Nirmala, Atika Zahra (2015) Pelaksanaan Akibat Hukum Perkawinan Menak Dengan Jajar Karang Pada Masyarakat Suku Sasak. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan mengenai Pelaksanaan Akibat Hukum Perkawinan menak dengan jajar karang pada Masyarakat Suku Sasak.Pilihan tema tersebut dilatar belakangi oleh adanya aturan dalam hukum adat suku sasak bahwa seorang menak tidak boleh menikah dengan jajar karang yang dalam suku sasak dianggap nyerompang. Jika hal tersebut terjadi maka akan menimbulkan akibat hukum terhadap kekerabatan maupun waris menak tersebut. Dalam hal kekerabatan menak tersebut akan turun kasta dan dibuang dari kelurganya atau diteteh , sedangkan dalam waris menak tersebut tidak lagi menjadi ahli waris dan berhak tidak diberikan warisan karena secara adat dialah yang meninggalkan warisan. Berdasarkan hal tersebut diatas, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah: (1) Bagaimana pelaksanaan akibat hukum perkawinan menak dengan jajar karang pada masyarakat suku Sasak dalam hal kekerabatannya? (2) Bagaimana pelaksanaan akibat hukum perkawinan menak dengan jajar karang pada masyarakat suku Sasak dalam hal warisnya? Kemudian penulisan karya tulis ini menggunakan penelitian empiris dengan metode pendekatan yuridis sosiologis.Adapun lokasi penelitiannya adalah di desa Rarang, Kecamatan Terara, Lombok Timur. Adapun data yang diperoleh penulis yang terdiri dari data primer dan sekunder akan dianalisis menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaaan akibat hukum perkawinan menak dengan jajar karang pada masyarakat suku sasak di desa Rarang dalam kekerabatan ada dua hal yang terjadi disebabkan oleh perbedaan pandangan yaitu (1)Pandangan masyarakat yang masih memegang teguh hukum adat, (2) Pandangan masyarakat yang sudah mau menerima perubahan. Bagi masyarakat yang masih memegang teguh hukum adatkarena perkawinan ini melanggar adat maka akibatnya menak tersebut akan diteteh (dibuang) dari keluarga dan tidak lagi memiliki hubungan dengan keluarganya. Selain diteteh secara otomatis sejak terjadi perkawinan menak dengan jajar karang, menak tersebut (dalam hal ini Baiq) akan turun kasta menjadi Inaq. Pandangan yang kedua menyatakanbahwa memang akibatnya menak tersebut akan turun kasta, namun pada masyarakat ini menak yang menikah dengan jajar karang tersebut tidak diteteh dan perkawinan tersebut diterima oleh keluarga. Sedangkan dalam hal warisnya pada masyarakat desa Rarang, karena mayoritas masyarakat desa Rarang beragama Islam maka walaupun menak menikah dengan jajar karang masyarakat desa Rarang tetap menganggap menak tersebut ahli waris dan berhak mendapat warisan, yang secara adat seharusnya tidak diberikan. Namun di desa Rarang sendiri masih ada sekitar 6% dari jumlah perkawinan yang dilakukan oleh menak dengan jajar karang yang melaksanakan akibat hukum ini sehingga menak yang menikah dengan jajar karang tidak berhak mendapat warisan karena dialah yang meninggalkan warisan.Saran yang diberikan penulis adalah bagi masyarakat desa Rarang kecamatan Terara, Lombok Timur khususnya yang masih memegang teguh hukum adat diharapkan mau membuka diri untuk menerima perubahan, alangkah baiknya apabila akibat hukum perkawinan menak dengan jajar karang dalam hal kekerabatan yakni dalam meneteh (membuang) anaknya yang menikah dengan jajar karang sebaiknya tidak dilakukan karena bagaimanapun hubungan kekeluargaan lebih penting dari segalanya.
English Abstract
In this thesis, the writer brings the problem concerning the Application of Legal Consequence in Marriage between menak and jajar karang in Sasak Tribe Society. This topic is chosen since of the existence of Sasak law in which a menak cannot marry a jajar karang as the problem is treated as Nyerompang. In case it occurs, there will be legal consequence which affects the family relation and the inheritance of the menak. In terms of family relation, the menak will be out casted and also will be abandoned by the family; this phenomenon is called diteteh, meanwhile in terms of inheritance the menak no longer becomes inheritor and has no right to be given inheritance since regarding to the tradition the menak is the one who leaves the inheritance. According to the problem above, this thesis has two problems. (1) How is the application of law consequence from marriage between menak and jajar karang in Sasak tribe in terms of its kinship relation? (2) How is the application of law consequence from marriage between menak and jajar karang in Sasak tribe in terms of inheritance? The thesis is an empirical study using sociological legal approach. The location of this research was in Rarang village of Terara district in East Lombok. The data were divided into primary and secondary data which were analysed by qualitative descriptive analysis. The result of this research shows the legal consequence application in terms of kinship relation has two views, they are, (1) the view of the society members which still strongly preserve tradition (2) the view of the society members who can receive the change. For those who still preserve the tradition people think that the marriage breach the tradition and the consequence is the menak will be diteteh (abandoned) from the family and will have no relation at all with the family. Besides diteteh, automatically after the marriage of menak and jajar karang, the menak ( in this case Baiq) will be outcasted and become Inaq. In the second view, the menak still will be out casted but the menak who marries jajar karang in this society won’t be diteteh and the marriage is accepted by the family. In terms of inheritance in Rarang society, because almost society members are Moslem, the menak who marries jajar karang will still be given inheritance though the tradition does not allow it. In Rarang, there are still some families which still apply the legal consequence it’s about 6% out of the total marriage done by menak and jajar karang who still apply the legal consequence. The writer suggests Rarang village society members in Terara district, East Lombok, especially for those who still strongly preserve the tradition, to open their mind for change. It is better for them to not apply the legal consequence, in this case meneteh (abandoned), to their children who marries jajar karang since family relationship is the most important than everything.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FH/2015/30/051502399 |
Subjects: | 300 Social sciences > 340 Law |
Divisions: | Fakultas Hukum > Ilmu Hukum |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 31 Mar 2015 07:10 |
Last Modified: | 11 May 2022 06:40 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/112333 |
Preview |
Text
BAB_I.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_II.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_IV.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_V.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_III.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
cover_n_daftar_isi.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR_PUSTAKA.pdf Download (1MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |