Nathania D, Yoshi Evelyn (2009) Dampak Kebijakan Proteksi Tarif Terhadap Ekonomi Gula di Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tarif adalah suatu pajak yang dikenakan terhadap barang-barang yang diimpor oleh suatu negara. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang telah lama dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan negara. Pengenaan tarif tidak hanya untuk memperoleh pendapatan bagi negara yang menerapkannya tetapi juga untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negeri. Kebijakan proteksi tarif yang diberlakukan saat ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 2008 yaitu, sebesar Rp 790 per Kg gula pasir. Kebijakan tarif sebelumnya, pada tahun 2006 sebesar Rp 700 per Kg. Ini berarti terdapat peningkatan proteksi yang diberikan pemerintah untuk industri gula nasional. Pemberlakuan tarif impor dapat menekan masuknya gula impor ke pasar dalam negeri, meningkatkan harga gula, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan usaha tani tebu. Di sisi lain pemberlakuan tarif tersebut dapat mengurangi surplus konsumen, serta industri pengolahan makanan yang menggunakan gula sebagai bahan bakunya, karena harga gula yang semakin eningkat. Besarnya tingkat tarif yang diberlakukan juga ikut mempengaruhi anggaran yang dikeluarkan pemerintah. Adapun perumusan masalah adalah: (1) Bagaimana dampak kebijakan terhadap ekonomi gula di Jawa Timur yaitu surplus produsen dan konsumen, pengeluaran pemerintah dan kerugian ekonomi total. (2) Bagaimana dampak kebijakan proteksi tarif terhadap pendapatan usaha tani tebu. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis dampak kebijakan tarif terhadap surplus produsen, surplus konsumen, pengeluaran pemerintah, pengeluaran biaya mata uang asing dan kerugian ekonomi total (2) Menganalisis dampak kebijakan tarif terhadap pendapatan petani tebu. Hipotesis yang dikemukakan adalah: (1) Diduga penerapan kebijakan tarif akan akan menurunkan surplus konsumen, pengeluaran pemerintah dan pengeluaran biaya mata uang asing, serta meningkatkan surplus produsen dan kerugian ekonomi total. (2) Diduga penerapan kebijakan proteksi tarif akan meningkatkan pendapatan petani. Metode penentuan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan sentra penghasil gula di Indonesia yang mempunyai kotribusi 46,6 persen terhadap Metode analisis data yang digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan usaha tani tebu serta analisis kesetimbangan parsial dengan pertimbangan kebijakan proteksi yang diterapkan oleh pemerintah cenderung melindungi industri gula termasuk di dalamnya petani tebu. Hal ini menyebabkan intervensi pemerintah terhadap harga pasar yang diterima produsen lokal lebih besar dibandingkan yang diterima konsumen lebih jauh lagi harga ini lebih tinggi dari harga bayangan konsumen dan harga bayangan produsen. Hasil analisis menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran gula pasir yang diukur dengan harga bayangan konsumen menunjukkan permintaan gula meningkat. Hal ini disebabkan harga bayangan konsumen lebih rendah jika dibandingkan dengan harga konsumen lokal, sehingga konsumen akan menaikkan permintaannya. Hasil analisis penawaran gula pasir yang diukur dengan harga bayangan produsen menunjukkan sebaliknya. Penawaran bayangan gula menurun jika dibandingkan dengan penawaran sebelumnya. Hal ini disebabkan karena harga yang diterima di tingkat produsen internasional lebih kecil, sehingga produsen cenderung untuk menurunkan produksinya. Hasil analisis pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2006 menunjukkan peningkatan perubahan surplus produsen sebesar 27.65 persen atau sebesar Rp 396.047.949 per ton. Surplus konsumen juga menurun. Hal ini berarti peningkatan kerugian konsumen sebesar Rp 1.068.302.391 atau 123 persen. Kerugian ekonomi produsen mengalami penurunan Rp 17.252.77, sedangkan kerugian ekonomi konsumen meningkat sebesar Rp 65.963.24. Perubahan pengeluaran pemerintah menurun Rp 545.158.314 atau sebesar 21.16 persen. Penurunan pengeluaran pemerintah disebabkan biaya anggaran untuk gula impor juga ikut menurun. Menurunnya ketergantungan akan gula impor ternyata tidak mempengaruhi biaya mata uang asing. Tahun 2008, biaya ini meningkat sebesar Rp 59.857.23 atau sebesar 72.5 persen. Total kerugian ekonomi yang dialami dari meningkat jauh lebih besar menjadi Rp 93.697.77 dari tahun 2006 yang hanya Rp 8.777.65 per ton. Hasil analisis pendapatan petani tebu menunjukkan bahwa pendapatan petani tebu meningkat. Pada tahun 2006 pendapatan yang diterima sebesar Rp 8.328.000 per hektar, pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 11.832.000. Perubahan pendapatan sebesar Rp 3.504.000 atau meningkat 42.07 persen. Dari kegiatan penelitian saran yan diajukan adalah: (1) Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang dapat melindungi industri gula nasional, melalui kebijakan proteksi tarif yang dikombinasikan dengan kebijakan harga. Disamping itu perlu juga diperhatikan aspek ketersediaan dan harga di tingkat konsumen. (2) Peningkatan daya saing industri gula nasional melalui peningkatan efisiensi secara menyeluruh mulai dari usaha tani sampai proses di pabrik gula melalui pengaplikasian teknologi. (3) erlindungan pemerintah diperlukan juga dalam penyediaan input berupa pupuk, sehingga peredarannya harus diawasi agar dapat terjamin ketersediaannya dalam harga yang sesuai di pasar.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2009/253/050902926 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 01 Oct 2009 09:47 |
Last Modified: | 12 Apr 2022 03:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128254 |
Preview |
Text
050902926.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |