Analisis Break Even Point Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan Laba Perusahaan : studi pada Perusahaan Indah Cemerlang Singosari-Malang

AnggaAyudyah (2009) Analisis Break Even Point Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan Laba Perusahaan : studi pada Perusahaan Indah Cemerlang Singosari-Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Analisis Break Even Point merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan di mana suatu usaha tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mengalami kerugian, atau dengan kata lain pendapatan yang diperoleh sama dengan nol. Dengan Analisis Break Even Point dapat diketahui pada volume penjualan berapakah suatu perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Dengan demikian analisis ini tidak semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, melainkan analisis ini dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Dengan mengetahui titik break even suatu perusahaan, maka dapat dilakukan perencanaan laba untuk memperoleh laba yang diinginkan. Penelitian dilakukan di Perusahaan Indah Cemerlang Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan analisis Break Even Point dalam perusahaan, mengetahui perencanaan laba yang dilakukan perusahaan, dan untuk mengetahui apabila terjadi perubahan berbagai faktor yaitu perubahan biaya tetap, biaya variabel, harga jual dan komposisi penjualan terhadap BEP. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dalam perencanaan laba perusahaan tidak menggunakan Analisis Break Even Point tetapi perusahaan hanya berusaha menaikkan volume penjualan produknya dari penjualan yang dilakukan pada tahun sebelumnya. Keadaan break even point pada tahun 2008 dicapai pada angka Rp. 425.019.374,35, dimana untuk produk paving break even point dicapai pada angka Rp. 318.766.559,74 dan produk batako pada angka Rp. 106.252.814,61. Pada perencanaan laba tahun 2009 diperoleh bahwa keadaan break even point dicapai pada angka Rp. 422.804.609,06, dimana untuk produk paving dicapai pada angka Rp. 317.110.747,53 dan untuk produk batako dicapai pada angka Rp. 105.693.861,53. Adanya perubahan berbagai faktor yaitu perubahan biaya tetap, biaya variabel, harga jual dan komposisi penjualan akan berdampak pada perubahan tingkat break even point yang dicapai perusahaan. Pada saat terjadi perubahan biaya tetap dan biaya variabel, kenaikan biaya tetap mengakibatkan tingkat break even point mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp. 443.998.729,57, persentase laba sebesar 24,79% dan rasio margin kontribusi sebesar 40,82%. Pada saat terjadi kenaikan biaya variabel, mengakibatkan tingkat break even point yang dicapai perusahaan juga mengalami kenaikan, yaitu menjadi Rp. 544.030.085,40 dengan persentase laba sebesar 34,90% dan rasio margin kontribusi sebasr 34,90%. Pada saat terjadi perubahan harga jual, kenaikan harga jual mengakibatkan tingkat break even point mengalami penurunan, yaitu menjadi Rp. 395.573.782,72, persentase laba sebesar 29,09% dan rasio margin kontribusi sebesar 43,63%, sebaliknya penurunan harga jual mengakibatkan kenaikan tingkat break even point menjadi Rp. 457.795.335,28 dengan persentase laba sebesar 23,09% dan rasio margin kontribusi sebesar 37,70%. Sedangkan pada saat terjadi perubahan komposisi penjualan, tingkat Break Even Point tidak mengalami perubahan hanya saja terdapat perbedaan pada persentase labanya. Pada alternatif I dimana produk paving naik 15% sedangkan produk batako tetap persentase labanya sebesar 27,07%, sedangkan pada alternatif II dimana produk paving tetap dan produk batako bertambah 15%, persentase laba sebesar 26,07%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebaiknya dalam perencanaan laba perusahaan menggunakan analisis Break Even Point, karena dengan menggunakan analisis Break Even Point dapat diketahui berapa tingkat penjualan minimal, sehingga laba yang direncanakan dapat direalisasikan; pada perencanaan laba penurunan penjualan harus sama atau kurang dengan nilai tingkat penjualan minimal; sedangkan apabila terjadi perubahan faktor biaya tetap, biaya variabel, harga jual, maupun komposisi penjualan, maka dipilih alternatif yang paling menguntungkan, yaitu alternatif yang memiliki margn kontribusi terbesar.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FIA/2009/336/0500902598
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 658 General management
Divisions: Fakultas Ilmu Administrasi > Ilmu Administrasi Bisnis / Niaga
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 16 Nov 2009 09:10
Last Modified: 24 Oct 2021 00:16
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/114197
[thumbnail of 050902598.pdf]
Preview
Text
050902598.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item