Analisis Pendapatan Usahatani Tebu Pada Sistem Bongkar Ratoon Dan Sistem Keprasan : studi kasus di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang

Mahardika, Vita Cynthia (2009) Analisis Pendapatan Usahatani Tebu Pada Sistem Bongkar Ratoon Dan Sistem Keprasan : studi kasus di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sektor Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang menjadi andalan karena mampu memberikan kontribusinya sebesar 33,7% dibandingkan dengan subsektor lainnya. Pada tahun 2003, Sektor Perkebunan telah memberikan masukan kepada devisa negara sebesar Rp 117 triliun atau hampir 6% dari GDP nasional. (Anonymous, 2008). Salah satu komoditi unggulan di sektor perkebunan yang memiliki potensi cukup besar yaitu Tebu (Saccaharum officinarum). Tebu menjadi salah satu komoditas komersial strategis karena dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat dan industri. Namun beberapa temuan di Lapang menginformasikan bahwa petani tebu di Kecamatan Gondanglegi mengeluhkan penurunan produktivitas tebu lebih kurang sebesar 30-40 %. Hal ini diduga kuat disebabkan oleh sistem budidaya tebu yang secara teknis kurang tepat. Petani tebu di Desa Ganjaran, sebagaimana umumnya petani tebu di Kecamatan Gondanglegi, menerapkan sistem budidaya tebu keprasan dengan rata-rata frekuensi keprasan lebih dari tiga kali bahkan hingga 7-10 kali. Padahal, Dinas Perkebunan (Disbun) mengajurkan sistem keprasan hanya dapat dilakukan tiga kali kepras agar tanaman tebu tidak mudah terserang hama penyakit dan kualitasnya tetap terjaga dengan baik. Sehingga Disbun menganjurkan sistem budidaya alternatif untuk meningkatkan produktivitas tebu yaitu sistem bongkar ratoon. Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui pendapatan petani yang menggunakan sistem bongkar ratoon dan sistem keprasan dengan mengetahui besarnya biaya dan penerimaan dari kedua sistem budidaya tersebut. Perbedaan sistem budidaya ini dipengaruhi oleh faktorfaktor yang berpeluang terhadap pengambilan keputusan. Permasalahan yang akan diungkap adalah (1) Apakah terdapat perbedaan pendapatan yang diterima oleh petani pada sistem bongkar ratoon dan sistem keprasan. (2) Apakah faktor-faktor yang berkontribusi dalam pengambilan keputusan petani menggunakan sistem bongkar ratoon dan sistem keprasan. Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk menganalisis perbedaan pendapatan yang diterima oleh petani pada Sistem Bongkar Ratoon dan Sistem Keprasan. (2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi dalam pengambilan keputusan petani memilih Sistem Bongkar Ratoon dan Sistem Keprasan. Kegunaan Penelitian adalah (1) sebagai bahan informasi bagi Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani, (2) sebagai informasi bagi instantsi terkait dan (3) hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk bahan referensi di masa yang akan datang. Penentuan Lokasi dilakukan secara “purposive” yaitu di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Penelitian berlangsung mulai dari tanggal 14 Januari-4 Feburari 2009. Jumlah Populasi berjumlah 377 Orang dan dapat diambil sampel sejumlah 40 orang dengan menggunakan rumus Slovin. Penentuan sampel dilakukan dengan cara Snowball Sampling . Metode Analisis Data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Inferensia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi dalam satu musim tanam (satu tahun) untuk petani keprasan sebesar Rp 23.997.205,-/ha dan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 26.359.764,-/ha. Rata-rata biaya produksi dalam satu musim tanam untuk petani bongkar ratoon sebesar Rp 41.935.889,-/ha dan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 25.531.183,- /ha. Sedangkan rata-rata pendapatan pada petani keprasan adalah 2.362.559,- dan rata-rata pendapatan pada petani bongkar ratoon adalah - 16.404.706,- . Dari uji t hitung diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 31243855 sedangkan t tabel sebesar 1,7531 atau sama dengan t hitung -31243855 < t tabel -1,7531. Berdasarkan hasil tersebut maka Ho ditolak dan terima Ha dimana terjadi perbedaan rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani bongkar ratoon dan petani keprasan, atau lebih jelasnya rata-rata pendapatan petani bongkar ratoon lebih rendah dibandingkan pendapatan petani keprasan. Faktor-faktor yang berkontribusi lebih besar pada petani keprasan yaitu biaya produksi (100 %) dan cara budidaya (60,46 %). Kecenderungan petani menggunakan sistem keprasan yaitu karena biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani lebih rendah dibandingkan sistem bongkar raton. Dan hasil produksi serta rendemen yang diterima tidak jauh berbeda dengan sistem bongkar ratoon lagipula budidaya yang menggunakan sistem keprasan lebih mudah. Saran untuk penelitian adalah (1) Pemerintah sebaiknya memberikan dana yang lebih besar bagi Petani Keprasan. Hal ini dikarenakan sistem keprasan lebih dari 3 kali kepras berpotensi untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dan biaya produksi lebih effisien dan cara budidayanya lebih mudah. (2) Dari pihak PG dan KUD semestinya memberikan pengarahan mengenai manfaat dari Sistem Bongkar Ratoon dan Sistem Keprasan agar petani mengetahui keuntungan dari kedua sistem tersebut (3) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sejenis diharapkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap kedua sistem budidaya tebu sebaiknya mampu menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab utama pengambilan keputusan petani untuk menggunakan sistem budidaya tebu.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2009/148/050902087
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 09 Sep 2009 10:26
Last Modified: 11 Apr 2022 03:28
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128141
[thumbnail of 050902087.pdf]
Preview
Text
050902087.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item