Pola Kemitraan Antara Petani Bawang Merah Dengan Juragan Di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo

Rizza, Mohhammad Fahrur (2018) Pola Kemitraan Antara Petani Bawang Merah Dengan Juragan Di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pola Kemitraan antara petani bawang merah dan pemodal mandiri yang dilaksanakan di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo perlu dikaji, disempurnakan dan ditingkatkan agar penanganannya lebih efektif. Hal tersebut ditujukan kepada upaya mengoptimalkan pembinaan bagi petani bawang merah. Sub pertanian dalam hal ini petani bawang merah memilki peranan yang penting dalam meningkatkan pendapatan dan penghasilan serta perluasan lapangan kerja serta penghasilan masyarakat secara lebih merata oleh karena itu kita harus memelihara komitmen yang besar terhadap peningkatan sektor pertanian pada umumnya dan petani bawang merah pada khususnya Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihakpihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti alam, tenaga kerja, modal, ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Keberhasilan suatu usahatani sebenarnya tidak terlepas dari suatu faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya yang dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor produksi yang pengaruhinya dapat dikendalikan oleh petani seperti penggunaan lahan, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan, penerimaan keluarga dan jumlah penerimaan petani. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dan diluar jangkauan petani seperti faktor iklim, cuaca, ketersediaan sarana angkutan dan komunikasi serta aspekaspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, seperti juragan sebagai pemegang dana yang menawarkan kemitraan kepada petani dengan jaminan bantuan modal dan pemasaran hasil panen. Setiap lembaga memiliki kultur dan aturan masing-masing. Petani pada akhirnya harus memilih sesuai dengan yang diyakininya memberikan dampak dan manfaat terbaik bagi usahanya. Petani dalam mengusahakan usahataninya selalu berorientasi kepada pendapatan. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Net farm income). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Tujuan dari penelitin ini adalah : (1) Menganalisis pola kemitraan antara juragan dengan petani dalam usahatani bawang merah di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo.(2) Mengidentifikasi dan menganalisis motivasi juragan dan petani melakukan kemitraan dalam usahatani bawang merah di Kecamatan Lecesii Kabupaten Probolinggo(3) Menganalisis pembagian keuntungan antara juragan dan petani dalam kemitraan usahatani bawang merah di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Peneltian ini menggunakan Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai keadaan riil yang ada di lapang dan juga mengenai pengetahuan tentang usahatani yang dilakukan petani bawang merah yang mengikuti program kemitraan. Analisis ini juga digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang perlu penjelasan secara detail yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dipakai untuk data yang berbentuk angka yang digunakan untuk mengetahui biaya, penerimaan, pendapatan, dan kelayakan usahatani setelah mengikuti program kemitraan di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi yang diperoleh dari usaha tani pada kelompok petani mitra inti-plasma yaitu sebesar Rp25,464,678,- sedangkan untuk Petani Mitra Dagang Umum yaitu sebesar Rp. 57,027,926. Tinggi rendahnya jumlah pendapatan tersebut ditentukan oleh biaya produksi yang digunakan untuk melakukan pengolahan usaha tani yang dilakukan dalam hal ini biaya tetap dan variabel dan jumlah penerimaan dari hasil usaha tani yang dilakukan. Berdasarkan hasil perbandingan pendapatan maka dapat diketahui bahwa pendapatan Petani Mitra Dagang Umum lebih tinggi dibandingkan dengan mitra. Rata-rata petani menjawab bahwa mereka lebih senang menjalankan usahatani bawang merah dagang umum.. Petani merasa terbebani harus terikat dalam kontrak perjanjian. Misalnya ketika petani gagal panen, petani mitra masih memiliki kewajiban menyelesaikan hutang bibit pada periode tanam berikutnya. Sementara bermitra dagang umum hanya menanggung sendiri tanpa tanggung jawab kepada pihak lain. Alasan petani tidak memilih jenis kemitraan dagang umum karena menurut Petani Mitra inti-plasma usahatani bawang merah membutuhkan lebih banyak modal untuk biaya pestisida, hal ini karena bawang merah rentan terhadap hama dan penyakit. Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka penulis bermaksud memberikan saran yang supaya dapat bermanfaat bagi lembaga maupun peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Dalam upaya untuk meningakatkan produktivitas kelompok petani mitra jurgan diharapkan selaku perusahaan inti harus berupaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki petani yaitu dengan mendistribusikan bibit secara tepat waktu sehingga ketika terjadi kerusakan bibit dapat dihindarkan. 2. Kelompok Petani Mitra Dagang Umum dan Inti-plasma diharapkan untuk mengikuti perkembangan sektor pertanian khususnya pada budidaya bawang merah sehingga hasil tani memiliki kualitas yang mampu bersaing di pasaran. Selain itu upaya peningkatan produktivitas juga harus dilakukan oleh petani sehingga perkembangan usaha tani yang terjadi benar-benar mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani. 3. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengkaji pola kemitraan antara petani bawang merah dan juragan dengan lebih banyak sumber maupun referensi yang lebih beragam.

English Abstract

Partnership pattern between shallot farmers and independent investors conducted in Kecamatan Leces Probolinggo District needs to be studied, improved and improved so that handling is more effective. It is aimed to optimize coaching for onion farmers. Sub-farming in this case shallot farmers have an important role in increasing income and income as well as expansion of employment and community income more evenly therefore we must maintain a great commitment to improving the agricultural sector in general and onion farmers in particular Business partnerships are not one-to-one, especially large over small, but guarantee the independence of the partner parties. The business partnership we want is not a value-free partnership but a partnership that remains based on sound moral and business ethical responsibility, which is in line with economic democracy. Farming is a place where a person or group of people seeks to manage the elements of production, such as nature, labor, capital, skills with the aim of producing to produce something on the farm. The success of a farm is actually inseparable from an environmental factors that influence it are divided into two, namely internal factors and external factors. Internal factors are factors of production whose influence can be controlled by farmers such as land use, labor, capital, technological level, the ability of farmers to allocate, the acceptance of families and the amount of farmers' acceptance. While external factors are factors that can not be controlled and beyond the reach of farmers such as climatic factors, weather, the availability of transportation and communication facilities and aspects related to the marketing of agricultural products and inputs, such as skipper as a holder of funds that offer partnership to farmers with a guarantee capital assistance and marketing of crops. Each institution has its own culture and rules. The farmer must ultimately choose according to what he believes has the best impact and benefits for his business. Farmers in their farming are always income-oriented. The difference between the gross income of the farm and the total farming expenditure is called net farm income. Farm net income measures the returns earned by farming families from the use of factors of production, management and self-owned capital or loan capital invested in the farm. The objectives of this research are: (1) To analyze the partnership pattern between skipper and farmer in onion farming in Kecamatan Leces Probolinggo District. (2) To identify and analyze the motivation of farmer and farmer to make partnership in onion farming in Kecamatan Leces Probolinggo District (3) Analyzing profit sharing between skipper and farmer in onion farming partnership in Kecamatan Leces Probolinggo This research uses descriptive analysis is used to describe or explain about the real situation in the field and also about the knowledge about the farming done onion farmers who follow the partnership program. This analysis isiv also used to describe data that need explanation in detail which can not be explained quantitatively. Quantitative analysis is used for data in the form of numbers used to determine the cost, income, income, and feasibility of farming after following a partnership program in Kecamatan Leces Probolinggo The results of this study indicate that the highest revenue obtained from farming in the group of nucleus-plasma partners is Rp25,464,678, - while for General Trading Partners farmers is Rp. 57,027,926. The high amount of income is determined by the production cost used to carry out the farming business undertaken in this case fixed and variable costs and the amount of revenues from the results of farming undertaken. Based on the result of income comparison, it can be seen that the income of General Trading Partner Farmers is higher than that of partners. The average farmer replied that they prefer to run a general trading onion farm. Farmers feel more confident to do an independent farming. Farmers feel overwhelmed should be bound in the contract agreement. For example, when farmers fail to harvest, partner farmers still have the obligation to settle the debts of the seedlings in the next planting period. While the general trading partners only bear their own without any responsibility to other parties. Another reason farmers do not join the partnership is because according to the General Trading Partners Farming farm on Atlantic farming requires more capital for the cost of pesticides, this is because the onion is susceptible to pests and diseases. There are also farmers who are not aware of the partnership so that they do not join the partnership. Based on the assessment of research results in the field, the authors intend to provide suggestions that in order to be useful for institutions and researchers next, namely as follows: 1. In an effort to increase the productivity of farmers group partners jurgan expected as the core company should strive to maximize the potential of the farmers is to distribute the seeds in a timely manner so that when damage occurs the seeds can be avoided. 2. Farmers Group General Trading Partners are expected to follow the development of the agricultural sector, especially on the cultivation of onion commodities so that the results of farmers have a quality that can compete in the market. In addition, efforts to increase productivity should also be done by farmers so that the development of farming that occurred really support efforts to improve the welfare of farmers. 3. Further research is needed to examine partnership patterns between onion farmers and skipper with more sources and more diverse references

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/659/05197433
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.17 Products > 338.175 25 Products (Onions)
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:24
Last Modified: 24 Aug 2020 07:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173867
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item