Suwondo, DwiAgus (2015) Pengaruh Penggunaan Limbah Emping Jagung Terhadap Persentase Karkas Dan Bagian-Bagiannya Pada Kelinci Lepas Sapih Peranakan New Zealand White. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas ternak kelinci, apabila kuantitas dan kandungan nutrien pakan terpenuhi, maka produktifitas ternak yang optimal dapat dicapai. Mendapatkan pakan dengan kandungan nutrien yang baik harganya sangat mahal, oleh karena itu diperlukan manajemen pemeliharaan untuk meningkatkan produktifitas ternak tanpa harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk pakan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pakan alternatif yang lebih murah serta mudah didapat akan tetapi masih mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi sebagai pakan ternak. Salah satu bahan pakan yang dapat diperoleh adalah dari sisa hasil pengolahan, yaitu emping jagung. Penelitian dilakukan pada peternakan rakyat milik bapak Winarto yang beralamatkan di Jalan Glatik Desa Ngijo rt 01 rw 10 Kecamtan Karangploso, Kabupaten Malang. Analisis proksimat pada limbah emping jagung dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Lama penelitian yang dilakukan adalah selama 10 minggu pemeliharaan mulai 27 Juli sampai 5 Oktober 2014 kemudian dilakukan pemotongan dan analisa sesuai dengan variabel yang digunakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah emping jagung terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan bagian-bagiannya pada kelinci lepas sapih peranakan New Zealand White. Kegunaan penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengetahuan terhadap penggunaan limbah emping jagung terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan bagian-bagiannya pada kelinci lepas sapih peranakan New Zealand White. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 18 ekor kelinci lepas sapih peranakan New Zealand White dengan umur 35 – 40 hari dan rata-rata bobot awal kelinci 351,78 ± 30,249 g/ekor. Susunan ransum kelinci NZW terdiri dari P0 : 19 % Pollard + 22 % Bungkil Kopra + 25 % Bekatul + 20 % Menir + 11 % Limbah Kulit Kopi + 3 % Tepung Ikan, P1 : 15 % Pollard + 22 % Bungkil Kopra + 25 % Bekatul + 10 % Menir + 15 % Limbah Kulit Kopi + 3 % Tepung Ikan + 10 % Limbah Emping Jagung dan P2 : 10 % Pollard + 22 % Bungkil Kopra + 23 % Bekatul + 7 % Menir + 15 % Limbah Kulit Kopi + 3 % Tepung Ikan + 20 % Limbah Emping Jagung. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan. Variabel yang diukur adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan potongan komersial karkas (bobot dan persentase foreleg, rack, loin dan hindleg). Data dianalisis dengan anova terdapat perbedaan diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot potong yang diperoleh selama penelitian P0, P1 dan P2 berturut-turut dalam gram yaitu: (1343,5); (1386,5) dan (1376,83), rata-rata bobot karkas: 583,67; 613,67 dan 600,17, rata-rata persentase karkas dalam persen: 43,44; 44,20 dan 43,48, rata-rata bobot dan persentase potongan karkas dalam gram dan persen foreleg: 154,17, 26,48, 158,67, 25,90 dan 155,83, 26,06, rack: 88,67, 15,17; 92,17, 15,01 dan 89,17, 14,92, loin: 119,33, 20,39; 122,17, 19,84 dan 121,83, 20,25, hindleg: 221,5, 37,96; 240,67, 39,24 dan 233,33, 38,77. Penggunaan limbah emping jagung sampai level 20 % dalam pakan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan potongan komersial karkas (bobot dan persentase foreleg, rack, loin dan hindleg). Hal ini disebabkan kandungan protein dan energi pada masing-masing pakan perlakuan yang hampir sama atau bisa disebut isoprotein dan isoenergi sehingga pertumbuhan kelinci juga tidak jauh berbeda. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa limbah emping jagung dapat digunakan sampai level 20 % dalam pakan tidak menurunkan persentase karkas dan bagian-bagiannya pada kelinci peranakan New Zealand White. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada level penggunaan limbah emping jagung antara 10 – 20 % untuk mengetahui perlakuan terbaik penggunaan limbah emping jagung dalam pakan terhadap persentase karkas dan bagian-bagiannya.
English Abstract
The purpose of this experiment was to examine the effects of used waste corn flakes in feed on carcass quality of New Zealand White cross rabbits. The experiment was carried out at Mr. Winarto’s rabbit farm in Ngijo village, karangploso district, Malang regency from July 27, 2014 to Oktober 5, 2014. The materials used in this experiment were 18 kiddlings New Zealand White cross by the age of 35 to 40 days with average weight early rabbits 351,78 g/bird. This experiment had three treatments were 0 % used waste corn flakes in diet (P0), 10 % used corn flakes in diet (P1), 20 % used waste corn flakes in diet (P2). The variable measured of final weight (g/bird), carcass weight (g/bird), carcass percentage (%), carcass cut parts weight and percentage (foreleg, rack, loin and hindleg) were subjected to analysis of variance of the Completely Randomized Design. Differences between means were subjected to Duncan Multiple Range Test (DMRT) test. The result showed that average final weight obtained during the research P0, P1 and P2 successive in grams: 1343.5; 1386.5 and 1376.83, the average weight carcass in grams: 583.67; 613.67 and 600.17, the average carcass percentage in percent: 43.44; 44.20 and 43.48, the average of weights and carcass percentage pieces in grams and percent foreleg: 154.17, 26.48; 158.67, 25.90 and 155.83, 26.06, rack: 88.67, 15.17; 92.17, 15.01 and 89.17, 14.92, loin: 119.33, 20.39; 122.17, 19,84 and 121.83, 20.25, hindleg: 221.5, 37.96; 240.67, 39.24 and 233.33, 38.77. The used waste corn flakes in rabbits diet up to 20 % didn’t significantly influence of final weight, carcass weight, carcass percentage, carcass cut weight and percentage. This is because the content of protein and energy at each feed treatment almost the same or be called isoprotein and isoenergi so that the growth of a rabbit not much different. Conclusion of this experiment that used corn flakes could be used in rabbits diet up to 20 %, without affecting carcass quality. Suggested to do further research on the levels of used waste corn flakes in between 10 % - 20 % until get the best treatment
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPT/2015/34/051501614 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 24 Feb 2015 14:26 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 03:37 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/137620 |
Text
BAB_V.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
COVER_H_SAMPUL.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
BAB_I.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
BAB_II.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
|
Text
BAB_III.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
BAB_IV.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
RIWAYAT_HIDUP,_K._PENGANTAR,_ABSTRACT,_RINGKASAN,_D._ISI,_TA.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
DAFTAR_PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
LEMBAR_PENGESAHAN.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |