Dampak Pertambangan Emas Rakyat Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang

Anggrain, Depy (2018) Dampak Pertambangan Emas Rakyat Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pertambangan emas yang ada di Kecamatan Sepauk pada kawasan aliran sungai maupun daratan menghadapi problem yang cukup serius dari sudut pandang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kehidupan sosial masyarakat mengalami sedikit pergeseran dengan adanya perubahan mata pencaharian yang dulunya bertani dan berkebun sebagai sektor utama mata pencaharian masyarakat merubah kehidupannya menjadi sebagai penambang emas dan meninggalkan kebiasaannya yang lama sehingga mengakibatkan penurunan kualitas lahan. Dengan berjalan waktu, masyarakat di Kecamatan Sepauk mulai beralih menjadi penambang emas, dan munculnya mesin-mesin pengolahan emas yang masih tradisional di sekitar pemukiman penduduk. Tambang emas yang ada di Kecamatan Sepauk dalam perkembangannya masih menggunakan pertambangan skala kecil, walaupun saat ini sudah dikelola secara modern dengan menggunakan kekuatan mesin misalnya mesin dompeng. Masyarakat setempat tidak diimbangi dengan peralatan, permodalan, fasilitas, dan pengetahuan yang memadai, sehingga masyarakat yang memiliki keterbatasan dan kendala aturan yang memperparah situasi kondisi, menyebabkan tambang rakyat yang dilakukan tanpa izin (PETI). Salah satu yang menjadikan pertambangan rakyat ini menjadi pilihan masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, tidak sedikit masyarakat yang tergantung terhadap penambangan emas ini, dikarenakan penambangan ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat di Kecamatan Sepauk. Oleh Karena itu, diperlukannya kajian mengenai dampak pertambangan emas rakyat terhadap aspek sosial ekonomi dan lingkungan di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis perkembangan pertambangan emas rakyat di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang, menganalisis kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang dan menganalisis dampak pertambangan emas rakyat terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Penelitian ini menggunakan model deskriptif kualitatif dimana peneliti mengumpulkan data dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti mengambil tiga desa yang ada di Kecamatan Sepauk sebagai lokasi penelitian diantaranya Desa Sirang Setambang, Desa Bedayan dan Desa Nanga Libau. Sedangkan informan dalam penelitian ini ialah masyarakat pekerja tambang, masyarakat bukan pekerja tambang, perangkat desa, pemerintah / instansi terkait dan LSM.xi Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa perkembangan pertambangan yang ada di Kecamatan Sepauk pada saat peneliti melakukan wawancara dengan beberapa narasumber belum diketahui dengan jelas kapan pertambangan tersebut dimulai. Beberapa narasumber memberitahukan bahwa pertambangan tersebut dimulai pada tahun 1980’an, pertambangan masih dilakukan secara tradisional dengan cara mendulang dan pada tahun 2000’n keatas pertambangan sudah mulai menggunakan peralatan mesin secara modern. Faktor pendorong pertambangan emas ialah harga emas yang relatif tinggi membuat masyarakat bekerja sebagai penambang dan faktor penghambatnya ialah kurangnya sosialisasi mengenai izin pertambangan sehingga menimbulkan ketidaktertarikan masyarakat untuk mengurus izin tambang. Aspek sosial pada aktivitas pertambangan terdiri dari: (1) Pendidikan, Aktivitas pertambangan emas tidak mempengaruhi tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan Sepauk; (2) Kesehatan, masyarakat masih mengeluhkan pelayanan kesehatan karena fasilitas dan tenaga medis yang ada di desa masih sangat minim; (3) Umur dan Jenis Kelamin, Aktivitas tambang emas yang kerja rata-rata usia sudah cukup dewasa, tidak ada anak-anak dan perempuan yang dipekerjakan; (4) Aktivitas pertambangan membuat banyak para pendatang bekerja sebagai penambang emas dari berbagai macam suku dan agama. Aspek ekonomi terdiri dari: (1) Mata Pencaharian, banyak masyarakat yang beralih mata pencahariannya sebagai pekerja tambang walaupun mayoritas pekerjaannya ialah bertani, (2) Pendapatan dan Kesempatan Kerja, pendapatan yang masyarakat dapatkan dari hasil bekerja sebagai penambang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kesempatan kerja sebagai penambang memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat. Sedangkan aspek Lingkungan secara fisik ialah menimbulkan kerusakan jalan, pencemaran air sungai, kerusakan hutan dan alih fungsi lahan dan polusi suara (kebisingan). Dampak dari aktivititas pertambangan ini menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dampak positif diantaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi pengangguran. Dampak negatifnya ialah gangguan kesehatan, kerusakan jalan, pencemaran air sungai, kerusakan hutan dan alih fungsi lahan serta kebisingan dan yang terakhir ialah adanya konflik lahan. Kebijakan pemerintah terhadap aktivitas pertambangan masih kurang sehingga perlu adanya sosialisasi, pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah terkait. Rekomendasinya ialah Pemerintah Daerah harus memilki peranan dalam mengubah mata pencaharian masyarakat agar beralih profesi kepekerjaan lain. Pemerintah harus melakukan sosialisasi terkait prosedur izin usaha tambang, sehingga pemerintah juga dapat melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap masyarakat penambang. Perlu adanya sanksi yang tegas dari aparatur pemerintah terkait jika terbukti melakukan pertambangan tanpa izin. Kesadaran akan pentingnya lingkungan harus ditanamkan dimasyarakat, paling tidak adanya penyuluhan akan pentingnya menjaga lingkungan disekita

English Abstract

The gold mining in Sepauk District in the watershed and the mainland faces quite serious problems from an economic, social and environmental standpoint. The social life of the community experienced a slight shift with the changes in livelihoods that used to be farming and gardening as the main sectors of people's livelihoods changed their lives to become gold miners and abandoned their old habits resulting in land degradation. With the passage of time, people in Sepauk District began to turn into gold miners, and the emergence of traditional gold processing machines around the settlements. The gold mine in Sepauk District is still using small-scale mining, although it is currently managed in a modern way using machine power such as a dompeng machine. The local community is not balanced with adequate equipment, capital, facilities, and knowledge, so that people with limitations and regulatory constraints make the situation worse, causing unlicensed people's mining (PETI). One that makes the people's mining the people's choice is to meet their economic needs, not least the people who depend on this gold mining, because this mining can be an additional source of income for the people in the District of Sepauk. Therefore, a review of the impact of the gold mining of the people on socioeconomic and environmental aspects in the Sepauk District Sintang Regency. The purpose of this research is to analyze the development of the gold mining of the people in Sepauk District Sintang Regency, to analyze the social, economic and environmental conditions in Sepauk District Sintang Regency and to analyze the impact of the gold mining of the people on the social, economic and environmental aspects in Sepauk District Sintang Regency. This research uses descriptive qualitative model where researchers collect data by doing observation, interview and documentation. The researcher took three villages in Sepauk subdistrict as research location such as Sirang Setambang Village, Bedayan Village and Nanga Libau Village. While informants in this research are mining workers, non mining workers, village apparatus, government / related agencies and NGOs. Based on the results of research obtained that the development of mining in the District of Sepauk at the time researchers conducted interviews with some sources not yet known clearly when the mining began. Several informants informed that the mine began in the 1980, mining was still done traditionally by way of panning and by the year 2000 and above the mining had started using modern machine tools. The driving factor of gold mining is the relatively high price of gold making the community work as a miner and its inhibiting factor is the lackxiii of socialization of mining permits, causing public disinterest to take care of mining permits. The social aspects of mining activities consist of: (1) Education District; (2) Health, people still complain about health services because the facilities and medical personnel in the village are still very low; (3) Age and Sex, Mining activity in which the average working age is old enough, no children and women are employed; (4) Mining activities make many migrants work as gold miners of various tribes and religions. The economic aspect consists of: (1) Livelihoods, many people are turning to their livelihoods as miners even though the majority of their work is farming, (2) Revenue and Employment Opportunities, the income people earn from working as miners can meet their daily needs and employment opportunities as miners have a positive impact on the economy of the community. While the physical aspects of the environment is causing road damage, river water pollution, forest damage and land conversion and noise pollution. The impact of this mining activity poses a positive and negative impact on socioeconomic and environmental aspects. Positive impacts include improving people's welfare and reducing unemployment. The negative impacts are health problems, road damage, river water pollution, forest destruction and land conversion and noise and the last is land conflicts. Government policies on mining activities are still lacking, so there needs to be socialization, guidance and supervision by related government.The recommendation is the need for the role and attention of the Regional Government in Local governments should have a role in changing the livelihood of the people to switch to other employment professions. The government must conduct socialization related to the mining business permit procedure, so the government can also conduct supervision and guidance to the mining community. There needs to be strict sanctions from the relevant government apparatus if proven to conduct mining without permission. Awareness of the importance of the environment should be inculcated in the community, at least the extension of the importance of maintaining the surrounding environmen

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/338.274 1/ANG/d/2018/041805374
Uncontrolled Keywords: GOLD MINES AND MINING - SOCIAL ASPECTS, GOLD MINES AND MINING - ECONOMIC ASPECTS, GOLD MINES AND MINING - ENVIROMENTAL ASPECTS, INDONESIA - LINTANG ( kabupaten)
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.2 Extraction of minerals > 338.27 Products > 338.274 1 Products (Gold)
Divisions: Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 20 Mar 2019 02:33
Last Modified: 02 Sep 2020 06:37
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/165637
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item