Anggraeni, ErlindaRizki (2016) Are Asean Countries Involved In Middle Income Trap? Lesson Learned From Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam And Philippines”. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Perangkap berpenghasilan menengah adalah situasi di mana negara-negara berpenghasilan menengah berada pada stagnasi ekonomi dan menjadi tidak dapat memajukan ekonominya ke tingkat pendapatan yang tinggi. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh pendidikan menengah, paten, produktivitas (TFP) dan kontrol korupsi pada PDB per kapita dalam menghindari perangkap berpenghasilan menengah untuk lima negara ASEAN dengan menggunakan regresi data panel selama 2002-2013. Lima negara ASEAN adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Metode yang digunakan untuk menyelidiki model terbaik untuk data panel adalah tes chow dan tes Hausman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan menengah dan paten memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap PDB per kapita, tetapi produktivitas memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap PDB per kapita dan kontrol korupsi memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap PDB per kapita. Kesimpulannya adalah bahwa pendidikan menengah dan paten dapat berkontribusi lebih dalam meningkatkan PDB per kapita.
English Abstract
Middle income Trap is the situation in which a middle income countries falls into economic stagnation and becomes unable to advance its economy to a high income level. Main purpose in this research is to examine the influences of secondary education, patent, productivity (TFP) and control of corruption to the GDP Per Capita in avoiding middle income trap for the five ASEAN countries by using panel data regression during 2002-2013. The five ASEAN countries are Thailand, Indonesia, Malaysia, Philippines and Vietnam. The method used to investigate the best model for panel data were Chow Test and Hausman Test. The result showed that secondary education and patent have positive relationship and significant to the GDP Per Capita, but productivity has negative relationship and significant to the GDP Per Capita and control of corruption has positive relationship but insignificant to the GDP Per Capita. The conclusion is that secondary education and patent can contribute more in increasing GDP Per Capita.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FE/2016/91/051603185 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 330 Economics |
| Divisions: | Fakultas Ekonomi dan Bisnis > Ilmu Ekonomi |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 10 May 2016 09:41 |
| Last Modified: | 28 Oct 2021 06:41 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/109362 |
Preview |
Text
MINOR_THESIS_BY_ERLINDA_RIZKI_(4_MARET_2016).pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |