Kajian Bidang Gelincir dan Sifat Fisiko- Kimia Tanah terhadap potensi longsor

FibrianTriSetyanto (2007) Kajian Bidang Gelincir dan Sifat Fisiko- Kimia Tanah terhadap potensi longsor. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Longsor adalah pergerakan regolith dan/atau tanah ke bawah lereng, karena gaya gravitasi. Pada umumnya tanah mengalami jenuh air sebelum terjadi longsor. Titik jenuh tersebut terjadi bila 1) intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi; 2) hujan terjadi dalam waktu yang lama sehingga memberi kesempatan terjadi penjenuhan sampai kedalaman tertentu. Terdapatnya lapisan yang mempunyai sifat tanah yang berbeda kontras dengan lapisan di atasnya biasanya akan menghalangi gerakan air, sehingga lapisan di atasnya mencapai titik jenuh. Dalam hal ini lapisan tersebut dapat berfungsi sebagai bidang gelincir. Hubungan antara kekontrasan sifat tanah dengan potensial longsor dicoba dikaji dengan melakukan penelitian di tanah yang berbeda teksturnya: berliat di Kemiri 1 dan Kemiri 2, dan berdebu di Pandesari dan Tulungrejo. Untuk mengukur potensial longsor, contoh tanah diambil dalam boks sampel yang diposisikan memotong batas antar 2 horison, dengan sudut 60o. Contoh dalam boks sampel kemudian dijenuhi air, dan dilakukan simulasi hujan dengan intensitas 70 mm/jam, sampai terjadi paling tidak sebagian lapisan longsor. Waktu dimulainya simulasi sampai terjadi longsor dianggap sebagai ketahanan terhadap longsor. Semakin lama waktu simulasi, semakin besar ketahanan terhadap longsor. Sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan longsor, baik yang secara langsung (% liat dan pasir; konduktivitas hidraulik jenuh, titik cair, kemantapan agregat), maupun tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap kemantapan agregat (kandungan Ca, Mg, K, dan Na dapat ditukar; dan kandungan bahan amorf yang diprediksi dari Si dan Al terekstrak ammonium oxalate) juga diukur. Kandungan (Ca, Mg, K) dan Na dapat ditukar berturut-turut meningkatkan dan menurunkan titik cair tanah dan konduktivitas hidraulik jenuh, tetapi tidak berpengaruh nyata pada kemantapan agregat. Sedangkan kandungan bahan amorf mempunyai pengaruh nyata terhadap ketiga sifat fisik tanah tersebut di atas. Bedasarkan perbedaan sifat fisik tanah yang paling kontras, bidang gelincir paling dangkal ditemukan pada Kemiri 1, diikuti Tulungrejo, Pandesari, dan Kemiri 2 pada kedalaman 32, 52, 197, 227 cm. Tetapi keragaman sifat fisik tanah hanya dapat menerangkan sekitar 30% keragaman ketahanan tanah terhadap longsor. Batas horizon yang diatur memiliki kemiringan 60o kemungkinan menyebabkan faktor gravitasi lebih dominan dibandingkan kekuatan gesek tanah yang dipengaruhi oleh sifat fisik tanahnya. Tanah di Kemiri (tekstur berliat) lebih cepat jenuh daripada Pandesari and Tulungrejo (tekstur berdebu). Jika waktu penjenuhan dan waktu simulasi longsor digabungkan sebagai ketahanan tanah terhadap longsor, maka Kemiri 2 memiliki kepekaan yang lebih besar (bidang gelincir 18 cm, 15,45 menit), diikuti Kemiri 1 (32 cm, 30,3 menit), Tulungrejo (52 cm, 74,2 menit), dan Pandesari (60 cm, 81,8 menit). Namun apabila hujan terjadi pada intensitas dan waktu yang sama (intensitas 70mm/jam selama >82 menit dalam simulasi penelitian ini), tanah di Pandesari and Tulungrejo memiliki potensi terjadinya longsor lebih besar dibandingkan Kemiri.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2007/050703090
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 21 Nov 2007 00:00
Last Modified: 21 Oct 2021 06:02
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127630
[thumbnail of 050703090.pdf]
Preview
Text
050703090.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item