Pemetaan Kerawanan Pangan Sebagai Pendukung Pembuatan Kebijakan Otonomi Daerah di Kabupaten Jember

PradhanaAdhiNugraha (2008) Pemetaan Kerawanan Pangan Sebagai Pendukung Pembuatan Kebijakan Otonomi Daerah di Kabupaten Jember. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kerawanan Pangan menunjukkan tingkat kondisi kerawanan pangan di suatu daerah. Mengingat bahwa tercapainya ketahanan pangan di seluruh daerah merupakan tujuan dari pembangunan nasional, maka penurunan tingkat kerawanan pangan di setiap wilayah perlu dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan Food Insecurity Atlas (FIA) tahun 2006, kabupaten Jember termasuk wilayah yang tergolong wilayah rawan pangan. Di era otonomi daerah sekarang ini, pemerintah daerah memegang peranan penting dalam membuat strategi penurunan tingkat kerawanan pangan di daerahnya. Oleh karena itu, pemetaan kerawanan pangan di kabupaten Jember perlu dilakukan kembali, yang kemudian hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pertimbangan pembuatan kebijakan penurunan tingkat kerawanan pangan di kabupaten Jember. Strategi penurunan tingkat kerawanan pangan selama ini dibuat hanya berdasarkan pada aspek ketersediaan. Dalam kenyataannya, ketahanan pangan tidak hanya dibentuk oleh aspek ketersediaan pangan, akan tetapi juga oleh aspek akses pangan dan juga penyerapan pangan. Oleh karena itu, jika hanya mendasarkan pada satu aspek, akan membuat identifikasi masalah kerawanan pangan dan strategi penangannya menjadi tidak lengkap. Berdasarkan asumsi ini, maka pemetaan kerawanan pangan di kabupaten Jember menggunakan 3 aspek ketahanan pangan secara bersama-sama, untuk menjelaskan keadaan kerawaanan pangan di tingkat desa. Hasil pemetaan kerawanan pangan ini kemudian akan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kebijakan otonomi daerah di kabupaten Jember yang berorientasi pada penurunan kerawanan pangan. Tujuan Penelitian ini adalah Identifikasi tingkat kerawanan pangan di kabupaten Jember berdasarkan aspek ketersediaan pangan, akses pangan dan penyerapan pangan. Serta mengidentifikasi identifikasi desa-desa yang paling membutuhkan penanangan dalam rangka penurunan tingkat kerawanan pangan di kabupaten Jember. Metode Penelitian Peta kerawanan pangan dibuat menggunakan data cross section tahun 2005, dengan menggunakan 12 Indikator dari desa di kabupaten Jember sebagai unit analisis. Keduabelas Indikator yang digunakan merupakan indikator yang diturunkan dari tiga aspek ketahanan pangan. Pemetaan kerawanan pangan di bagi menjadi tiga tahap, tahap pertama yaitu pembuatan data komposit dari 12 indikator. Tahap kedua adalah memproses data dengan menggunakan software MAP INFO, dan tahap ketiga adalah menganalisis peta kerawanan pangan. Dalam analisis inilah didapatkan prioritas strategi untuk menurunkan tingkat kerawanan pangan di kabupaten Jember, melalui indikator-indikator yang terindikasi sangat rawan. Hasil Penelitian yaituDesa-desa di kabupaten Jember yang tergolong desa dengan prioritas 3 adalah Kemuninglor, Badean, Curahkalong, Jelbuk, Panduman, Sukojember, Sugerkidol, Sukowiryo, Sidomukti Sumberkejayan, Harjomulyo, Pace, Sempolan, Silo, Sumberjati, Arjasa, Dawuhan Mangli, Mojogemi, Pocangan, Sukokerto, Sukorejo, Sumberwringin, Jambesari, Karangbayat, 44 Pringowirawan dan Yosorati. Desa-desa di kabupaten Jember yang tergolong desa dengan prioritas 2 adalah Sucepangepok, Seputih, Mulyorejo, Gelang, Jamintoro, Jatiroto, dan Kaliglagah. Desa-desa ini membutuhkan penangan segera, dalam rangka menurunkan tingkat kerawanan pangannya. Rekomendasi untuk penelitian ini adalah Penurunan tingkat kerawanan pangan sebaiknya di dasarkan pada indikator yang teridentifikasi rawan, dan memiliki pengaruh besar terhadap tingkat kerawanan pangan daerah. Pemerintah seharusnya memiliki data spesifik tiap indikator, untuk mengetahui perubahannya tiap tahun. Atas nama pemerintah, departemen pertanian dapat mengembangkan sistem pengawasan kerawanan pangan, untuk memantau perkembangannya tiap tahun. Perhitungan indikator kerawanan pangan perlu di perbaharui dan di publikasikan secara nasional. Penelitian selanjutnya perlu menggunakan informasi yang terbaru, sebagai bahan untuk mengawasi perkembangan tingkat kerawanan pangan di daerah-daerah prioritas.

English Abstract

Food insecurity reflects the critical level of food security condition in some region. The stable food security in all regions in Indonesia becomes a goal of national development. This issue makes food insecurity level in every region need to be decreased, in order to achieve food secure regions in all over Indonesia. Based on FIA Mapping 2006, Jember regency is classified to food insecure region. By food insecurity mapping, the level of food insecurity in Jember regency can be known, and it can be a material to arrange further strategy to decrease food insecurity level in Jember regency. The recent strategy to decrease the level of food insecurity is arranged based on food availability aspect. In fact, food security contains not only food availability aspect but also food access and food absorption. This perception can caused incomplete food insecurity problem identification and solution. Based on this issue, mapping food insecurity condition in Jember regency is create based on food availability, access and absorption. The result of mapping food insecurity condition in Jember regency by using combination of 3 food security aspects might show the prior villages which need urgently treatment to decrease the level of food insecurity in Jember regency. Food insecurity map is created from cross section data by year 2005, which created from 12 Indicators from 32 villages in sub-district in Jember regency as analysis unit. The 12 Indicators derived from3 food security aspects. There are 3 steps of creating food insecurity map. The first step is formulating composit data from 12 indicators. The second step is processing data into MAP INFO software, and the third step is analyzing the food insecurity map. By analysis, can be found prior strategy to decrese the level of food insecurity in Jember regency, by recognising the key factor which cause food insecurity in Jember regency. Results of Study The villages in Jember regency which classified as the third prior villages are Kemuninglor, Badean, Curahkalong, Jelbuk, Panduman, Sukojember, Sugerkidol, Sukowiryo, Sidomukti Sumberkejayan, Harjomulyo, Pace, Sempolan, Silo, Sumberjati, Arjasa, Dawuhan Mangli, Mojogemi, Pocangan, Sukokerto, Sukorejo, Sumberwringin, Jambesari, Karangbayat, Pringowirawan and Yosorati.The villages in Jember regency which classified as the second prior villages are Sucepangepok, Seputih, Mulyorejo, Gelang, Jamintoro, Jatiroto, and Kaliglagah. These villages need urgently treatment, in order to decrease the number of food insecurity. Recommendation for this research are , The further action to reduce the level of food insucerity should be based on the key indicator, which has big influence of food insecurity in key area. The government should have specific data from each food security indicator, to manage the changes of data every year. In the name of governement, agriculture department can develop specific food security monitoring system, to manage the changes of food insecurity level. The measurement of food security indicators need to be revised and publish nationally, in order to make it more relevant and necessary.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/410/050900408
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 24 Feb 2009 11:13
Last Modified: 21 Oct 2021 08:27
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128030
[thumbnail of 050900408.pdf]
Preview
Text
050900408.pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item