Studi Pola kemitraan Perkebunan PIR Kelapa Sawit : studi kasus Petani Desa Kijang Makmur dengan PT. Buana Wiralestari Mas, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau

Veronica, Rachel (2009) Studi Pola kemitraan Perkebunan PIR Kelapa Sawit : studi kasus Petani Desa Kijang Makmur dengan PT. Buana Wiralestari Mas, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia dalam perdagangan dunia perlunya adanya keterpaduan kebijakan dan pelaksanaannya dalam suatu system dalam usaha agribisnis yang terpadu dan konsisten. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Mentri Pertanian mewajibkan setiap perusahaan perkebunan untuk bermitra dengan masyarakat. Kepmentan No.026 tahun 2007, syarat yang harus dipenuhi setiap perusahaan perkebunan, yakni menjalin kemitraan dengan masyarakat minimal 20 persen dari total luas kebun yang akan dibuka. Dengan adanya persayaratan tersebut diharapkan proses peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa tuntas lebih cepat dan tepat. Salah satu perusahaan yang telah melaksanakan kemitraan ini adalah perusahaan perkebunan PT. Buana Wiralestari Mas. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT. Sinar Mas Group, yang mengembangkan pengelolaan kemitraan perkebunan dengan pola inti rakyat. Pola ini biasa disebut dengan Pola Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans). Pola kemitraan yang dilakukan oleh pihak perusahaan perkebunan besar dengan petani kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal pada masing masing pihak. Pada pihak perusahaan (Inti) bertujuan untuk memperoleh bahan baku kelapa sawit yang mempunyai kualitas baik dan kuantitas yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar dunia sedangkan untuk petani (Plasma) dapat meningkatkan pendapatannya. Namun realitanya banyak pelanggaran yang terjadi dalam penerapan sistem kemitraan. Dimana kemitraan hanya menguntungkan sebelah pihak saja yaitu perusahaan besar, dan yang paling dirugikan adalah petani plasma. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya transparansi dari inti kepada plasma dalam hal penawaran harga TBS (Tandan Buah Segar), dimana harga TBS yang diperoleh petani sangat tidak wajar dan dibawah standar harga pasar dunia. Dengan demikian maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem kemitraan dari segi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan kemitraan PIR (Perkebunan Inti Rakyat) antara PT. Buana Wiralestari Mas dengan petani plasma berlangsung. 2. Bagaimana perbedaan pengelolaan usahatani antara petani mitra dan nonmitra. 3. Seberapa besar usahatani kelapa sawit dengan pola kemitraan dapat meningkatkan pendapatan dan penerimaan petani mitra. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan bagaimana sistem dan implementasi kemitraan antara perusahaan PT. Buana Wiralestari Mas dan petani plasma berlangsung, 2. Mengetahui perbedaan pengelolaan usahatani antara petani mitra dan petani non mitra, 3. Mengetahui beda pendapatan yang diperoleh petani mitra kelapa sawit setelah mengikuti pola kemitraan dengan pihak perusahaan. Hipotesis pokok yang diuji dalam penelitian adalah : Bila petani melakukan usahatani kelapa sawit dengan sistem kemitraan maka akan meningkatkan pendapatan petani dibandingkan dengan pendapatan non kemitraan. Untuk itu dilakukan penelitian secara sengaja (purposive ) yaitu di Desa Kijang Makmur, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau pada populasi petani yang mengikuti kemitraan adalah sebanyak 15 orang sedangkan petani non-mitra sebanyak 10 orang yang dipilih dengan metode acak sederhana. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif yang digunakan untuk mendeskriptifkan kemitraan yang terjadi antara PT. Buana Wiralestari Mas dengan petani plasma di Desa Kijang Makmur, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau. Analisis SWO T (Strengths, Weakness, Opputunities, Threats ) digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi landasan pengambilan keputusan petani untuk mengikuti atau tidak mengikuti kemitraan, dan untuk menjawab hipotesa statistik menggunakan Analisis Uji Beda Rata-Rata untuk mengetahui tingkat pendapatan petani mitra dan non-mitra. Hasil penelitian menunjukkan pengambilan keputusan petani untuk mengikuti pola kemitraan dengan PT. Buana Wiralestari Massebagai berikut: 1. Petani mitra memperoleh bantuan modal berupa kredit, Adanya jaminan dan akses pasar dari inti. 2. Pembinaan dan pengembangan SDM dalam bentuk penyuluhan, pelatihan untuk membantu petani menigkatkan kualitas dan kuantitas TBS, 3. Harga TBS yang diterima berdasarkan harga kespakatan dan harga TBS dunia, 4. Petani mitra memperoleh perbaikan, inovasi dan alih teknologi, 5. sarana-prasarana serta perbaikan sistem produksi dan kontrol kualitas 6. Dukungan pemerintah. Bagi petani kelapa sawit yang memutuskan tidak mengikuti kemitraan, alasannya adalah: 1. Keterbatasan jumlah lahan, 2. Keterbatasan petani dalam menentukan manajemen usahatani dan pasar. Dalam implementasi ditemukan banyak perbedaan yang signifikan antara petani mitra dan petani non-mitra adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan signifikan pertama yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh petani mitra lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diterima petani non-mitra dimana rata-rata pendapatan petani mitra lebih tinggi dibandingkan petani non-mitra, rata-rata pendapatan yang diperoleh petani mitra perbulan dengan luas lahan 2 ha adalah Rp. 4.916.218,60 yang berbeda sangat nyata dengan petani non- mitra adalah Rp. 3.742.887,60. 2. Fasilitas, upah tenaga kerja, dan harga pupuk yang diperoleh petani mitra lebih baik dan lebih murah kerena mendapat subsidi dari KOPSA (Koperasi Kelapa Sawit) serta mendapatkan pinjaman modal dari bank pelaksana yang telah mendapat jaminan dari perusahaan. 3. Harga TBS yang diterima petani mitra lebih tinggi dibanding dengan petani non-mitra. 4. Segi keamanan kebun yang dimiliki petani mitra lebih aman dan bebas dari pungutan liar karena berada di satu kawasan perusahaan. 5. Petani mitra dalam jangka waktu tertentu mendapatkan penyuluhan dari perusahaan dan kopsa sedangkan petani non-mitra tidak dan harus belajar otodidak. Rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya transparansi dari pihak inti dalam penerapan sistem kemitraan kepada petani plasma berupa surat kontrak kemitraan yang seharusnya menjadi hak plasma. 2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan analisis SWOT yang lebih mendetail untuk menentukan strategi yang lebih baik, agar diperoleh hasil yang maksimal.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2009/250/050902723
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 01 Oct 2009 14:17
Last Modified: 12 Apr 2022 03:18
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128251
[thumbnail of 050902723.pdf]
Preview
Text
050902723.pdf

Download (8MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item