Hanna, Yulia (2009) Analisis Peramalan Konsumsi Kakao di Indonesia Tahun 2009-2018. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kakao (Theobroma cacao L. ) merupakan salah satu komoditas perkebunan stategis dalam perekonomian Indonesia. Kakao termasuk salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek yang cukup cerah, sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan berkembangnya sektor agroindustri. Diperkirakan konsumsi kakao meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, pengaruh perbaikan tingkat ekonomi atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi kakao dunia dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan produksi dunia ini disebabkan oleh berkurangnya produksi di dua negara produsen yaitu Pantai Gading dan Ghana yang diakibatkan oleh kemarau panjang, sementara konsumsi dunia cenderung meningkat. Akibatnya banyak negara konsumen beralih ke Indonesia. Pasar kakao Indonesia berpotensi untuk tetap naik seiring dengan kenaikan ekspor kakao Indonesia. Dengan adanya peningkatan ekspor, maka besar kemungkinan terjadi kekurangan stok dalam negeri. Padahal konsumsi kakao domestik Indonesia menunjukkan tren peningkatan. Konsumsi kakao Indonesia pada tahun 1998-1999 sebesar 66.726 dan 46.920 ton. Namun pada tahun 2000 naik sekitar 40% dari tahun sebelumnya menjadi 87.000 ton. Produk kakao Indonesia sebagian besar tidak difermentasi, sehingga kakao Indonesia dikenal bermutu rendah. Akibatnya harga kakao Indonesia dikenakan diskon (automatic detention ) sehingga mengurangi nilai devisa yang diperoleh. Kerugian tersebut seharusnya dapat dikurangi, bahkan nilai tambahnya dapat diraih jika industri hilir kakao Indonesia beroperasi secara optimal. Sementara itu industri pengolahan cokelat belum berkembang di Indonesia. Akibatnya ekspor kakao sebagian besar dalam bentuk produk primer sehingga nilai tambah tidak diterima oleh petani, tetapi dinikmati oleh pengusaha di negara pengimpor biji kakao. Ini membuktikan bahwa masih terbuka lebar peluang untuk mengembangkan berbagai industri kakao di Indonesia. Tingkat konsumsi dalam negeri yang semakin lama semakin meningkat, segmen pasar di kawasan Asia yang terbuka lebar, serta nilai tambah yang dapat diraih dan terbukanya lapangan kerja di sektor industri memberikan gambaran nyata adanya peluang yang harus dimanfaatkan oleh pelaku bisnis kakao di Indonesia. Berangkat dari latar belakang diatas maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kakao di Indonesia dan (2) Memproyeksikan konsumsi kakao di Indonesia tahun 2009-2018. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analsis ekonometrika. Analisis ekonometrika yang digunakan adalah analisis regresi Ordinary Least Square (OLS). Sedangkan untuk peramalannya dengan menggunakan metode exponential smoothing . Data yang digunakan untuk penelitian berupa data skunder dengan deret waktu (time series ) mulai tahun 1985-2005. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perkebunan, Departemen Pertanian (Deptan) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Hasil analisis menggunakan Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kakao di Indonesia secara signifikan adalah harga kakao dengan nilai probabilitas dan koefisien regresi sebesar 0,0307 dan 4,3485, pendapatan penduduk dengan nilai probabilitas dan koefisien regresi sebesar 0,0716 dan 0,0306, jumlah penduduk dengan nilai probabilitas dan koefisien regresi sebesar 0,0552 dan 0,1110. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi kakao di Indonesia adalah harga gula dan konsumsi kakao tahun sebelumnya. Hasil peramalan variabel bebas menunjukkan harga kakao meningkat dari Rp.16.560; per ton pada tahun 2009 menjadi Rp. 22.626; per ton pada tahun 2018, harga gula meningkat dari Rp. 6.914; per kg pada tahun 2009 menjadi Rp. 11.104; per kg pada tahun 2018, pendapatan penduduk meningkat dari Rp.3.354.958; per kapita pada tahun 2009 menjadi Rp. 5.229.374; per kapita pada tahun 2018 dan jumlah penduduk meningkat dari 239.085 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 267.867 juta jiwa pada tahun 2018. Dari hasil peramalan variabel bebas didapat bahwa konsumsi kakao pada tahun 2009-2018 juga mengalami peningkatan dari 178.576 ton di tahun 2009 meningkat menjadi 254.665 ton di tahun 2018.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2009/249/050902792 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 01 Oct 2009 08:10 |
Last Modified: | 12 Apr 2022 03:14 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128249 |
Preview |
Text
050902792.pdf Download (5MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |