Luberty, Arum Dwi (2014) Analisis Putusan Perkara Nomor : 1537/Pdt.G/2009/Pa.Mlg.Tentang Nusyuz Sebagai Alasan Perceraian. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pada skripsi ini, penulis mengangkat sebuah kasus perceraian pasangan suami istri. Permohonan cerai diajukan oleh suami sebagai pemohon dan istrinya sebagai pihak termohon. Permohonan cerai diajukan kepada Pengadilan Agama Kota Malang dengan alasan bahwa sang istri telah berbuat nusyuz kepada suaminya, yaitu dengan meninggalkan suami selama dua tahun berturut-turut dan istri dianggap telah melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri sebagaimana telah diatur dalam pasal 83 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam. Namun disisi lain, sang istri memberikan pernyataan dalam jawaban tertulisnya bahwa apa yang dituduhkan suami kepadanya tidaklah semuanya benar. Dalam hal ini kemudian terjadi saling tuduh antara suami dengan istri. Berdasarkan hal tersebut diatas, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah : (1) Bagaimana makna nusyuz sebagai alasan perceraian jika ditinjau dari perspektif hukum islam? (2) Bagaimana kesesuaian pertimbangan hukum hakim Pengadilan Agama Kota Malang tentang nusyuz sebagai alasan perceraian dengan hukum islam pada putusan nomor : 1537/Pdt.G/2009/PA.Mlg? Kemudian penulisan karya tulis ini menggunakan metode yuridis normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan kasus (case approach). Bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang diperoleh penulis dianalisis dengan menggunakan teknik interpretasi sistematis terkait dengan pasal-pasal dalam Kompilasi Hukum Islam dan menggunakan penafsiran gramatikal guna mencari makna dari nusyuz. Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode diatas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa yang dimaksud dengan nusyuz pada dasarnya adalah perbuatan membangkang yang diikuti dengan tidak dipenuhinya kewajiban oleh suami maupun istri. Dari sudut pandang hukum islam, makna nusyuz terdapat di dalam Al-Qur’an, hadist Rasulullah SAW maupun hasil dari ijtihad para ulama islam. Salah satu hasil ijtihad tersebut adalah berasal dari Imam Syafi’i yang memberikan perbedaan antara nusyuz yang dilakukan oleh suami dan nusyuz yang dilakukan oleh istri. Menurutnya nusyuz istri lebih ke arah pembangkangan, sedangkan nusyuz suami lebih cenderung ke ketidaksenangan semata. Sedangkan dari sisi penanganan nusyuz, istri yang berbuat nusyuz dapat dinasehati, pisah ranjang hingga dipukul. Dan bagi suami nusyuz, istri hanya dapat merelakan hak-haknya tidak terpenuhi suami agar suami kembali senang kepada istri. Mengenai implikasi hukum nusyuz, istri dapat kehilangan hakhaknya sedangkan suami tidak dapat kehilangan hak-haknya. Sedangkan terkait perumusan masalah yang kedua yaitu tentang kesesuaian putusan hakim Pengadilan Agama Kota Malang, Majelis hakim Pengadilan Agama Kota Malang telah memutus bahwa istri selaku termohon tidak terbukti viii berbuat nusyuz seperti apa yang dituduhkan oleh pemohon terhadapnya. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan hukum islam yang mengatur mengenai perbuatan yang dianggap nusyuz apabila seorang istri meninggalkan suaminya tanpa alasan yang benar. Dalam hal ini hakim mempertimbangkan bahwa kepergian istri adalah untuk menyelamatkan janin dalam kandungannya. Apabila pada saat itu termohon tidak pergi meninggalkan suami, hal ini justru akan membahayakan kondisi janin yang ada di dalam kandungannya. Oleh karena istri tidak terbukti nusyuz, maka suami tetap harus memberikan kewajiban nafkah iddah sesuai jumlah yang telah ditentukan kepada mantan istrinya tersebut.
English Abstract
In this thesis, the author takes a couple divorce case to be analyzed. Petition for the divorce filed by the husband as the applicant and his wife as the respondent. Divorce petition filed to the Court of Malang religion on the grounds that his wife has done nusyuz to her husband, which is to leave her husband for two years in a row and the wife was deemed to have neglected his duty as a wife as stipulated in Article 83 paragraph 1 of the Compilation of Islamic Law. On the other hand, his wife gave a statement in a written response that what was alleged her husband is not all true. In this case then occurs a recriminations between the husband and wife. Based on the things above, this paper take some formulation of the problem: (1) How sense of nusyuz as the reason for divorce when viewed from the perspective of Islamic law? (2) How the suitability of the legal considerations of the judges of the court of Malang religion on the grounds nusyuz as a reason for divorce with the Islamic law on the verdict number: 1537 / Pdt.G / 2009 / PA.Mlg? Then the writing of this paper uses the method of normative juridical approach legislation (statue approach) and the approach to the case (case approach). Primary legal materials, secondary, and tertiary which obtained by the authors were analyzed using systematic interpretation techniques related to the articles in the compilation of Islamic law and using grammatical interpretation for the meaning of nusyuz. From the results of research using the method above, the authors find the answers for the problem that nusyuz is basically means as a defiant act followed by nonfulfillment of obligations by both husband or wife. From the point of view of Islamic law, the meaning of nusyuz contained in the Al-Qur’an, hadist of the Prophet Muhammad SAW and the results of the ijtihad from some the scholars of Islam. One of the results of ijtihad was came from Imam Shafii that gives the difference between nusyuz commited by a husband and nusyuz commited by wife. According to him, the wife’s nusyuz were more toward disobedience, while the husband’s nusyuz is more likely mere of displeasure. In terms of handling nusyuz, wives who do nusyuz can be advised only, separate beds until beaten. And for nusyuz of husband, wife just can give her rights up to her husband in order to her husband feels happy. Regarding the legal implications of nusyuz, the wife may lose their rights while the husband can not lose their rights. While regarding with the second formulation of the problem related to the judges decision about the suitability of the Religious Court Malang, Religious Court judges concluded that the wife as defendant did not prove to do a nusyuz like what is alleged by the husband. This is in accordance with the provisions of x Islamic law that rules the actions that are considered to be nusyuz if a wife leaves her husband for no good reason. In this case the judge considered that the departure of the wife is to save the fetus in the womb. If at that time the defendant was not going to leave her husband, this will only harm your fetus is in the womb. Therefore nusyuz wife is not proven, then the husband should still provide a living iddah obligations according to a predetermined amount of the ex-wife.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FH/2014/257/051406740 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 340 Law |
| Divisions: | Fakultas Hukum > Ilmu Hukum |
| Depositing User: | Endang Susworini |
| Date Deposited: | 30 Sep 2014 09:38 |
| Last Modified: | 22 Apr 2022 01:24 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/111889 |
Preview |
Text
Cover_+_Daftar_Isi.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
RINGKASAN.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
Skripsi_Nusyuz__14-08-14_.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
SUMMARY.pdf Download (1MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |