Fitriah, Ruri Tri Marita (2018) Aspek Biologi Tongkol Lisong, Auxis Rochei Rochei (Risso, 1810) Yang Didaratkan Pada Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Perairan laut Indonesia di bagian Selatan yang terletak di Samudra Hindia menjadi perhatian masyarakat perikanan dunia, terutama terkait dengan perikanan tuna, tongkol dan cakalang. Pada tahun 2005-2012, Indonesia memasok 16% produksi tuna, cakalang, dan tongkol dunia (sekitar 1,1 juta ton). Berdasarkan KEPMEN No. 47 tahun 2016 potensi ikan pelagis besar (non tuna cakalang) di Indonesia yang didalamnya terdapat potensi tuna neritik, sekitar 2,5 juta ton per tahun. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2015), estimasi rata-rata produksi tongkol lisong sangat kecil yaitu sebesar 9.776 ton dibanding jenis tongkol yang lainnya seperti tongkol krai sebesar 149.500, ada kemungkinan petugas pencatatan data di lapangan salah mengidentifikasi karena secara morfologi tongkol lisong dan tongkol krai sangat mirip. Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Perikanan (UPT P2SKP) Pondokdadap merupakan salah satu tempat pendaratan tongkol lisong di wilayah perairan selatan Jawa Timur. Banyaknya permintaan pasar dan masih sedikitnya informasi terhadap tongkol lisong (Auxis rochei rochei) dapat memunculkan permasalahan apabila kegiatan eksploitasi pada ikan tersebut tidak dikontrol dengan baik dan berkelanjutan. Adanya tongkol lisong yang didaratkan dalam ukuran yang kecil dan tergolong immature (belum matang gonad) maka dalam jangka panjang akan mengurangi stok sumberdaya tongkol lisong pada lokasi ini. Masih sedikitnya informasi tentang kajian aspek biologi tongkol lisong membuat kegiatan penangkapan terus dimaksimalkan dan menjadi kendala dalam menentukan dasar rasional bagi penerapan pengelolaan perikanan tongkol yang berkelanjutan. Oleh sebab itu diperlukan penelitian mengenai aspek biologi tongkol lisong yang didaratkan di Unit Pengelola Teknis Pelabuhan dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Perikanan Pondokdadap Malang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penciri morfologi, sebaran distribusi panjang, dan aspek biologi tongkol lisong meliputi hubungan panjang berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, panjang pertama kali matang gonad, panjang pertama kali tertangkap, dan diameter telur, yang didaratkan pada UPT P2SKP Pondokdadap Sendang Biru, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu simple random sampling. Sebaran distribusi panjang tongkol lisong secara keseluruhan atau tanpa dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin mempunyai kisaran panjang antara 18,50–32,00 cmFL. Panjang rata–ratanya yaitu 23,85 cmFL dan modus pada ukuran kelas panjang antara 23,40–24,74 cmFL. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persamaan hubungan panjang berat tongkol lisong total, jantan, dan betina secara berturut–turut ialah W= 0,003FL 3,396, W= 0,001FL 3,607, W = 0.0017FL3.6389. Dari ketiga persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan panjang beratnya bersifat allometrik positif. Pengamatan terhadap 179 ekor tongkol lisong didapatkan perbandingan betina dan jantan yaitu 82 ekor dan 97 ekor atau 1:1,18. Persentase Tingkat Kematangan Gonad (TKG) betina yang termasuk ke dalam kategori matang yaitu sebanyak 67 % dari 82 ekor dan yang belum matang gonad yaitu 33 % dari 82 ekor. Pada uji pengamatan secara histologi didapatkan dua ovarium yang hasil analisa fase perkembangannya berbeda dari hasil pengamatan secara morfologi. Hal tersebut salah satunya dikarenakan ada beberapa fase perkembangan yang tidak bisa dilihat secara mata telanjang sehingga diperlukan pengamatan secara mikroteknik melalui histologi untuk lebih akuratnya. Panjang pertama kali matang gonad pada tongkol lisong betina yaitu saat mencapai panjang 23,88 cmFL atau terletak pada kelas panjang 23,03–24,03. Panjang 50 % pertama kali tertangkap yaitu 24,88 cmFL atau terletak pada kelas panjang 24,50–25,50 cmFL. Jumlah oosit yang dihitung diameter telur yaitu sebanyak 40 butir pada setiap tahapan perkembangan oositnya dan diperoleh ukuran diameter berkisar antara 20,92–367,65 μm.
English Abstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2018/356/051805748 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 597 Cold-blooded vertebrates > 597.7 Perciformes > 597.78 Scombroidei > 597.782 Scombridae |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 12 Oct 2018 01:59 |
Last Modified: | 06 Dec 2021 06:47 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/12624 |
Preview |
Text
Ruri Tri Marita Fitriah.pdf Download (5MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |