Strategi Pengembangan Ternak Kuda (Equus caballus) Sebagai Sumberdaya Lokal yang Bernilai Budaya di Kabupaten Sumba Barat Daya (Studi Kasus Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo dan Kodi Balaghar).

Randu, MelkianusDedimusSame (2017) Strategi Pengembangan Ternak Kuda (Equus caballus) Sebagai Sumberdaya Lokal yang Bernilai Budaya di Kabupaten Sumba Barat Daya (Studi Kasus Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo dan Kodi Balaghar). Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kuda merupakan komoditas ternak yang prospektif dikembangkan di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Hal tersebut didukung Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 426/Kpts/SR.120/3/2014 yang menetapkan Sandelwood sebagai sumber daya genetik rumpun kuda lokal Indonesia dengan penyebaran di Pulau Sumba. Ternak kuda tetap dipertahankan di Kabupaten SBD sampai dengan saat ini mengingat perannya yang sangat strategis dalam kehidupan masyarakat dan kegiatan sosial budaya. Kuda merupakan jenis ternak yang wajib digunakan sebagai belis (mahar) dalam upacara perkawinan, hewan kurban dalam upacara kematian, dan kuda tunggang dalam ritual pasola. Ternak kuda juga merupakan destinasi pariwisata yang terdapat di Kabupaten SBD. Belis (Mahar) dalam rangkaian prosesi perkawinan masyarakat di Kabupaten SBD merupakan sesuatu yang wajib, dan diwujudkan melalui pemberian ternak kuda oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Upacara kematian umumnya mengorbankan (menyembelih) ternak kuda sebagai simbol penghormatan terhadap arwah orang yang telah meninggal, walaupun saat ini tidak wajib dilakukan di Kabupaten SBD. Pasola merupakan satu-satunya ritual kebudayaan di Kabupaten SBD yang menggunakan komoditas ternak kuda sebagai wujud ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen tahunan. Atraksi pasola dilakukan melalui kegiatan saling melempar lembing dari atas punggung kuda yang sedang dipacu, dan dilakukan oleh dua kelompok masyarakat yang berbeda. Pasola sampai dengan saat ini tetap dipertahankan di Kabupaten SBD. Ternak kuda yang dikembangkan di Kabupaten SBD mengalami permasalahan terutama berkaitan dengan ketidakseimbangan aktivitas antar pulau, ketersediaan jumlah populasi, dan pemanfaatan sosial budaya. Ternak kuda yang diantarpulaukan dari Kabupaten SBD ke Provinsi Sulsel dan NTB mengalami peningkatan selama tahun 2011-2015 yaitu sebesar 289,05% atau 57,81% setiap tahunnya. Kondisi tersebut tidak sebanding dengan jumlah populasi tahun 2010-2014 yang menunjukkan penurunan sebesar 13,76% atau 2,75% setiap tahunnya, dan tingginya peranan ternak kuda dalam aktivitas sosial budaya sebagai bentuk kearifan lokal. Pada sisi lain, kebijakan pemerintah sampai kepada level terendah belum memberikan perhatian yang optimal bagi pengembangan ternak kuda akibat orientasi dan fokus kebijakan yang dominan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan daging dan susu, sehingga lebih dikonsentrasikan kepada pengembangan ternak besar selain kuda (sapi dan kerbau). Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten SBD yang memiliki ketergantungan terhadap ternak kuda. Masyarakat kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani yang selain mengusahakan tanaman pertanian juga memelihara ternak termasuk kuda. Profil usaha ternak kuda di kecamatan Kodi, Kodi Bangedo dan Kodi Balaghar merupakan usaha sambilan dengan jumlah kepemilikan yang terbatas. Ternak kuda diperoleh dari berbagai urusan sosial budaya (perkawinan dan kematian), bantuan pemerintah, maupun pembelian secara pribadi. Sistem pemeliharaan ternak kuda dilakukan secara semi intensif (ikat pindah) dengan perhatian peternak yang rendah terhadap aspek tatalaksana. Sistem perkawinan ternak kuda dominan terjadi secara alamiah, tanpa pengawasan peternak terhadap pejantan dan betina yang digunakan. Perkawinan umumnya terjadi di lokasi pemeliharaan ternak kuda. Pakan ternak kuda dominan berasal dari hijauan, rumput lapangan, dan limbah pertanian, dengan ketersediaan yang bersifat tidak kontinyu. Jagung dan dedak padi hanya diberikan untuk ternak kuda yang dipersiapkan pada perlombaan pacuan. Kandang tersedia dalam jumlah terbatas dan konstruksi sederhana (untuk kuda pacu dan kuda “Nyale- Halato”). Ternak kuda sebagian besar diikat di sekitar pekarangan ataupun dibawah kolong rumah penduduk. Tenaga kerja ternak kuda memiliki tugas menggiring kuda dari dan ke lokasi pemeliharaan, memberikan air minum, serta mencari pakan saat terjadi kelangkaan di musim kemarau. Penyuluh peternakan dan kelompok ternak tersedia walaupun dalam jumlah terbatas. Ternak kuda umumnya dipelihara dalam jangka waktu yang tidak menentu karena ditentukan oleh tingginya permintaan dan kebutuhan peternak. Ternak kuda juga sering dipinjam untuk urusan budaya, namun hanya berlaku pada keluarga terdekat atau dipercaya. Penjualan ternak kuda dilakukan di pasar hewan dalam wilayah kecamatan maupun kabupaten. Ternak kuda di Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar memiliki manfaat utama dalam mengatasi hambatan transportasi, mendukung kegiatan ekonomi, dan mempertahankan tradisi sosial budaya. Ternak kuda dipelihara untuk mengangkut jagung, padi, air, dan manusia. Ternak kuda juga digunakan dalam kegiatan pacuan, dimanfaatkan sebagai “tabungan alternatif”. Komoditas ternak kuda tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat karena secara turun-temurun ritual budaya Pasola di Kabupaten SBD hanya dilaksanakan di Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar. Peranan dan pemanfaatan ternak kuda dalam kehidupan masyarakat Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar saat ini tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah populasi. Hal tersebut ditunjukkan dari rendahnya jumlah populasi dibandingkan 8 (delapan) kecamatan lain yang ada di Kabupaten SBD. Populasi kuda di Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar tahun 2014 hanya memberikan kontribusi 5,03%; 8,66%; dan 4,34% terhadap total populasi di Kabupaten SBD. Hal tersebut memberikan implikasi terhadap keberlanjutan nilai budaya, ditunjukkan dengan meningkatnya simbolisasi kuda dalam berbagai urusan perkawinan dan kematian (kuda amplop), serta terbatasnya jumlah kuda yang dilibatkan dalam ritual budaya pasola. Mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan evaluasi terhadap faktor lingkungan strategis pengembangan ternak kuda di Kabupaten SBD dengan mengintegrasikan konsep sosial budaya. Kontribusi ternak kuda dalam pengembangan sosial budaya sudah selayaknya didorong sebagai upaya untuk menciptakan keunggulan komparatif wilayah ataupun meningkatkan nilai kearifan lokal. Kondisi tersebut pada akhirnya diharapkan akan mampu mendukung peningkatan ekonomi peternak maupun pariwisata daerah, yang pada gilirannya turut memberikan kontribusi terhadap pengembangan sub sektor peternakan Penelitian bertujuan : 1) Mengetahui dan menganalisis kondisi eksisting pengembangan ternak kuda (Equus cabalus) sebagai sumberdaya lokal yang bernilai budaya di Kabupaten SBD. 2) Mengetahui dan menganalisis strategi alternatif yang sesuai untuk pengembangan ternak kuda (Equus cabalus) sebagai sumberdaya lokal yang bernilai budaya di Kabupaten SBD. 3) Mengetahui dan menganalisis strategi prioritas yang sesuai untuk pengembangan ternak kuda (Equus cabalus) sebagai sumberdaya lokal yang bernilai budaya di Kabupaten SBD. Penelitian telah dilakukan di Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar, sebagai satu-satunya wilayah yang melakukan tradisi ritual kebudayaan Pasola. Penelitian dilakukan dari bulan November 2015 sampai dengan Juli 2016. Responden yang dilibatkan dalam penelitian berjumlah 106 orang, terdiri dari 79 orang peternak kuda dan 27 orang ahli (Expert). Teknik analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran wilayah penelitian, karakteristik responden, dan kondisi eksisting pengembangan ternak kuda. Hasil yang diperoleh selanjutnya akan ditabulasi, dideskripsikan, dan digunakan sebagai acuan di dalam melakukan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pada tingkat ahli (Expert). Analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan strategi alternatif pengembangan ternak kuda (Equus cabalus) sebagai sumberdaya lokal yang bernilai budaya di Kabupaten SBD. Metode AHP dilakukan untuk menentukan strategi prioritas pengembangan ternak kuda (Equus cabalus) sebagai sumberdaya lokal yang bernilai budaya di Kabupaten SBD. Instrumen yang digunakan untuk pe

Item Type: Thesis (Doctor)
Identification Number: DIS/636.1/RAN/s/2017/061703158
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.1 Horses
Divisions: S2/S3 > Doktor Teknik Industri Pertanian, Fakultas Pertanian
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 13 Apr 2017 10:33
Last Modified: 13 Apr 2017 10:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160554
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item