM-based rice farming. The usefulness of this study are as follows: 1) For the government, is expected to be a material consideration in determining the subsequent policy, especially in agriculture-based IPM; 2) For farmers, as a reference material that can add insight and knowledge to determine the policies of the message submitted by the instructor; 3) for the researcher, in addition to science and literature materials that can be used for information and consideration for further research. In this study using this type of research Descriptive Research. Determination of the research areas specified intentional (purposive) that is in the Village Gejagan, District Loceret, Nganjuk, East Java. Determination of the respondent done intentionally (purposive), namely the farmer members of farmer groups True Farm which consists of some 71 people who participated in the IPM system. And members of the IPM system was taken in only 10 people. Research data collection method is done in two ways of collecting primary data in the form of interviews and observations, then the second with the secondary data collection with the written data and documentation from the relevant agencies. Data analysis methods used in this study using qualitative descriptive analysis, according to Miles and Hiberman (1992) in Arikunto (2002), data analysis was conducted simultaneously with the data collection process through the three stages of which are as follows: 1) data reduction (selection data) include editing (rewriting data), coding (grouping of data), and tabulations (data inserted into the table), 2) presentation of data, data that has been reduced later in the present; 3) Interesting conclusions and verification, data is already reduced then presented then drawn final conclusions and lead to the answer the focus problem. The results showed that: the communication process extension on IPM-based rice growers in the village of Gejagan already be effective, because the impact of this communication to affect the increased rice production of about 0.09 tonnes / ha. messages coming from the communicator is already sufficient extension in integrated pest management aspects that include pesticide manufacturing plant, installation of PIAs, gropyokan mice, stem borer control, and application of MOL (Local Micro-organisms) with the message farmers are able to suppress the use of chemical fertilizers and pesticides vegetable. The farmers prefer to use extension methods to use extension methods in person by visiting farmers in the workplace / rice because extension can directly know the problems of farmers and directly provide the best solution. The role of agricultural extension workers on the farm "Tani True" in the village Gejagan can provide a good role as an initiator, motivator, mediator, facilitator, but in terms of extension supervisors still less because a small amount of extension of a person and a relatively large land area is 7 ha. As we know that the role of educators is to give a good impact in the delivery of messages in the form of IPM field school or in the form SL-PHT for the successful acceptance of IPM-based messaging that allows farmers to apply in his rice field area. Farmers perception of the role of vi vii agriculture extension through a given role as counselors role as initiator, motivator, mediator, supervisor, and facilitator based on the nature of innovation relative advantage (relative advantages), the suitability of innovation (compatibility), and ease of innovation (complexity) tend to show a positive response. It can be known through the farmers perception of the role of agricultural extension workers as facilitators. From that role, farmers increasingly easy to use innovation, there is a benefit, innovation and suitability for application in agricultural lands of farmers. Although farmers have a good perception of agricultural extension, but there are some farmers who have the perception that the role of agricultural extension as a supervisor is still

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	SKR/FP/2011/220/051104065
Subjects:	300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions:	Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User:	Unnamed user with email heriprayitno@ub.ac.id
Date Deposited:	14 Mar 2012 10:56
Last Modified:	20 Apr 2022 02:14
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128730

	Text 051104065.pdf Download (3MB)
	Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox) lightbox.jpg Download (34kB)
	Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview) preview.jpg Download (14kB)
	Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium) medium.jpg Download (3kB)
	Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small) small.jpg Download (1kB)

Actions (login required)

View Item